Matahari mulai menampakkan wujudnya pagi ini, seorang lelaki tampan dengan rambutnya yang berponi itu terusik oleh sinar matahari yang masuk ke dalam kamarnya dan mengganggu tidur nyenyaknya pagi ini.
Perlahan ia membuka matanya guna menyesuaikan cahaya yang masuk, Indra pendengar nya menangkap suara ketukan pintu yang ia yakini itu adalah sang bunda.
Langsung saja Zee bangun dan berjalan berniat membukakan pintu, benar saja. terlihat bundanya tengah tersenyum menatap dirinya.
"Pagi sayang, cepet siap-siap gih, kita sarapan bareng-bareng ya? ayah udah nunggu tuh di bawah. bunda mau bangunin Abang kamu dulu."
"Iyaa Bunda, tungguin kakak ya."
Shani mengangguk seraya mengusap lembut kepala anaknya itu, senyum hangat ia tunjukan ke arah Zee.
"Iya sayang, cepetan dikit ya siap-siap nya? kasian ayah kalau nunggunya kelamaan." Ucap Shani yang diangguki oleh Zee
"Siap bunda, gak akan lama kok, bilangin ayah jangan ngambil start duluan gitu ya?"
Zee langsung menutup pintunya dan berlari menuju kamar mandi, tak lama hanya membutuhkan waktu 30 menit dirinya sudah siap dengan seragam sekolah yang sudah rapih itu.
Zee memandang dirinya pada cermin besar itu, ia menyisir rambutnya dengan rapih dan tersenyum simpul.
"Keren juga gue diliat-liat" Ucapnya dengan bangga.
Dirasa sudah cukup, ia berbalik badan dan menyambar jaket kulit hitamnya beserta tas miliknya itu dan berjalan menuju lantai bawah yang dimana sudah ada empat manusia yang menunggu kedatangannya.
Zee mengambil tempat disamping Aldo, jaket kulitnya ia gantung dengan asal di atas sandaran kursi. Zee tersenyum manis ke arah bundanya yang tengah mengoleskan selai di atas roti untuknya.
Satu kecupan ia jatuhi di pipi sang bunda lalu berucap.
"Selamat pagi bundadari yang cantik."
Shani tersenyum seraya mengangguk, roti yang sudah ia olesi dengan selai pun Shani sodorkan kehadapan anaknya itu.
"Nih di makan, bekal yang ini bunda masukin tas ya, Kak?"
Shani memang terkadang selalu membawakan bekal untuk anak-anak nya, seolah itu sudah menjadi kebiasaannya setiap hari, Aldo maupun Zee sama sekali tidak keberatan jika mereka harus dibekali dari rumah oleh sang Bunda, persetan dengan ucapan orang lain jika ada yang mengatainya 'udah gede kok masih bawa bekal dari rumah?'. bodoamat selagi tidak merugikan orang banyak, bahkan Zee lebih suka dan akan menerima apapun pemberian bundanya.
"Yang Abang udah kah, Bun?" Tanya Aldo bertanya sebelum meneguk habis susu buatan bundanya.
Shani mengangguk "udah kok, pokoknya bekal punya kalian udah bunda masukin ke tas-nya masing-masing." Ucap Shani
Lingga yang sedari tadi menyimak pun tersenyum hangat menatap sang istri, satu kecupan manis ia jatuhkan pada dahi sang istri.
"Bunda manis banget ya, yah." Ujar Zee yang juga menyaksikan aksi kebucinan kedua orang tuanya itu dengan tangan yang menopang pada dagunya.
Lingga menoleh menatap si bungsu dengan anggukan setuju, lelaki berkacamata itu melahap habis sisa roti ditangannya sebelum menjawab.
"Jelas dong, istri ayah gitu loh. harus jadi contoh nih buat kalian berdua, kalau nyari calon istri tuh minimal duplikatan kaya bunda kalian lah, ya." Lingga terkekeh kecil
Shani mencubit lengan suaminya itu "apasih, yah. gak usah kaya bunda juga gak papa kali, asal calon nya harus yang baik dan tulus aja sama anak-anak bunda dan keluarga" Jelas Shani dengan senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
LET ME LOVE YOU
Teen FictionSesuatu yang di lepaskan secara terpaksa, sakit nya tidak pernah sederhana. mohon bijak dalam menanggapi cerita ini mengandung kata-kata kasar. .