21. Fetus

124 22 5
                                    

Hari demi hari berlalu, kondisi Vincent semakin hari terlihat kian membaik, terlihat dari seringnya ia membuka mata dan merespon obrolan dari orang di sekitarnya, walaupun dirinya juga masih kesulitan mengeluarkan lebih banyak kata.

Di sisi lain, entah karena seringnya kerjasama anggota keluarga untuk mengupayakan kesembuhan total Vincent atau karena seiring berjalannya waktu, membuat Jennie mulai melembutkan hatinya untuk Minzee.

"Aku membawakan ini untukmu, makanlah."

Minzee reflek mengubah posisinya saat sebuah paperbag berisi makanan diletakkan oleh Jennie pada meja yang ada di depannya.

"I-ibu?"

"Ya? Makanlah, kau pasti belum sempat makan karena mengurus ayah. Ngomong-ngomong, bagaimana kata dokter?"

"Hari ini dokter belum berkunjung, tapi kemarin hanya bilang jika kondisi ayah sudah membaik."

"Hah syukurlah, dia masih tidur." Ungkap Jennie sembari membetulkan selimut pada tubuh suaminya.

"Sebentar lagi juga akan bangun." Minzee menimpali ucapan ibunya sambil tersenyum.

Jennie menoleh dan menatap anak perempuan itu kemudian membalas dengan senyum miliknya.

"Cepat makanlah mumpung masih hangat, Felix bilang kau ada kuliah pengganti hari ini."

"Ah iya, bisa-bisanya aku lupa, terima kasih sudah mengingatkan."

Lagi-lagi Jennie hanya tertawa kecil setelah mendengar jawaban dan tingkah lucu Minzee, hal yang jarang sekali Minzee dapatkan selama mereka tinggal bersama. Namun kali ini Minzee mendapatkannya, sikap hangat dari orang yang selama ini ia anggap sebagai ibunya.

 Namun kali ini Minzee mendapatkannya, sikap hangat dari orang yang selama ini ia anggap sebagai ibunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

"Kau yakin membawa mobil sendiri?"

"Sudah kesekian kalinya tapi kau baru bertanya, hmm.."

"Karena kita baru bertemu lagi, Zee. Aku sangat sibuk mengejar kuliahku yang tertinggal."

"Kalau begitu, semangat!" Minzee tertawa sambil mengangkat kedua kepalan tangannya, isyarat memberi dukungan pada kakaknya.

"Thank you, tapi kau belum menjawabku, Zee."

"Kau tak perlu mengkhawatirkanku berlebih, kak. Aku hanya sedang hamil, tidak sakit."

Felix menelan ludah mendengar jawaban santai adiknya, sejauh ini hanya ia anggota keluarga yang mengetahui tentang kehamilan Minzee, bahkan kepada ibunya pun ia belum berani bercerita, mengingat hubungan ibu dan adiknya yang perlahan mulai terlihat membaik, ia takut jika berita ini akan merusak kembali hubungan keduanya.

"Kak? Hey, kau kenapa?" Minzee melambaikan tangannya beberapa kali dihadapan kakaknya yang sedang melamun.

Menyadari hal itu, Felix membuyarkan semua yang sedang ia pikirkan dan mulai bertanya pada sang adik tentang hal yang mengganjal di pikirannya.

Stockholm Syndrome (Minji - Hyunjin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang