Prolog

101 13 0
                                    

Gadis itu berjalan menunduk, berusaha menyembunyikan wajahnya dari orang-orang yang tengah menatap penuh penghakiman. Kedua tangannya terus berkeringat, saling meremas satu sama lain untuk menghilangkan perasaan gusar.

Selama dua puluh tahun hidup, dirinya tidak pernah membayangkan akan di hadapkan pada kejadian seperti ini. Sebaliknya, ia akan menjadi eksekutor untuk siapa pun yang tak disukainya.

"Jadi dia cewek yang di foto itu?"

"Nggak tau malu banget, masih berani dateng ke kampus!"

"Ngerusak nama kampus, tuh, cewek kayak begitu!"

"Jangan-jangan bener gosip itu, kalau dia chicken kampus, haha!"

Ia semakin menundukkan wajah, tak sanggup mendengar ucapan yang semakin membuat kepalanya terasa akan meledak.

"Dasar cewek nggak bener!"

"Beban kampus!"

"Lonte!"

Mengangkat wajah, ia berujar lirih, "Gue bukan cewek kayak gitu."

"Haha, mana ada maling ngaku!"

"Sekali murahan tetep murahan!"

"Jijik gue deket-deket sama dia!"

Tidak. Kenapa semua orang tak henti merendahkannya? Ia bukan gadis seperti itu walaupun tidak bisa dikatakan sebagai orang baik juga. Sikapnya sangat buruk dan mungkin tak termaafkan.

"Cukup!" teriaknya tertahan. Ia menutup kedua telinganya rapat. Ternyata rasanya semenakutkan ini. Pandangan jijik, merendahkan dan meremehkan, semua tertuju padanya, tak lupa dengan teriakan yang masih menggema di pendengarannya. Ia ingin menghilang saat itu juga.

"Gue ... nggak kayak gitu," sangkalnya tercekat sembari menggeleng keras. "Gue dijebak. Gue-"

Sebuah dorongan membuatnya terhuyung. Tubuhnya menyentuh lantai yang cukup keras hingga refleks ringisan keluar dari bibirnya. Dengan air mata yang sudah tak terbendung, ia menatap bergantian orang-orang yang kini malah tertawa.

Berkali-kali menyangkal, tapi tak ada yang percaya, mereka malah semakin menjadi. Ia berusaha menghentikan tangisannya, berharap ada seseorang yang datang menyelamatkan. Namun, fakta bahwa semua menjauh, termasuk kedua sahabatnya, ia tersadar bahwa ini mungkin adalah akhir dari hidupnya.

Mungkinkah ketakutan korban yang pernah dibully-nya sama seperti ini?
Inikah balasan atas semua yang pernah dirinya lakukan di masa lalu?

***

Hai-hai!

Princess in the Dark part 1 udah publish di Karyakarsa, lho! Buat yang nggak sabar pingin baca ceritanya bisa langsung cus ke sana. Harganya murmer kok! Hehe





Princess in the Dark Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang