Bab 3 [ His Spesial Place ]

5 6 4
                                    

"Bolehkah saya berada di tempat spesial milik tuan muda?"

Wajah Lorillis terlihat merah karena terlalu senang mendengar jawaban dari Dorian. Tingkahnya masih anggun saat menunggu jawaban selanjutnya.

Dia berdiri, suaranya tiba-tiba memiliki nada memerintah, aura di sekelilingnya hampir menakutkan.

Dia tidak bisa dianggap remeh.

Lorillis tiba-tiba merasa sangat kecil dan rentan di hadapannya. Mata kuningnya yang bersinar menatap Lorillis dengan tegas.

Gadis itu tidak diizinkan untuk memalingkan muka.

"Ikuti saya dan berhati-hatilah agar tidak tersandung atau jatuh. Saya bisa sangat tak kenal ampun dengan kesalahan, Anda tahu. Apakah Anda mengerti?" Suaranya tegas dan tajam. Lorillis merasakan otoritas di balik kata-katanya, satu langkah salah dan itu akan menjadi akhir dari si Api Malam.

"Aku mengerti maksudmu, Tuan Muda."

Mansion besar dengan banyak kamar Lorillis lewati. Beberapa tampaknya terkunci. Dorian tidak berbicara lagi, diamnya mengintimidasi. Keheningan itu menakutkan.

Lorillis akhirnya tiba di balkon, dia bisa melihat langit malam. Memang sangat indah ... bulan dan bintang, sungguh indah, seolah-olah itu hanya sebuah lukisan yang ada di kehidupan nyata. Udaranya dingin, bau angin malam tercium di udara.

"Lihatlah langit itu. Tidakkah Anda mengatakan, itu benar-benar cantik?"

Suara tenangnya membelah keheningan malam.

"Lebih dari cantik tuanku. Itu sangat menawan dan indah. Izinkan aku untuk melukisnya Tuan."

Lorillis tersenyum dan membentangkan gaunnya kemudian sedikit membungkuk, begitu anggun dan manis di bawah sinar rembulan.

Dia menyeringai pada Lorillis, matanya yang kuning bersinar penuh geli. Lorillis memiliki sikap dan penampilan yang menyenangkan. Gadis itu sangat cantik di bawah sinar rembulan. Cahaya bintang dan bulan adalah latar yang sempurna bagi seniman seperti Lorillis. Dia menikmati tingkah laku tamunya yang sangat sopan.

Udaranya dingin dan pakaian Lorillis cukup anggun. Dorian bisa mencium bau parfum di tubuh Lorillis, baunya menyenangkan untuk seorang arwah bangsawan.

"Ya, ini adalah pemandangan yang menakjubkan. Cahaya bulan tentunya menambahkan sentuhan indah dan elegan pada pemandangan tersebut, bukan begitu?"

"Setuju sekali Tuanku, bulan juga terlihat lebih bersinar ketika ada bintangnya."

"Ya, tapi saya sarankan untuk jangan pernah menilai bulan dengan cara menatap bintang-bintang di sekitarnya."

"Jangan khawatir Tuan Dorian, langit malam akan selalu jatuh cinta pada bulan ... bukan pada bintang."

Lorillis tersenyum tipis, menengadah untuk melihat Dorian yang tampak seperti bulan itu sendiri.

Matanya yang kuning bersinar menatap gadis itu, senyumnya tumbuh. Tatapannya sangat kuat ... Dia menikmati saat-saat melihat Lorillis, dia mengagumi kecantikan gadis dengan netra bak permata yang memantulkan segala warna, dia menyukai bagaimana si Api Malam tersenyum.

Lalu dia berpikir untuk melakukan sesuatu yang sangat nakal.

Seketika ada angin dingin yang mengalir ke arah Lorillis, mengacaukan rambut dan pakaian gadis itu.

"Tamu tersayang dan paling terhormat. Bagaimana Anda menemukan rumah saya, Lorillis?"

Suaranya lembut dan lembut, nada dia berbicara hampir genit. Udaranya dingin tapi kehadirannya hangat ... matanya juga bersinar hangat.

Lorillis segera merapikan gaunnya yang sedikit terbuka karena angin, kemudian langsung menatap lurus kearah Dorian.

Lorillis tersenyum senang karena mendengar Dorian memanggil namanya.

"Aku menemukannya sambil berjalan dibawah sang rembulan. Aku penasaran dengan mansion yang indah ini dan akhirnya memberanikan diriku untuk masuk. Percayalah tuan, aku sama sekali tidak menyesal."

Tubuh Lorillis kini menggigil karena udara malam yang menusuk namun tenang saat melihat Dorian.

Matanya menjadi tajam dan cahaya kembali saat bibirnya melengkung menjadi senyuman sinis... Lorillis bisa merasakan udara di sekitarnya menjadi dingin dan angin mulai bertiup kencang.

Dia jelas sangat menikmati kehadiran Lorillis sehingga dia tidak bisa tidak menakuti gadis itu dengan kekuatan dan kehadirannya. Senyumnya menggoda dan dia menikmati setiap detiknya.

Tiba-tiba Dorian meraih Lorillis, tangannya menutupi mulut gadis itu.

Lorillis merasakan tubuh pemilik mansion itu condong kearahnya . Auranya semakin kuat, hembusan nafasnya terasa dingin di wajah Lorillis, senyumnya semakin lebar.

"Mengenai yang tadi ... entah mengapa saya yakin kalau bintang tidak akan meninggalkan langit malam meski langit malam jatuh cinta kepada bulan. Bintang akan tetap ada di samping bulan meski tidak terlihat sekalipun. Bagaimana menurut Anda?"

Tubuh Lorillis membeku ketika dia melakukannya secara tiba-tiba. Rasanya sangat menawan dan cantik di bawah sinar bulan. Wajah Lorillis memerah sedikit demi sedikit. Entah bagaimana caranya, dia tetap anggun dan tidak mengatakan apa-apa.

Dalam diam, Lorillis setuju dan menghormati serta percaya pada kalimat Dorian.

Jika Lorillis bisa menjadi bintang, dia tidak mungkin bisa meninggalkan bulannya kecuali bintang Lorillis mengalami Supernova.

Namun, sayang sekali Lorillis hanya api malam.

Tangannya terangkat dari mulut Lorillis saat dia tersenyum melihat wajah gadis di depannya memerah.

Lorillis bisa merasakan dingin di telapak tangannya dan angin semakin kencang. Dia menikmati perilaku Lorillis, dia tidak bisa tidak merasa tersanjung dan terhibur dengan cara Lorillis bertindak.

"Apa aku mengejutkanmu?"

Senyum lembut dan menggoda menyebar di wajahnya. Matanya bersinar geli melihat cara Lorillis tersipu. Si Api Malam dapat melihat senyumnya hampir mengejek ... Dorian benar-benar menikmati cara Lorillis bingung sekarang.

"S-sedikit Tuan ...."

Lorillis bingung harus menjawab apa.
Percayalah bahwa Lorillis sedang berusaha menahan tingkah lakunya agar tetap lembut dan anggun meski hatinya terasa ingin meledak.

Dorian kembali menikmati kebingungan Lorillis, saat senyumnya melebar dan mata kuningnya yang bersinar semakin besar. Dia menatap langsung ke mata Lorillis, matanya yang kuning bercahaya cerah saat senyumnya tampak menawan.

Ada sesuatu yang salah, dia terlihat menakutkan entah bagaimana.
Malam juga terasa sangat lama disini.

"Maafkan kebodohan saya, Lorillis. Kecantikanmu begitu luar biasa sehingga saya harus melihatmu lebih jelas di bawah sinar bulan.. Yah, kuharap Anda mengerti"

Dorian mulai tertawa kecil, angin dingin meniup rambut Lorillis saat gadis itu juga merasakan sentuhan Dorian di bibirnya. Senyumnya semakin lebar, ada beberapa saat hening yang dipenuhi angin dingin dan aroma malam.

Dia tampak senang, tapi kehadirannya menakutkan. Sesuatu tentang dia terasa sangat salah. Dia mulai tertawa lagi.

"Sepertinya saya telah menemukan Nona dengan versi paling layak. Sungguh suatu kehormatan memiliki tamu seperti Anda."

Creatures of the Night Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang