Princess in the Dark

1- Putri yang Terbuang

Mungkinkah ini karma?
***

Putri Nagita Audrina tak pernah menyangka hidupnya akan berubah 180 derajat. Satu minggu lalu, berbagai sanjungan ia dapatkan karena berhasil menjadi juara pertama dari kompetisi modern dance tingkat universitas.

Kecintaannya pada sebuah tarian membuat dirinya berhasil menjadi ketua UKM D'Kreast. Walaupun tidak pintar di bidang akademik, Nagita sangat pandai menari. Banyak ide kreatif yang ia sumbangkan dan membuat UKM yang diketuainya berkembang pesat. Prestasi yang meningkat dan kerap mendapat undangan untuk mengisi berbagai acara, entah dari dalam kampus maupun luar kampus.

Sayangnya, beberapa orang tidak menyukai gadis itu. Bukan sebab rahasia yang ia sembunyikan di masa lalu, melainkan sikapnya yang kerap tak mau mendengar pendapat orang lain. Nagita selalu ingin menang sendiri dan tak ingin dibantah. Semua yang ia katakan harus diikuti. Seperti berbagai ide yang ia sumbangkan untuk sebuah kompetisi atau kegiatan lainnya. Walaupun tak dapat ditampik, semua akan berakhir dengan sukses.

Nagita bukan gadis yang pandai menjaga perasaan. Ia mengatakan apa yang tak disukainya di depan orang tersebut. Tak memikirkan rasa malu dan sakit hati dari sosok yang dikomentarinya karena Nagita tidak penah mengenal tempat dan waktu melakukan hal tersebut.

"Masih berani lo dateng ke kampus?"

Suara penuh ejekan terdengar saat baru satu langkah kakinya memasuki ruangan. Nagita menarik napas, berusaha untuk tidak terpancing. Sudah cukup tiga hari lalu dirinya dipanggil dekan karena dua insiden sekaligus. Pertengkarannya dengan Seyna yang terus melontarkan hinaan dan ... sebab yang sebenarnya sangat tak ingin ia ingat lagi.

Sebuah foto berisi dua manusia berlawanan jenis yang tengah berciuman di bar. Ah, tidak. Faktanya lelaki itu hanya orang asing yang tiba-tiba datang dan menciumnya paksa.

Nagita yakin dirinya dijebak. Seburuk apapun sikapnya, ia masih tahu batasan. Malam itu, bahkan untuk pertama kalinya ia menginjakan kaki di bar. Andai saja bisa memutar waktu, Nagita tidak akan menghadiri acara ulang tahun sa-hh masih pantaskah ia menyebut sebagai sahabat?

Seyna menilik tubuhnya dari atas hingga bawah lalu tersenyum sinis. Ia seperti gadis paling bahagia melihat kehancurannya. Setelah kalah dalam pemilihan ketua UKM, Seyna kerap memberontak dan menolak ide-ide berlian sehingga mereka kerap beradu mulut. Selain tergabung dalam satu UKM, keduanya berada di jurusan, bahkan kelas yang sama.

"Keliatan, sih, dari penampilannya," tambah Seyna membuatnya mengepalkan tangan.

Memang apa yang salah dengan pakainnya? Rok yang ia kenakan tidak terlalu pendek hanya sedikit di atas lutut dan kemeja katun berwarna peach yang press body. Sejak SMA, ukuran roknya memang sudah seperti itu meski kerap mendapat teguran dari guru BK. Jadi, Nagita merasa biasa mengenakannya. Ah ya, jangan lupa dengan make up yang menghiasi wajahnya yang sedikit berlebihan walau tak menghilangkan kesan cantik.

Jika dulu dirinya akan semakin menantang musuhnya, sekarang Nagita memilih mengalah. Keadaannya berbeda. Saat itu, Nagita masih kekanak-kanakan dan membully sudah seperti kesenangannya. Hampir semua siswa takut dan tak ingin berurusan dengannya. Itulah yang membuatnya merasa berkuasa. Namun, setelah masuk perguruan tinggi, kebiasaan tersebut hilang walau sikap semena-menanya masih melekat. Mungkin seharusnya dulu ia meminta maaf sehingga karma tidak datang seperti sekarang.

"Kenapa diem?" Seyna terus memanasi, berbeda dengan teman-teman sekelasnya yang berperan sebagai penonton, mereka bahkan ada yang merekam. Setelah ini, pasti video tersebut akan menyebar, seperti pertengkarannya dengan Seyna waktu itu saat keduanya saling jambak.

"Gue tau, sih. Nggak ada alasan juga lo ngelak. Emang kenyataannya gitu, kan?" Seyna menepuk bahunya dan berbisik, "Jadi, udah berapa banyak cowok yang tidur sama lo?"