"Kita akan buat skandal."
Jeno yang semula fokus membaca naskah dalam genggamannya kini menaikan alis, matanya turut menatap Renjun yang duduk dihadapannya. Secara perlahan Ia mengangkat wajah dari hadapan naskah. Jika Renjun tak mengenal laki-laki itu lebih dari setengah umurnya, mungkin Ia akan berlari dan mengompol di celana.
Tatapan Jeno tajam, gerakan perlahan yang secara naruliah Ia lakukan mengintimidasi siapapun yang ada di hadapannya. Termasuk Renjun.
Renjun menelan ludah.
"Biar gue jelasin," gerakan Renjun kaku. Ia menggerakan tangannya layaknya siswa yang sedang mempresentasikan proposal kegiatan OSIS di hadapan kepala sekolah agar disetujui.
"Ok, Eum..."
"Eum?" Jeno memberikan atensinya penuh pada Renjun. Ia kini menaruh lembar naskah diatas meja diantara Ia dan Renjun.
Ekspresinya datar. Sangat mengintimidasi.
Renjun menarik napas kemudian menghembuskannya. Suaranya terdengar keras. Seakan sedang memikikirkan beban negara.
"Ada kasus gede di pemerintahan, Boss diminta buat pengalihkan Isu."
"Serahin sama badut-badut yang memang suka bikin gimmick," Jeno menyela.
"Kita perlu berita yang besar Jeno. Kalau kita pakai badut-badut yang lo sebut, Impactnya nggak akan gede. Bakal kebaca juga," Renjun menjelaskan dengan hati-hati.
"Nggak tertarik."
"Jen! Ini juga ada benefitnya buat kita! Nama lo bakal bersih dari desas-desus nggak jelas!" Renjun mulai kehilangan kesabaran. Dalam hati mah ngeri dengan artistnya tapi Jeno memang sering bikin dia naik darah.
Renjun hanya bersabar pada Jeno. Kalau orang lain bersikap seperti Jeno dihadapannya, Renjun yakin akan membuat mereka gagal napas.
"Nama gue selalu bersih!" Jeno menyahut tak senang.
Jeno memang hampir tidak pernah mendapatkan berita miring. Hampir satu dekade karirnya di dunia seni peran, Jeno selalu mendapatkan pujian dibanding celaan.
Jeno yang selalu totalitas dengan Aktingnya di layar. Jeno yang memenangkan puluhan piala penghargaan. Jeno yang selalu mengisi waktu kosong dengan ikut serta agenda amal. Jeno yang ikut menjadi relawal saat ada bencana. Terakhir, Jeno yang tampan bak dewa.
Meski Jeno memiliki aura yang mengintimidasi, Ia memang bersikap ramah pada siapapun. Mata elangnya hanya akan muncul kala Ia diusik. Renjun selalu menjadi sasaran empuk.
"tapi Lo dibilang homo!" Renjun memekik.
Beruntung, mereka berada di unit apartemen pribadi Jeno. Tidak akan ada mata yang mencuri pandang karena pekikan Renjun.
"Gue straight, titik."
"Ya masalahnya, mau lo ratusan kali ngomong kayak gitu tanpa ada bukti, masyarakat nggak akan percaya!"
"Gue nggak peduli masyarakat percaya apa nggak!"
Renjun memijat pelipisnya, lalu mengusap wajahnya kasar dengan satu tangan.
"Jen, umur lo udah mau 30. Dari dulu nggak ada berita dating, dan setiap jalan keluar pasti sama Jaemin, paling mentok sama gue. Jelas orang-orang mikir lo sama Jaemin ada hubungan lain!"
"Gue temenan sama Jaemin dari baru lahir ya!"
"Itu Jen! Sedeket itu, apa nggak curiga orang?" Renjun berdiri, menepuk tangannya sekali lalu menunjuk-nunjuk Jeno seakan seluruh dunia menyetujui apa yang dikatakan Renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scandalous [END]
Fiksi PenggemarJeno hanya menikmati dunianya sendiri. Bekerja pada hal yang Ia cintai, tidak memerdulikan omongan orang lain. Namun Renjun, Managernya meminta Jeno untuk membuat sebuah skandal bersama dengan Artist pendatang baru hanya untuk menutupi skandal lain...