Wang Yibo kira orang culun itu hanya tentang siswa penakut, berkacamata tebal dengan gigi berbehel, serta memeluk buku kemana-mana. Rupanya dia salah setelah bertemu anak baru di kelas Pariwisata C. Anak itu bernama Xiao Zhan dan Yibo dilawan!
Namun...
UNTUK yang ke-2 kalinya, Zhan membuat penghuni sekolah kaget karena datang bersama Ian. Xuan dan Lin Su berjalan bagai pengawal pribadi di belakang 2 orang itu. Ian sendiri merangkul leher Zhan, pipi nyaris bersentuhan dengan leher si culun imut.
"Big Bear, nanti makan sama aku aja, ya. Cokelatnya masih banyak, loh!"
Ian tersenyum hangat, itu adalah senyuman mahal yang tidak ditujukan pada orang-orang sembarangan.
"Hihi... Abang, jangan dicubiiit!" Zhan merengek manja saat Ian menarik pipinya main-main.
Luhan di jendela kelas menyeringai pada Yibo yang bad mood seketika. Kapten basket itu meremas penghapus papan, membuat bubuk kapur bertebaran ke celananya.
"Yibo, lo kejauhan mainnya. Liat Zhan, udah ada 3 beruang yang jagain."
"Yang ngeselin tuh si Big Bear, Lu." Sahut Yibo. Takk! Dia meletakkan penghapus dengan kasar ke meja guru.
"Big Bear, huh?Okay, I admit he's a big bear with big arms, and look at his sexy tattoos. Ulalaa~"
Yibo menendang betis Luhan tanpa ragu, sampai tubuh bagian depan cowok cantik itu menghantam tembok.
"WANG YIBO!"
"Nggak usah centil, Lu. Ini permulaan."
"Permulaan apa? Akui ajalah, belum apa-apa lo emang udah kalah saing." Luhan mengejek sepenuh hati.
Yibo berdecih. Dia melihat bagaimana Ian mengelus-elus kepala Zhan yang sibuk memeriksa sesuatu di tas. Xuan bersandar santai di ambang pintu, bersuit-suit ria saat ada adik kelas lewat.
Plak! "Duh, empuknyaaa~"
"Kak Xuan mesum!" Dug! Seorang cowok mungil menendang betis Xuan, membuat si kakak kelas mengaduh lalu tertawa terbahak-bahak.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lin Su berdecih melihat Xuan menepuk pantat adik kelas mereka tadi. Itu wajar bagi Xuan, tapi tidak semua murid menerimanya, walaupun cowok mungil tadi sempat tersipu.
"Bunny?" Ian memanggil khawatir.
"Big Bear, obatku kelupaan!" Zhan berbisik dengan ekspresi panik.
Ian menampar jidatnya sendiri. "Abang bilang apa dari semalam, ha?"
"Maafin akuuu~ sekarang gimana, dong?" Zhan berkedip-kedip menyesal, Lin Su berdehem membasahi tenggorokan.
"Kakak bisa ambilin ke rumah, Zhan Zhan. Kasih tau aja di mana ditaruh." Ujarnya dengan dagu terangkat.
Zhan menatap Lin Su seperti mendamba. "Kak Lin emang terbaik! Obatnya ada di laci teratas meja belajar. Aku minta tolong, pleaseeee~"