I Miss You, Dell (4)

2 1 0
                                    

I Miss You, Dell (4)

POV Delland

Alisha? Benarkah perempuan yang tengah menuju tempatku berdiri ini Alisha? Patah hati pertamaku dulu?

Ah, memang benar, itu Alisha. Mata sipit dan gigi gingsulnya tiada dua. Sudah satu dasawarsa lebih aku tak melihatnya. Kalau dia berada di ruangan ini dan menjadi salah satu peserta pelatihan menulis ini, berarti dia sudah menjadi guru sekarang. Sesuai dengan yang ia cita-citakan dulu. Syukurlah. Aku bangga melihatmu, Al.

Ah, Alisha. Berdiri berdampingan denganmu seperti sekarang ini, ternyata masih membuatku kewalahan mengatur ritme jantungku sendiri.

Setelah sekian lama, ternyata getaran itu masih ada. Apalagi, saat kedua mata kita tak sengaja bertemu pandang. Untuk satu detik kita terpaku. Mencari-cari jawaban atas masa lalu yang mungkin terbiaskan dari netra.

Apa kau bisa melihat, di balik diamku, mataku sedang tersenyum kepadamu, Al? Cara yang sama yang kugunakan untuk melihatmu sejak dulu. Tak pernah berubah.

Alisha Mayra. Nama itu tentu tidak mudah kuhapus begitu saja. Orang yang kusukai untuk pertama kalinya. Menyita masa remajaku dengan sesak dan patah hati.

Kamu jahat banget, Al. Kamu yang mematahkan hatiku tapi tak pernah peka dan menyadarinya. Justru malah kamu bilang aku yang jahat dan tak berperasaan.

Entah terbuat dari apa, sih, sebenarnya hatimu itu, Al? Apa sekarang kamu juga masih sebatu itu?

"Ada waktu luang nanti saat ishoma?"  Kuberanikan diri untuk memulai. Ada banyak hal yang harus kujelaskan padamu.

Aku tahu selama ini kamu membenciku. Kamu marah. Menganggapku jahat. Padahal, andai kamu tahu, aku tak seburuk itu.

Selama ini aku memang menjauhimu. Tapi, aku masih memantaumu dari jarak yang tak kau lihat.

Aku tahu, kok, saat dulu di kampus, beberapa kali kita sering bertemu. Kamu bersama teman-temanmu. Mereka akan menggodaimu karena mereka juga tahu cerita tentang kita. Entah dalam versi bagaimana. Lantas, wajahmu terlihat memerah.

Tapi, mungkin akhirnya kamu kecewa, sebab aku mengabaikanmu begitu saja. Sengaja aku pura-pura tak melihatmu.

Kamu tahu kenapa? Sebab, jika aku menoleh dan menyapamu, aku yakin, kamu akan berharap lebih kepadaku. Akan jauh lebih susah kamu melupakanku. Maka, kubiarkan kamu membenciku. Sebab, hatiku sudah bukan untukmu lagi. Aku tak ingin kau sakit hati untuk kedua kali.

Meski kamu menghapus pertemanan kita di media sosial, tapi aku masih sering mengintip akunmu, kadang-kadang. Hanya sekadar memastikan bahwa kamu baik-baik saja.  Kamu sebahagia apa. Kamu sama siapa.

Tepat di semester akhir, entah karena apa, kamu mengirimiku permintaan pertemanan lagi. Apakah saat itu kamu sudah berdamai?

Kuterima pertemananmu. Dan, selayaknya teman, kita bertegur sapa. Tapi alakadarnya. Aku sangat membatasi diri agar percakapan kita tidak jauh melebar. Saat itu aku sudah punya pacar.

Aku sangat ingat betul. Kamu selalu mengirimiku ucapan ulang tahun di setiap 10 Juli, tanggal lahirku. Tak pernah absen setiap tahunnya. Tapi, aku hanya membalasnya dengan ucapkan terima kasih sekenanya. Seolah tidak pernah ada sesuatu yang istimewa di antara kita. Apa kamu sakit hati?

Juga, saat aku mengunggah foto-foto kebersamaanku dengan Raya, kekasih yang sejak semester akhir telah menggantikanmu di hatiku. Kamu selalu meninggalkan tanda suka atau love di foto-foto itu. Apa kamu benar-benar menyukainya, Al? Atau, hanya sekadar jejak agar aku tahu bahwa kamu melihatnya? Kamu terluka?

Sebenarnya sejak aku meninggalkanmu, aku butuh waktu dua tahun untuk sendiri dan menyembuhkan lukaku. Aku tak menjalin hubungan dengan siapapun, kok.

Salah kalau kamu menganggap waktu itu aku menyukai perempuan lain, Al. Termasuk, perempuan yang kuunggah di statusku itu. Semata-mata dia hanyalah umpan untuk membakar hatimu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 08, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I MISS YOU, DELL (Cinta Pertama) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang