BAB VI

1 0 0
                                    


"Sepandai ikan berenang, kalau mereka ikan sarden. Akan tertangkap juga!"

Kalian cemas dengan keadaan Andrea? Cerita masa lalu nya. Belum. Itu masih harus diceritakan beberapa bab lagi. Tipuan untuk dirinya masih panjang.

Ya, beberapa hari sejak pertemanan Andrea dengan Fawas dan Izzi, jantung nya benar-benar tak bisa lagi membohongi. Takut-takut, kalau pertemanan mereka akan hancur. Kebencian menguasai. Dan parahnya lagi, Andrea diusir dari keluarga yang sangat dicintai nya.

Kakaknya Indra mungkin tidak akan mentoleransi.

Andrea buru-buru membuang jauh pikiran suudzon nya itu, suudzon yang bukan hanya berkaitan dengan orang lain. Tapi juga nasib, itu tetap tidak boleh.

Untungnya hari-hari berlalu dengan ketenangan. Laki-laki yang selalu menjadi maksud Andrea tak pernah kembali. Sekolah berjalan lancar, teman-teman Andrea juga tetap berhubungan. Tak ada kemurungan. Semua ceria.

Seperti langit di atas sana, jernih seperti lautan. Dua lautan bertemu, ikan-ikan memanggil. Mencoba membuat mereka hangat. Matahari bersinar terang, teriknya membuat mood naik, ini bukan candaan tapi inilah yang dirasakan Andrea saat ini.

Pagi hari kali ini, Andrea tidak telat 5 menit pun. Bahkan sejak 15 menit sebelum gerbang sekolah ditutup dia sudah sampai. Kakak nya saja heran dengan kelakuan adik nya kali ini.

"Kamu dapat cewe baru?" Ujar sang kakak. Mama yang mendengar hal itu menatap antusias.

"Wah, kamu sudah dekat sama siapa lagi, Nak? Kamu bisa cerita ke Mama lohh..." ucap Mama.

"Dia mah, gak pernah pacaran, Ma. Jangan husnudzon banget sama dia." Indra mengejek. Mama mereka yang mendengar tertawa cekikikan. Ceritanya, mereka sedang sarapan bersama saat itu.

"Yah, tapi mungkin benar aja opini abang kan, Dek?" panggilan tak biasa, karena ada Mama sedang bersama mereka.

"Ya, jangan SOTOY kak. Ini aku lagi mau produktif, belajar mengenali lingkungan. Biar gak hapal rumus matematika doang." Jelas Andrea.

"Seperti perkataan Khairul Ilmi ilmul Haali, kan?"

"Ya," Andrea menjawab dengan tegas.

Sejurus kemudian, Andrea telah melaju menggunakan motor Honda Vario 160 miliknya. Bergegas sebelum ditawari sang kakak berangkat bersama. Dia berusaha menghindari perasaan tidak enak itu, salah satu cara yang dia pilih adalah menjauh dengan tetap membuat suatu kebaikan.

Suasana sekolah masih terlampau sepi, hawa dingin lebih mendominasi tempat ini. Dengan pepohonan yang bernafas luas, hijau dan rimbun. Beberapa petugas pembersih sekolah mulai menyapu beberapa dedaunan yang berjatuhan. Ada juga satpam yang barusan mengobrol dengan Andrea. Untuk menjalin kontrak, agar mungkin kalau telat dia bisa masuk dengan dibukakan gerbang olehnya. Ada juga petugas kantin yang berbondong-bongdong membawa barang dagangan nya. Banyak, aroma sedap keluar sehilir dari lewat nya mereka di hadapan Andrea.

Kemudian Andrea menghampiri lorong sekolah, apik. Ada nuansa estetik disana, seperti filter alami. Cocok untuk beberapa kata typography, yang setidaknya sudah banyak dipelajari Andrea selama liburan kemarin.

Beberapa langkah ke depan, sampai di taman. Taman yang berada ditengah gedung berlantai 3 ini sangat asri, bermacam tumbuhan menghiasi setiap sudut dari jenis tumbuhan bunga sampai dengan obat-obatan. Selain itu, beberapa plat motivasi tertanam kuat di beberapa bagian, bertuliskan;

Ayo, Lestarikan Tumbuhan Indonesia!

Hidupkan Bumi Kita!

Dan masih banyak lagi..

maaf, aku benci orang tua kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang