Situasi yang sama. Alasan yang sama. Diambang kematian, aku menatap arus yang deras di bawah hujan yang tidak kenal ampun.
Sudah 3 minggu sejak aku meninggalkan kediaman Purnomo. Aku bertahan hidup dari sisa – sisa makanan yang kutemukan di tempat sampah. Setiap orang yang kutemui pasti menghina dan menghujatku. Memang, aku anak kotor buangan yang tidak pantas disayangi oleh orang. Aku sudah menerima fakta itu. Bahkan orang yang kupikir menyayangiku dan siap kupercayai nyatanya hanyalah angan – anganku. Mereka semua palsu. Menggunakanku hanya untuk kepentingan mereka, lalu membuangku seakan aku tidak berguna.
Aku sudah lelah dengan hidup ini. Doaku yang satu ini, akhirnya dijawab oleh Tuhan. Ada virus baru yang bernama Covid-19, dan belakangan ini virus ini baru masuk ke Indonesia. Aku tidak tahu aku beruntung atau tidak, karena dalam keadaan seperti ini, aku terkena Covid-19. Aku rasa, salah satu dari orang yang menghinaku terkena virus ini, dan menyebarkannya kepadaku. Mungkin aku juga telah menyebarkannya ke beberapa orang lain. Karma bagi mereka.
Dulu memang aku beruntung diselamatkan oleh John si ular itu. Namun, kurasa kali ini aku tidak akan seberuntung itu. Dipikir lagi, siapa yang akan mencariku? Orangtuaku menelantarkanku. John mungkin berpikir bahwa aku sudah tidak berharga lagi. Tidak akan ada yang sadar jika aku meninggalkan dunia ini. Saat aku lahir, aku tidak diinginkan, dan ketika aku menemui ajalku, aku tidak akan diingat. Sepertinya, memang ini takdirku.
Sungai yang deras, hujan yang lebat. Matahari tidak terlihat, dan batukku makin pekat. Hari yang indah untuk berenang.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
2 bulan setelah Kuna kabur dari kediaman Purnomo, di suatu warung pinggir jalan, beberapa ibu – ibu sedang bergosip. Selagi mereka berbincang, muncullah berita di televisi.
"Berita terkini, hanya di Glonews. Baru – baru ini, polisi menangkap beberapa individu yang diduga melakukan perdagangan manusia ilegal. Perdagangan tersebut dilakukan antara seorang pengusaha kaya yang bangkrut dan kepala PT. Purnomo, John Purnomo. Polisi menemukan barang bukti berupa bukti transaksi dan kontrak yang digunakan untuk jual beli. Diduga, pengusaha kaya tersebut menjual anaknya untuk membayar hutang yang ia miliki. Kuna, siswi SMA umur 15 tahun yang merupakan objek transaksi, saat ini masih tidak diketahui keberadaannya. Polisi berjanji akan menemukan anak tersebut."
Berita tersebut menangkap perhatian para ibu – ibu.
"Bahkan pengusaha kaya seperti itu saja bisa jahat ya?"
"Itu mah sudah wajar bu, banyak yang seperti itu."
"Padahal mereka kaya, buat apa melakukan tindakan kriminal seperti ini?"
"Kalo aku bu, lebih kesal dengan orangtua anak yang namanya Kuna tadi. Tega sekali mereka menjual anaknya! Dasar orangtua tidak punya hati."
"Kasihan sekali anak itu, kira – kira di mana dia sekarang?"
"Bukannya masih di tangan John Purnomo itu ya, yang beli tadi?"
"Kan tadi dikatakan bahwa anaknya hilang, ga dengerin ya?"
"Ngomong – ngomong soal Purnomo nih ibu – ibu, bukannya beberapa minggu yang lalu itu ada berita tentang anak kandungnya Pak Purnomo juga ya?"
"Benar juga, katanya dia hilang ya?"
"Wah, Pak Purnomo ini ahlinya menghilangkan anak – anak ya!"
"Kejam sekali. Apa yang dia lakukan sampai hilang begitu jejak anak – anak yang dia asuh?"
"Semoga, mereka berdua baik – baik saja. Apalagi, sekarang lagi ada virus seperti ini. Kita duduk di sini saja sudah berbahaya menyebar, bu."
"Benar juga bu, bahaya. Ada baiknya kita semua berpencar deh. Nanti kita semua terinfeksi, kan ribet."
"Baiklah ibu – ibu, sampai sini saja pertemuan kita hari Selasa, tanggal... tanggal berapa bu?"
"5 Mei bu, hari ini."
"Ah iya, 5 Mei. Sama, bagi ibu – ibu yang mau ikut arisan, jangan lupa kumpulkan uang kalian ke ketua ya, paling lambat Jumat ini. Arisannya Sabtu kita lakukan secara online ya."
"Online? Apa itu bu? Di atas tali?"
"Udah, nanti tanya anak ibu saja. Zaman sekarang, mereka pada jago – jago kok!"
"Anak saya sekarang susah disuruh bu. Setiap hari saya marahin terus!"
Mendengar pernyataan tersebut, semua ibu – ibu mengangguk sebagai tanda setuju. Setelah berbincang lagi dan mengatakan perpisahan mereka, semua ibu – ibu kembali ke rumah mereka masing – masing.

YOU ARE READING
Piak Antu
RomanceKuna merupakan siswa kelas 1 SMA. Seumur hidupnya, ia tidak pernah menemukan kasih sayang. Namun, semua hal itu berubah ketika Kuna bertemu dengan "dia". Apakah Kuna akhirnya bisa mendapatkan kasih sayang yang ia inginkan?