3. Into You 🚫

1K 135 38
                                    

Prasangka buruk Karina terbukti. Remaja wanita labil yang diluar tadi menatapnya kini mengelilingi dirinya. Jeno yang semula mengatakan akan melindunginya menghilang mencari Renjun.

Menyisakan Karina harus berjalan ke mobil seorang diri karena Winter sudah menunggu di dalam mobil mereka.

"Artist nggak terkenal kayak lo nggak pantes ya sama Kak Jeno!"

Bajingan! Mereka hanya tidak tahu Karina satu-satunya mantan Jeno!

Bahkan Karina yang mencampakkan laki-laki itu!

Namun tidak mungkin Ia mengkonfrontasi masa yang tengah berada dalam amarah itu. Karina sama saja bunuh diri.

"Permisi," Karina berujar pelan. Meminta jalan.

Tentu tidak diberikan. Bahunya malah didorong, dan kini Karina jatuh duduk di tanah. Matanya melirik kesana kemari, berharap Winter menyadari keberadaannya.

Karina memejamkan mata ketika Ia merasakan sakit pada pelipis kepalanya, setelahnya bau amis menusuk indra penciumannya. Ia baru saja dilempar telur dan telur itu pecah membasahi wajahnya.

Karina mengigit bibir bawahnya. Ia sangat marah sekarang.

"Bangun Lo Lacur!"

"HEY!" Teriakan itu terdengar familiar ditelinga Karina. Siapa lagi? Jelas laki-laki yang membawanya dalam situasi ini.

Kerumunan itu memundurkan langkah. Terlihat panik melihat keberadaan Jeno. Mereka menyembunyikan kresek berisi telur dibalik punggung.

Jeno berjongkok di sebelahnya, mengeluarkan sapu tangan untuk mengelap wajah Karina yang amis karena pecahan telur.

Setelahnya, Jeno menyelipkan tangannya dibelakang punggung Karina dan dibawah lutut Karina. Tubuh Karina naik ke udara karena gendongan Jeno. Jeno mengabaikan kerumunan penyembah dirinya. Ia tidak membutuhkan manusia tak berhati untukmenyukai dirinya.

Sementara Karina mau tidak mau melingkarkan lengannya di leher Jeno.

Laki-laki itu tidak membawa Karina ke mobil Karina, namun ke mobilnya sendiri. Mereka berhenti di pintu penumpang samping kemudi. Karina merenggangkan pelukannya pada Jeno, berniat turun.

"Peluk," namun Jeno memerintah kebalikan. Karina yang masih dalam keadaan shock hanya menurut. Ia agak linglung.

Setelahnya tangan Jeno yang menjaga bagian punggungnya membuka kunci pintu mobil. Sementara tangan Jeno menjaga bobot tubuh Karina hanya dengan satu tangannya yang berada di paha gadis itu.

Setelah Jeno membuka pintu, Karina yang masih dalam gendongan Jeno dipindahkan ke kursi.

Laki-laki itu tidak langsung memutar menuju kursi kemudi. Jeno berjongkok disamping Karina.

"Aku minta kamu buat nunggu. Tadi aku cari Renjun untuk bahas masalah tempat makan," Jeno menghela napasnya. Berusaha bersabar. Dibanding kesal karena Karina tidak menuturinya, Ia lebih kesal dengan kondisi Karina sekarang.

Karina hanya diam. Namun setelahnya Ia menutup seluruh wajahnya dengan kedua telapak tangan. Kepalanya bersandar pada sandaran jok mobil yang pekan lalu juga Ia isi.

Ia menangis begitu saja. Jeno menatapnya khawatir. Kini Ia duduk di sisi kursi yang Karina tempati. Untungnya gadis itu tak menolak, malah memberikan space untuk Jeno tempati.

"Lean on me. Im Sorry," Jeno menarik tengkuk Karina untuk Ia peluk. Membawa wajah Karina untuk bersandar di ceruk lehernya.

Tidak peduli dengan aroma amis yang masih menyiksa. Semuanya terasa harum jika itu berurusan dengan orang yang kalian cinta kan?

Scandalous [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang