Pagi menjelang. Matahari bersinar, langit cerah biru tua dengan hamburan awan. Pepohonan berwarna hijau keemasan lembut dengan sedikit daun baru, dan kumbang-kumbang berdengung di halaman. Semilir angin dan derit pintu kamar membangunkan Wu Xie dari tidur terdalam yang pernah dia alami.
Pangzi menguap lebar, melangkah keluar kamar dan langsung disambut pemandangan di ruang tamu yang membuat keningnya berkerut.
"Kenapa kau tidur di sini?" suaranya yang serak menyentakkan Wu Xie. Pemuda itu bangun, menegakkan punggung dan menggosok matanya.
Botol dan dua gelas anggur di meja membuatnya semakin bingung.
Pangzhi diam saat dia berhenti di depan pintu kamar. Sementara Wu Xie merasakan sapuan mata yang penuh rasa heran. Pangzi pasti memikirkan banyak dugaan sementara keheningan yang berat menjerat mereka untuk beberapa lama. Akhirnya Wu Xie melirik Pangzi yang masih menatap lurus ke arahnya.
"Berhentilah menatapku seperti itu," ia memprotes.Ekspresi Pangzi masih terpana hingga wajahnya miring. "Apa yang salah denganmu?"
"Tidak ada cukup waktu dalam sehari bagiku untuk memberitahumu."
"Katakan saja secara singkat."
Butuh upaya terkonsentrasi bagi Wu Xie untuk mengungkit tentang peri Qilin. Rasa hampanya tidak akan pernah membiarkan fantasi itu pergi.
"Seorang peri datang mengunjungiku."
"Hahh??" Hanya itu yang terpikir oleh Pangzhi untuk diucapkan.
"Aku tidak berbohong," lanjut Wu Xie.
Jengah oleh tatapan Pangzi yang menghakimi. "Dia seorang pemuda yang tampan. Bahkan mirip ilusi. Tidak heran, dia bukan berasal dari dunia kita. Namanya Peri Qilin."Pemuda tampan? Peri Qilin?
Pangzi menggaruk tengkuknya."Apa kau baik-baik saja?" tanyanya terbata-bata, kemudian merayap ke tepi sofa dan duduk lemas di atasnya. "Sepertinya kau mengigau."
Wu Xie tiba-tiba tidak ingin menyelesaikan percakapan ini. "Ini sulit dijelaskan. Yang pasti, aku tidak sedang berkhayal."
"Yeah, tapi aku juga tidak menghakimi."
Perlahan, Wu Xie memutar kepalanya dan menatap Pangzhi. "Apakah kau sungguh ingin tahu tentang peri itu?"
Dilempar oleh perubahan pemikiran yang tiba-tiba, Pangzhi sesaat bengong, tidak bisa langsung menjawab.
"Aku-entahlah. Lelucon apa ini?"
"Katakan kalau kau akan mempercayaiku."
Pangzhi memang ingin tahu tentang lelucon itu. Dia menatap Wu Xie dengan alis yang sedikit terangkat.
Wu Xie tidak tahu apakah dia geli atau terkejut dengan ucapannya."Oke, pertama-tama katakan padaku kenapa dia datang?" tanya Pangzhi ragu-ragu.
"Entahlah. Tiba-tiba dia mengetuk pintu dan ingin bicara denganku."
"Apa yang kalian bicarakan? Silsilah keluarga?" Pangzhi terkekeh geli.
"Dia datang untuk mengawasiku. Seseorang yang pernah kuceritakan padamu, sosok tinggi hitam yang menyeret remaja nakal yang memukuli aku beberapa tahun lalu. Dialah orangnya."
"Ya. memiliki tempat yang tidak diketahui siapa pun, tersembunyi di hutan. Dia bisa muncul satu kali dalam setahun."
"Satu kali dalam setahun?" Pangzhi menyela.
"Dia harus menunggu Neferet, Putri Cahaya, mengizinkannya pergi ke alam manusia."
"Kedengarannya mirip dongeng kuno tapi teruskan."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐍𝐞𝐜𝐭𝐚𝐫 𝐨𝐟 𝐌𝐞𝐦𝐨𝐫𝐲 (𝐏𝐢𝐧𝐠𝐱𝐢𝐞)
Fanfiction𝐁𝐨𝐨𝐤 𝐢𝐧𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐢𝐬𝐢 𝐤𝐮𝐦𝐩𝐮𝐥𝐚𝐧 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐨𝐧𝐞 𝐬𝐡𝐨𝐨𝐭/𝐭𝐡𝐫𝐞𝐞 𝐬𝐡𝐨𝐨𝐭 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐠𝐞𝐧𝐫𝐞. 𝐏𝐢𝐧𝐠𝐱𝐢𝐞 𝐅𝐚𝐧𝐟𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 𝐂𝐨𝐥𝐥𝐞𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 𝐖𝐫𝐢𝐭𝐭𝐞𝐧 𝐛𝐲 𝐒𝐡𝐞𝐧𝐬𝐡𝐞𝐧_𝟖𝟖 𝐙𝐡𝐚𝐧...