Hiraeth | Prolog

9 1 0
                                    

Zicho itu lemah. Buktinya ia menangis sekarang. Di jalanan. Seperti orang gila tanpa arah tujuan. Semua orang mengira Zicho itu kuat, berani, pemberontak yang hidup tanpa aturan. Tapi, malam yang gelap ini menjadi saksi bisu kelemahan Zicho.

Rambut yang mulai memanjang hingga melewati alisnya, tertiup berantakan oleh angin malam. Ia mengusap air matanya yang jatuh melewati bibirnya yang tebal.

Jalanan cukup lengang. Hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang. Di sisi kanan ada sebuah sungai besar yang arusnya mengalir deras.

Zicho terus melangkah. Tanpa arah tujuan. Membiarkan motornya terparkir jauh di pelantaran minimarket.

Matanya menengadah, tidak membiarkan air lolos dari matanya yang memerah. Gemerlap bintang di angkasa, terasa begitu hangat saat ia pandang. Namun, hatinya kini terasa beku.

Dari arah berlawanan, sebuah truk melaju dengan kecepatan tinggi. Sulit untuk menghentikan lajunya dengan tiba-tiba meskipun sang supir sekeras apapun menghentikannya.

Kaki lemah itu melangkah mendekati badan jalan. Pikirannya kacau. Pandangannya rapuh. Ia akan menjemput takdirnya sekarang.

Hingga ia merasakan tubuhnya melayang. Jatuh dalam dekapan seseorang. Tangan-tangan itu mendekap tubuh Zicho begitu erat. Membawanya ke pelukan lebih dalam yang menghangatkan hatinya.

"Lo mau mati, hah!"

Tangis Zicho pecah. Ia balas mendekap erat gadis yang lebih kecil darinya. Tidak mau lepas. Tidak akan membiarkan sumber kehangatannya lepas. Kembali.

"Lo gila, ya! Ngapain, sih, bunuh diri?"

Perkataan gadis itu bergetar. Sepertinya gadis itu ikutan menangis. Zicho memeluknya lebih erat. Membenamkan wajahnya pada leher telanjang gadis itu.

Bau buah apel, Zicho menyukai itu.

***

hiiii kawan,
semoga suka sama cerita aku
dan salam kenal untuk kalian semua

itsnaaa

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang