tidak ada yang sepesial

6 2 0
                                    

Aku masih merem melek, dan duduk di samping kasur sambil membuka satu persatu kancing seragamku. Rambutku acak-acakan setelah bangun dari tidur, kepalaku sedikit pusing karena ibu membangunkan diriku dengan teriakannya.

Tiga menit yg lalu, aku tidak tau pastinya kapan ibu sampai di rumah. Ibu melihatku yang  sedang tidur sebelum mengganti baju seragam dengan baju rumah. Ibu tidak suka kalau melihat aku yang pulang sekolah tidak langsung ganti baju.

Saat itu ibu berteriak, "ya ampun anak gadis, bangun, bangun! Cepat ganti bajunya!"

Aku yang masih setengah sadar tidak menghiraukan ibu yang sedang berteriak hingga membuat ibu bertambah kesal.

"Hana, ibu hitung sampai lima. Kalau kamu tidak lekas bangun, ibu siram air, kamu."

Setelah itu suara ibu semakin meredup, sedangkan aku masih diantara bangun dan tidur. Mataku merem, tapi sebenarnya aku sudah bangun, tapi juga masih di pertengahan mimpi.

"Lima." Suara ibu samar-samar terdengar di telingaku, namun aku tidak lekas bangun.

Byur

Segelas air membasahi wajahku. Aku bangun dengan gelagapan. Ibu tidak pernah main-main dengan ancamannya.

Aku menatap ibu, "sabar coba, bu," Kataku.

Ibu hanya melotot lalu pergi dari kamarku. Huh, rasanya aku juga mulai menjadi gila.

Setelah dipikir-pikir, itu memang salahku. Seharusnya aku ganti baju dulu, kan, bukannya langsung tidur. Tapi, kan, aku ketiduran, bukan benar-benar berniat tidur.

***

Kopi yang baru saja aku minum membuatku kembali terjaga. Tidak masalah. Jam-jam empat dini hari waktu yang bagus untuk memulai belajar dan mengulang materi.

Kamarku gelap, aku hanya ditemani pencahayaan dari lampu belajar di mejaku.

Kamar yang dulu Hilma tempati, sekarang sudah menjadi kamar orang lain. Tidak tahu kamar Kahill atau orang tuanya. Biasanya di jam segini, Hilma sudah menyalakan lampu kamarnya, dia tidak bisa belajar hanya menggunakan lampu belajar saja.

Saat aku fokus di tengah membaca materi bahasa Inggris expression of congratulation aku mendengar seseorang menyalakan motor. Aku menyibak gorden jendela lalu melihat keluar sana.

Aku yakin dia Kahill, mau kemana dia sepagi segini? Memakai celana selutut lalu atasan hoodie. Percayalah, sejauh ini, baru dia orang teraneh yang pernah aku lihat, di cuaca sedingin ini, dia keluar mengenakan celana pendek dan mengendarai motor secepat kuda liar berlari.

Tak terasa jam menunjukkan pukul lima lewat lima belas, aku segera keluar dari kamarku menaruh gelas kopi yang sudah habis pada tempatnya, lalu segera mandi sebelum ibu mengomel.

Saat aku keluar dari kamar mandi, ibu sudah berada di dapur. Dia sedang sibuk memasak sampai tidak sadar kalau aku berada di sampingnya.

"Masak apa, bu?"

Ibu terkejut saat melihatku berdiri di sampingnya.

"Masak nugget, kamu gak liat, apa?"

Aku tertawa melihat ibu yang menjawab dengan sewot saat ditanya.

"Tau aja, kalau aku suka nugget," ucapku sambil berlalu ke kamar.

"Bukan cuma kamu, kali. Ayahmu juga suka." Ibu mengangkat nugget yang sudah matang, lalu meniriskannya.

Aku menghela napas. Lalu cepat-cepat ke kamar dan mengenakan seragam.

Kalau masih sepagi ini, aku dapat bersantai dan tidak perlu buru-buru. Aku masih sempat sarapan dan menyiapkan bekal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Bombing? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang