BAD PAPA - 23

7.4K 1.2K 86
                                    

9 tahun kemudian.

"Hey, cebol!! Ayo cepat, kita bisa terlambat kalau begini."

"Siapa yang kamu panggil cebol?!!"

"Kamu, tentu saja, siapa lagi?"

"Aku itu lebih tua dari kamu. Dasar tidak sopan," menggerutu.

"Tapi kamu lebih pendek dari aku," sanggah nya sembari menjulurkan lidah, mengejek.

"Kakimu saja yang terlalu panjang, dasar tiang listrik," mendumel kesal, dengan tangan sibuk mengikat tali sepatu.

"Ikat yang benar." peringat pemuda itu, Andry. Berjongkok, membantu gadis di hadapannya mengikat tali sepatu dengan kencang. "kamu itu manusia paling ceroboh yang pernah aku temui."

"Berhenti mengataiku, dan ayo berangkat sebelum kita benar-benar telat." Berdiri lalu menarik lengan Andry menuju mobil yang telah terparkir di depan, lengkap dengan sang supir. Mendorong tubuh Andry memasuki mobil diikuti olehnya.

Waktu memang begitu cepat berlalu. Banyak perubahan yang terjadi pada diri mereka yang sudah mulai puber. Dari bentuk tubuh, dan tinggi badan mereka yang terus bertambah.

jika dulu tinggi badan Audy lebih tinggi dari Andry, maka sekarang kebalikannya. Jika dulu Audy sering mengejek Andry pendek, maka sekarang giliran Andry yang tak pernah melewatkan kesempatan untuk mengejek Audy pendek, cebol, kerdil.

Tuhan memang sangat tidak adil padanya, bukankah mereka kembar, maka seharusnya tinggi badannya tak jauh beda dengan Andry, tapi ini? Bahkan ujung kepalanya hanya menyentuh dada Andry. Sungguh menyediakan. Dia benar-benar persis seperti anak SD yang duduk di bangku kelas dua SMP.

"pasang dasimu yang benar, dan masukan bajumu kedalam celana! Apa kamu mau jadi berandalan dengan penampilan seperti ini?" mengomel pada Andry yang penampilannya tidak ada rapi-rapinya.

Tangannya dengan cekatan memasangkan dasi milik Andry dengan benar, merapikan kerah seragamnya dan tak lupa menyisir rambut Andry yang berantakan dengan jari-jarinya.

Setiap pagi selalu seperti ini, mungkin jika tidak ada Audy, pemuda itu akan berpenampilan urakan setiap harinya. Tugas Audy setiap pagi adalah memastikan Andry berangkat sekolah dengan keadaan yang rapi, karena Andry berangkat sekolah hanya bermodalkan mandi tanpa mau repot-repot memperhatikan penampilannya.

Tapi entah kenapa Andry masih terlihat tampan meski dengan penampilan yang berantakan, Audy jadi iri dibuatnya. Tuhan memang benar-benar memihak pada Andry sepenuhnya.

Wajahnya mulus bersih tanpa ada noda-noda kehidupan yang terlihat, tanpa perawatan. Sedangkan ia harus memenuhi kamarnya dengan skincare untuk menjaga kulit nya agar tetap sehat. Satu hari saja ia melupakan rutinitas nya itu, jerawat akan muncul esok harinya. Menyebalkan memang.

"Kenapa senyum-senyum?" tanya Audy, kala melihat senyum menyebalkan milik Andry. Dirinya masih sibuk merapikan penampilan Andry sekarang.

"Kamu jelek kalau sedang mengomel," ungkap Andry lempeng. "Persis ibu-ibu komplek."

"Akhh!" Seketika menjerit saat dengan entengnya, Audy menggeplak kepalanya sesaat setelah mengkantup 'kan bibirnya.

"Kenapa bibirmu tipis sekalih? Kamu justru melebihi ibu-ibu komplek yang suka menggosip." omel Audy sembari bersandar pada pintu mobil.

IllusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang