Prolog

44 17 13
                                    

Api kian membesar, membuat malam yang gelap sedikit terang. Membakar sebuah bangunan dengan papan nama yang bertuliskan "panti asuhan".

Rasanya hangat, cahayanya lembut ... namun, ada suara yang kurang menyenangkan dari sana.

Berisik dan memekakkan telinga.

Seorang gadis dengan rambut hitam panjang yang tergerai seindah malam, menatap beberapa meter dari bangunan yang terbakar.

Tangan kanannya mengeratkan genggaman pada sebuah tas berisi alat lukis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangan kanannya mengeratkan genggaman pada sebuah tas berisi alat lukis. Teriakan yang memekakkan telinga di tengah hening nya malam, suara kaca yang pecah karena suhu disana semakin tinggi. Ledakan gas dan listrik juga menjadi pemanis untuk bangunan yang hampir hancur.

Wajah lembutnya menjadi lebih kotor karena debu yang berterbangan. Senyum tipis terbentuk pada wajah indahnya, dia menikmati pemandangan ini.

Tidak ada air mata, hanya sebuah senyuman tipis dari seorang gadis biasa.

Lorillis yang berarti api malam meninggalkan tempat itu. Masuk ke dalam hutan yang gelap. Hutan yang selalu ibu panti asuhan larang untuk didekati apalagi dimasuki, hutan yang selalu menarik rasa penasarannya.

Di Setiap malamnya Lorillis akan selalu mendengar kalimat sebagai nyanyian pengantar tidurnya.

"Tetaplah di sini, jangan keluar. Sebab rembulan tak menginginkan dirimu untuk keluar rumah. Mereka terlalu cemburu dengan parasmu yang sangat elok, mengalahkan pesona kesempurnaan dewi-dewi dalam nirwana. Bahkan jika Kamu tetap ingin keluar, niscaya Kamu dalam bahaya."

Tapi, Lorillis tidak peduli lagi sekarang.

Senyuman masih terbentuk diwajahnya yang hampir sempurna, senandung kecil terdengar dari sela-sela bibirnya.

Lorillis berhasil menciptakan api malam miliknya sendiri, di hari ulang tahunnya yang ke 15 tahun.

Di dalam hutan yang gelap, di bawah naungan lembut sang rembulan, dia melangkahkan kakinya entah kemana. Hanya ada dia, sang api malam, bulan, rasi bintang dan angin malam yang tak henti-hentinya membelai rambut hitam milik gadis itu.

Percayalah, kalau Lorillis sangat senang malam ini.

Berhasil pergi dari bangunan menyeramkan bernama "panti asuhan" itu adalah hal terbesar yang diinginkan Lorillis.

Namun, kakinya kembali berhenti.

Di hadapannya kini terdapat sebuah mansion besar yang dingin, indah sekaligus menyeramkan.

Mansion itu jelas memiliki karismanya sendiri.

Keseharian yang hanya melihat dapur, ladang, atau kamar berisi orang-orang tua yang berbau alkohol dan tidak pernah melihat dunia luar tentu membuat Lorillis tertegun.

Aku ingin melukisnya. Jika begitu apa sang penguasa akan memaafkan perbuatanku dan menerima ku?

Sebuah pemikiran sederhana itu terlintas dalam benak Lorillis. Dia ingin mati, tapi merasa takut jika sang penguasa langit malam tidak akan menerima Lorillis yang berdosa dengan tangan kosong.

Walau sebenarnya Lorillis sendiri tidak tau apa itu arti 'sang penguasa langit malam'. Lorillis hanya sering mendengar itu dari ibu panti asuhan.

Katanya, sang penguasa langit malam itu hebat. Mereka bisa mengabulkan permintaan, mereka sangat berkuasa.

Jika begitu, kenapa 'sang penguasa langit malam' tidak mendengar permintaan Lorillis tiap malam?

Apa karena Lorillis terlalu kotor?

Mungkin dia harus membawa sesuatu agar dirinya kembali bersih, bukan?

Agar sang penguasa langit malam bisa memaafkannya?

Memaafkan seorang gadis kecil yang terpaksa melakukan hal kotor sejak lahir.

Memaafkan seorang gadis kecil yang berusaha keluar dari sangkar dengan cara membakarnya.

Creatures of the Night Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang