Chapter 42

151 4 4
                                    

My Heart.

Chapter ini dipublikasikan di sini karena ada beberapa pembaca yang tidak bisa membaca chapter ini di aplikasi Fizzo. Chapter ini akan dihapus jika di aplikasi Fizzo sudah membaik, Terima kasih sudah membaca.

.

.

.

.



































































Suhu udara terasa cukup dingin malam ini, angin bertiup cukup kenjang di luaran sana. Membuat suara-suara tiupan dedaunan yang saling bergesekan, saling bersaut-sahutan dengan jangkrik-jangkrik yang tengah berpesta.

Aroma pohon pinus, berterbangan di sepanjang ruang kamar yang ditempati seorang pemuda cantik. Memberinya ketenangan dalam kesendiriannya.

"Hah...."

Ia mendesah panjang, merasa sedikit dingin saat merasakan angin yang menyentuh tubuhnya yang berbalut piayama cukup tipis, angin-angin itu melewati jendelanya yang terbuka.

Pandangannya menatap keluar jendela, entah mengapa malam ini terlihat terang di luaran sana. Membuat manik madunya bisa melihat para bintang yang menari-nari menemani langit, membuat kesepiannya semakin terasa.

Entah apa yang terjadi padanya seharian ini, kenapa ia selalu merasa kesepian? Padahal, kesendirian itu adalah hal biasa yang ia hadapi setiap harinya. Tetapi, hari ini ia seolah menginginkan seseorang untuk tetap berada di sampingnya.

Tadi siang, ada Yuri yang menemaninya. Gadis itu bahkan menemaninya tidur di atas ranjang, dan entah mengapa dirinya bisa tidur di siang hari walaupun tidak berbaring di taman belakang. Kejadian yang sangat-sangat jarang terjadi di dalam kehidupan Na Jaemin, biasanya ia akan kesulitan untuk tidur siang jika tidak di alam terbuka.

Mungkin karena ada Yuri yang dengan setia berada di sampingnya, menceritakan banyak hal kepadanya tentang kehidupan remaja gadis itu, bak berdongeng sebelum tidur siang. Dan, Jaemin merasa nyaman dengan keberadaan Yuri. Gadis itu bisa dengan mudah bersikap akrab dengannya, dan Yuri adalah orang yang menyenangkan.

"Padahal, aku sudah makan banyak nasi tadi. Tapi, kenapa aku lapar lagi?"

Jaemin bergumam sendirian, tangan kanannya mengelus perut ratanya yang terasa berbunyi, memintanya untuk diisi dengan makanan.

"Baiklah, mungkin makan ramyeon di malam yang dingin ini, bukanlah pilihan yang buruk."

Sejenak, Jaemin melirik ke arah jam yang terpajang di dinding. Sudah menunjukkan pukul 23.15 malam, waktu yang tepat untuknya keluar dari kamar. Karena Jaemin yakin, Jeno dan Minju sudah tidur.

Ia tahu Minju sudah pulang, saat wanita itu mengunjunginya. Sedangkan Jeno, ia hanya merasa yakin jika pemuda tampan itu sedang menghabiskan waktu pelepas rindu dengan istrinya di dalam kamar. Walaupun ia tidak tahu, kapan Jeno pulang, tetapi ia yakin pasangan suami istri itu ada di dalam kamar mereka.

Setelah meyakinkan hatinya lagi, Jaemin akhirnya melangkah keluar dari kamarnya. Ia berjalan dengan penuh kehati-hatian, membuka pintu kamarnya dengan pelan, dan sedikit melirik ke arah pintu kamar Jeno yang tertutup rapat.

Jaemin melangkahkan kakinya menuruni tangga, menuju lantai satu. Suasaana di lantai satu cukup lengang, yang terdengar hanyalah suara angin yang saling sahut-sahutan. Pencahayaannya tidak terlalu terang, karena lampu utama yang sudah dimatikan, menyisahkan cahaya lampu dari lampu-lampu hias yang ada di ruang tengah.

Our Heart ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang