Wu Xie masih tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Sepasang kakinya seakan terpaku di lantai, sulit digerakkan. Untuk beberapa detik, ketukan itu tak terdengar lagi, tapi jejak ketegangan masih melekat. Apakah ia harus membuka pintu?
"Pangzhi," ia berbisik di depan pintu kamarnya. Dengkuran si gendut justru makin nyaring. Tak ada harapan dia mendengar panggilannya, apalagi ketukan di pintu depan.
Huft!
Wu Xie menarik napas berat. Menatap pintu utama yang menjulang dalam gelap.
Knock! Knock!
Jantungnya nyaris melompat lagi.
Ahh! Ini sudah keterlaluan! umpat Wu Xie gemas.
Siapa pun orang iseng yang menakut-nakutinya, ia harus menghadapinya dengan berani. Tidak ada seorang pun yang berhak mengganggu istirahat seseorang.
Akhirnya, ia mampu menyeret kakinya menuju pintu depan. Tangannya lumayan gemetar sewaktu memegang knob pintu yang dingin, kemudian memutar kunci dengan tangan yang lain. Wu Xie menahan napas sewaktu menarik pintu, membukanya sedikit untuk mengintip ke luar. Tidak ada siapa pun di depan pintu.
Hehh?!
Dia mengernyit gusar. Apa-apaan? Apakah yang baru saja mengetuk pintunya adalah hantu? Sungguh menyebalkan.
Dengan mengumpulkan keberanian ia membuka pintu lebih lebar kemudian melangkah ke luar. Lampu teras berpendar lemah. Angin malam bertiup kencang menyapu wajah dan rambutnya. Wu Xie menggigil. Dia merapatkan kedua lengan di dada, celingukan mengamati halaman.
Tidak ada siapa-siapa. Apakah sungguh ada hantu?
Bulu kuduk Wu Xie meremang memikirkan kemungkinan itu.Mengabaikan perasaan gelisah dan seram yang disebabkan oleh seluruh rantai pemikiran ini, ia mulai berbalik dengan tegas dari halaman ketika sebuah gerakan tertangkap di sudut matanya. Wu Xie membeku. Itu adalah sebuah bentuk. Sebuah tubuh. Itu seseorang. Orang itu sedang berdiri di samping pohon cemara hias yang ditanam paman di sudut halaman. Sosok itu samar, kepalanya tertunduk. Bagus. Dia tidak melihat padanya. Wu Xie tidak ingin tahu siapa atau apa itu. Sebenarnya ia sudah cukup stres dalam hidupnya.
Dia tidak membutuhkan penambahan cerita hantu jenis apa punSegera, ia memutuskan untuk kembali ke dalam rumah. Berdiri kebingungan dalam gelap membuatnya merasa seperti anak kucing yang tersesat. Dia memutar tubuh, berniat kembali menuju pintu.
Dan ...
"Uwaaa!!!"
Wu Xie menutup mulutnya rapat-rapat dengan telapak tangan, mencegah teriakannya semakin lantang. Apa yang dilihatnya pasti akan membuat siapa pun terlonjak kaget. Sesosok tubuh pemuda tinggi serba hitam tiba-tiba muncul di belakangnya, entah datang dari mana. Mungkinkah sosok di samping cemara? Tetapi cepat sekali gerakannya. Bahkan tidak ada desiran apa pun mengiringi kemunculannya yang misterius.
Pemuda itu mengenakan jubah hitam panjang. Aroma manis rerumputan dan pepohonan yang khas bergerak bersamanya, seolah-olah dia membawa sepetak kebun yang indah ke mana pun dia pergi. Wu Xie pasti akan segera berteriak 'hantu' dengan sekuat tenaga seandainya saja ia tidak memandang wajahnya.
Hantu ini ... tampan sekali.
Wu Xie membeku untuk sesaat. Bagaimana hantu bisa setampan ini. Tidak mungkin. Ini terlalu aneh untuk menjadi nyata.
"Si-siapa kau?" akhirnya Wu Xie mampu bersuara setelah terhipnotis dengan cara yang tidak etis.
"Qilin." Pemuda berjubah hitam mengangkat tatapannya, menusuk tajam ke sepasang mata Wu Xie yang berkedip-kedip mirip kucing mengantuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐍𝐞𝐜𝐭𝐚𝐫 𝐨𝐟 𝐌𝐞𝐦𝐨𝐫𝐲 (𝐏𝐢𝐧𝐠𝐱𝐢𝐞)
Hayran Kurgu𝐁𝐨𝐨𝐤 𝐢𝐧𝐢 𝐛𝐞𝐫𝐢𝐬𝐢 𝐤𝐮𝐦𝐩𝐮𝐥𝐚𝐧 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐨𝐧𝐞 𝐬𝐡𝐨𝐨𝐭/𝐭𝐡𝐫𝐞𝐞 𝐬𝐡𝐨𝐨𝐭 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐠𝐞𝐧𝐫𝐞. 𝐏𝐢𝐧𝐠𝐱𝐢𝐞 𝐅𝐚𝐧𝐟𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 𝐂𝐨𝐥𝐥𝐞𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧 𝐖𝐫𝐢𝐭𝐭𝐞𝐧 𝐛𝐲 𝐒𝐡𝐞𝐧𝐬𝐡𝐞𝐧_𝟖𝟖 𝐙𝐡𝐚𝐧...