Tetangga

11.6K 85 0
                                    

“Kamu di rumah jangan pakai begitulah.” Alan menatap tidak suka dengan penampilan Ria.

“Nggak ada siapa-siapa juga, cuman kita berdua. Lagian enak kalau kamu mau tinggal nurunin celana dalamku terus masukin penismu.” Ria menjawab santai.

Alan menggelengkan kepalanya “Kalau ada tamu gimana?”

“Kamu lah yang temuin.”

“Aku kayak nggak pernah beliin kamu baju aja.”

“Sayang, disini itu panas jadi jangan salahkan aku kalau pakai begini.”

Alan memilih diam tidak mendebat Ria lagi, melihat Alan diam membuat Ria melakukan pekerjaannya. Tidak lama masuk kedalam kamar, mengambil ponselnya dan mulai berbalas pesan dengan Damian. Hubungan mereka semakin dalam, Ria mengambil keputusan menggunakan kontrasepsi tanpa ijin dari Alan dan Damian yang mengantarkannya pada saat itu.

Ria tahu apa yang dilakukannya ini pasti beresiko dengan rumah tangganya, tapi dirinya sudah tidak peduli lagi karena Damian berhasil memberikannya kenikmatan. Mengirim foto yang diambilnya tadi pada Damian, pria itu pasti sendirian di rumah atau bisa jadi menghabiskan waktu dengan wanita lainnya.

“Sayang, aku keluar dulu.” Alan masuk kedalam kamar mengganti pakaiannya.

“Kemana?” tanya Ria penasaran.

“Rumah ibu, bapak katanya sakit. Kamu mau ikut?”

Ria menggelengkan kepalanya “Kamu aja, pasti nanti ribet kalau aku ikut.”

Alan menganggukkan kepalanya “Hati-hati.”

Alan mencium bibir Ria sebelum keluar dari kamar, mengikuti Alan keluar yang langsung mendapatkan tatapan tajam. Ria paham dengan apa yang tidak Alan sukai, pakaiannya masih tidak layak untuk keluar. Menutup pintu dan tidak lupa menguncinya, menatap dari jendela dimana kendaraan Alan sudah keluar. Ria mengirim pesan pada Damian untuk bertemu, menunggu lama tapi tidak mendapatkan jawaban dan Ria memilih langsung menghubunginya, beberapa kali menghubungi tidak diangkat.

Suara ketukan pintu membuat Ria mengambil daster pendek untuk menutupi pakaian terbukanya, membuat pintu mendapati tetangga samping rumah membawa makanan. Ria mengerutkan keningnya melihat tetangga depan rumahnya, pria yang baru saja ditinggal istrinya.

“Ada apa ini Pak Tora membawa makanan?” tanya Ria saat mengambil bungkusan.

“Barusan keluar beli makanan sekalian buat Mbak Ria dan Mas Alan.”

“Punya bapak sendiri?” tanya Ria.

“Ada di rumah, mbak.”

“Terima kasih banyak, Pak.” Ria mengucapkan terima kasih dengan senyum manisnya.

“Mas Alan kemana?”

“Mas Alan ke rumah orang tua, Pak. Ada perlu?”

“Bagaimana kalau kita makan bersama?”

“Maksudnya?” tanya Ria bingung.

“Saya beli agak banyak, yang itu buat Mas Alan. Mbak Ria makan sama saya di rumah.”

Ria mencoba mencerna kata-kata pria dihadapannya ini, pria yang berusia diatasnya sepuluh tahun ini masih tampak kuat. Membayangkan apa yang akan terjadi membuat bagian bawahnya basah, setidaknya tidak ada Damian bisa terpuaskan oleh pria dihadapannya.

“Saya taruh ini dulu, pak.”

“Saya pulang dulu, mbak nanti langsung masuk saja.”

Ria menutup pintunya, memasukkan makanannya dengan meletakkan diatas meja. Membuka dasternya dan melepaskan pakaian yang biasa dipakainya, menggunakan kembali dasternya tanpa apapun didalamnya, melepaskan bra dan celana dalamnya. Ria mengambil ponselnya mengirim pesan pada Alan jika dirinya akan keluar dengan sahabatnya, jadi meminta Alan untuk bisa lebih lama menemani orang tuanya.

Keluar dari rumah tidak lupa mengunci pintunya, Ria sudah merasa gatal pada bagian vaginanya, membayangkan apa yang dilakukan tetangganya. Membuka pintu sesuai dengan apa yang dikatakan Tora dan langsung menutupnya dengan tidak lupa menguncinya. Ria masuk kedalam seketika berhenti melihat Tora bertelanjang dada dengan celana dalamnya, celana dalam yang memperlihatkan tonjolan disana membuat Ria menelan saliva kasar.

“Kita makan, mbak.”

Ria melangkah mendekat kearah Tora, vaginanya semakin gatal membayangkan apa yang akan terjadi. Ria akan menarik kursi yang ada disamping, tapi terhenti saat Tora menarik tubuhnya membuat Ria berada di pangkuan pria itu. Ria bisa merasakan tonjolan yang masih berada didalam, menelan saliva kasar ketika tangan Tora membelai pahanya.

“Kamu sudah basah, mbak. Kita makannya nanti saja bagaimana?”

Tora tidak menunggu jawaban Ria langsung melumat bibirnya kasar, tangannya mengangkat faster yang Ria pakai. Menghentikan ciuman dan langsung membukanya, menatap tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Tora bisa langsung melihat payudara Ria dengan putingnya berwarna pink, tersenyum kecil membuat Ria hanya diam.

“Kamu memang menginginkannya kan, mbak?”

“Lakukan sekarang, Pak. Aku sudah tidak sabar dan menginginkanmu didalam.”

“Sabar, sayang. Kita lakukan pelan-pelan.”

Tora berdiri membuat Ria langsung melingkarkan tangannya di leher, membawa Ria menuju kamar yang tidak tahu kamar apa. Masuk kedalam kamar dengan meletakkan Ria di ranjang, membuka celananya dan langsung terlihat penisnya yang panjang, ukurannya sedikit berbeda dibandingkan Damian, tapi pastinya lebih besar dari Alan.

“Kamu suka, sayang? Kita akan menikmatinya setelah ini.”

Alan kembali melumat bibirnya kasar, tangannya berada di payudara dengan memberikan remasan kecil, tangan yang lain berada di payudara Ria membelainya pelan. Bagian bawahnya terdapat bulu halus yang membuat Ria mendesah tertahan, Tora melepaskan ciumannya dengan beralih pada payudara Ria dihisapnya kuat.

“Oughh...Pak...”

“Mbak benar-benar nikmat, sudah lama saya nggak merasakan ini semua.”

LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang