Setelah makan malam bersama keluarga anak-anaknya, Muhammad Husein Pratama (Kerap dipanggil Pak Husein atau Letkol Husein) meminta mereka berkumpul di ruang keluarga. Ada hal penting yang ingin disampaikan kepada ketiga anaknya, terutama Kapten Iqbal. Muhammad Husein Pratama merupakan mantan anggota militer di mana ia seorang tentara angkatan laut dengan pangkat letnan kolonel. Dilatih penuh kedisiplinan dan ketegasan saat berkecimpung di dunia militer, membuatnya menjadi seorang kepala keluarga yang disiplin, tegas, dan bijak. Sehingga ketiga sifat itu menurun kepada anak-anaknya.
"Ayah ingin menyampaikan sesuatu kepada kalian, terutama kamu, Bal," ucap Letkol Husein setelah semua orang duduk di sofa yang ada pada ruangan tersebut.
"Apa itu, Yah?" Letda Alvaro mengajukan pertanyaan mewakili kedua adiknya.
Sebelum berbicara panjang lebar, Letkol Husein mengembuskan napas terlebih dulu untuk menetralisir desiran aneh di hatinya, entah karena hal apa?
"Bal, usiamu saat ini sudah cukup untuk menjalin hubungan sakral, lebih tepatnya sangat pantas menjalani biduk rumah tangga. Adikmu saja sudah menikah dan memiliki anak, sedangkan kamu? Masih membujang, padahal hampir kepala empat. Apa kamu sudah menemukan seorang perempuan, entah gadis atau janda, yang pantas dijadikan istri? Demi Allah, apa pun statusnya, Ayah akan melamar perempuan itu untukmu," tutur Letkol Husein, membuat Letda Alvaro dan Sertu Rizky tersenyum semringah.
Kedua kakak adik itu merasa bahagia, karena ayah mereka memperhatikan Kapten Iqbal dalam hal jodoh. Bukan karena Letkol Husein tidak menyayangi anak keduanya itu, tetapi ia ingin melihat Kapten Iqbal mencari jodohnya sendiri, tanpa campur tangan siapa pun. Namun, sepertinya ia sangat sibuk dalam tugas, sehingga melupakan statusnya yang masih membujang di usia yang hampir kepala empat. Di saat kedua saudara sekaligus rekan-rekannya di batalyon ataupun dunia militer sudah memiliki tambatan hati atu istri, bahkan anak di usia tersebut. Ia masih setia dengan kesendiriannya.
Letkol Husein, memang sudah lama mendiskusikan hal ini dengan istrinya, Anandika Prameswara. Keduanya sepakat akan mencarikan jodoh untuk Kapten Iqbal, seandainya pria itu pulang dalam keadaan selamat dari tugas negara, sekaligus belum memiliki tambatan hati. Kebetulan, Letkol Husein mempunyai kenalan dari salah satu daerah, yang saat itu pernah menolongnya dari maut ketika bertugas di sana. Kenalannya tersebut, memiliki seorang cucu perempuan yang belum menikah, karena masih mengemban ilmu di salah satu universitas ternama di sana.
"Saya minta maaf, Yah. Jujur saja, saya tidak pernah berpikir untuk mencari tambatan hati, apalagi berhubungan tidak halal dengan seorang perempuan. Selama ini yang saya pikirkan hanya tugas dan tugas, tidak ada hal lain, termasuk perihal jodoh," sahut Kapten Iqbal dengan nada serius.
"Ayah mengerti, Nak. Tugas negara bagi seorang prajurit sejati, memang hal utama. Tapi, kita sebagai makhluk Tuhan, yang mana diciptakan untuk berpasang-pasangan, sekaligus mempunyai keturunan dan menjalankan ibadah, tetap harus berkeluarga. Menjalin biduk rumah tangga dengan pernikahan, itu jauh lebih dari segalanya," ungkap Letkol Husein dengan penuh kelembutan, membuat semua yang sedang duduk di ruang keluarga terdiam.
"Saya ingin seperti Bang Varo, Rizky, ataupun rekan-rekan yang lain, di mana mereka sudah menjalani biduk rumah tangga, dan memiliki anak. Namun, saya sedikit sangsi, adakah seorang perempuan yang mau dengan pria seperti saya? Selain usia yang hampir kepala empat, ia juga harus ikhlas ditinggal ketika saya bertugas," sanggah Kapten Iqbal yang mengungkapkan kegundahan hatinya sejak dulu.
Letda Alvaro tersenyum. "Tentu ada, Bal. Apa kamu tidak lihat, di sisi saya ada seorang perempuan, begitu juga di sisi Rizky, yang menjadi istri kami. Mereka ikhlas melepas kami saat bertugas, menunggu di rumah dengan penuh setia, meskipun rasa rindu dan khawatir membubung tinggi. Dari sekian banyak perempuan, tentunya banyak yang mau menjadi istri para prajurit seperti kita. Mereka juga sebelum menerima kita, tentunya siap menerima resiko. Para ibu persit, dilatih menjadi sekuat baja hati, pikiran, dan sikapnya, saat ditinggal tugas. Lagi pula, usiamu belum 60 tahun, jadi tidak perlu seburuk itu pikirannya," timpal Letda Alvaro yang sedari tadi diam mendengarkan perbincangan ayah dan adik keduanya.
"Iya, apa yang Bang Varo katakan benar, Bang. Abang itu tampan, mapan, dan banyak prestasi, siapa yang tidak mau dengan Bang Iqbal? Soal usia itu menjadi hal ke sekian, jadi tidak usah dipikirkan." Sertu Rizky ikut membenarkan ucapan Letda Alvaro.
"Baiklah, Yah. Beri saya waktu satu atau dua bulan untuk mencari tambatan hati, yang bisa dijadikan istri. Jika dalam waktu itu saya belum menemukannya, Ayah dan Bunda tolong carikan jodoh yang baik dan salihah untuk saya," imbuh Kapten Iqbal.
Semua orang tersenyum bahagia dan berucap hamdalah. Mereka meneruskan perbincangan dengan topik yang seru.
Jangan lupa tap love dan komentarnya. Happy reading, love you all🤗

KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntukmu Kapten
RomanceMuhammad Iqbal Pratama Seorang tentara angkatan darat berpangkat kapten. Memiliki segudang prestasi yang berhasil diraih saat menjalankan tugas, dari yang teringan maupun terberat. Setelah bertugas di salah satu negara, kedua orang tuanya menjodohka...