"Gue bakal selalu ada, i'm promise."
—Felysia***
—Kantin di penuhi oleh lautan manusia di jam istirahat pertama, hampir seluruh murid menghabiskan waktu 15 menit jam istirahat di dalam kantin. Namun hal berbeda justru di lakukan para Osis, sekarang mereka sedang sibuk rapat untuk sosialisasi guna mempromosikan sekolah mereka.
Tapi kali ini, para pengurus Osis dibuat heran dengan kelakuan Ketua Osis mereka. Pemuda yang seharusnya berada di depan untuk memimpin rapat, kini malah berada di pojok kanan belakang sembari memutar-mutarkan pulpen yang ia punya.
"Pak Ketos!" Teriak salah seorang sesi bela negara, Keisya namanya. "Mau mulai kapan nih rapatnya? Gua udah laper," sambungnya.
Kenzo yang tadi sempat melamun pun berdiri dan beranjak ke depan guna memimpin rapat. Tak ada yang aneh untuk saat ini. Namun, di pertengahan rapat, sang ketos kini kembali melamun memikirkan satu nama. Seorang siswi yang sempat ia temui di loteng tadi.
"Adelyn," Gumamnya.
Kenzo berdiri dari kursi kekuasaannya. Ia pergi dari ruang Osis tanpa sepatah kata pun. Hal itu membuat para pengurus Osis lainnya menatapnya heran.
"Lah, si Kenzler mau kemana tuh?"
"Kebelet mungkin dia. Tau sendiri kan dia orangnya gengsian, makannya dia langsung pergi."
Di tempat yang lain-terlihat seorang pemuda berwajah tegas sedang berlari kecil memecah keramaian lorong. Matanya tak henti-henti menatap setiap siswi yang tertangkap oleh penglihatan tajamnya, mencari keberadaan gadis yang sejak tadi mengacaukan pikirannya.
Teringat bagaimana gadis itu dengan kurang ajar menghembuskan asap rokoknya di hadapan wajah Kenzo. Gadis yang tanpa di minta memperkenalkan dirinya sebagai Adelyn.
Saat di persimpangan lorong, mata Kenzo menemukan seseorang yang sejak tadi ia cari. Di pojok lorong, terlihat jelas sosok Adelyn yang sedang merokok.
Dengan segera Kenzo menghampirinya dan langsung menarik kasar tangan Adelyn. "Ikut gua!" titahnya.
Adelyn tersentak, kaget dengan perlakuan Kenzo. Gadis itu dengan sekuat tenaga melepaskan cengkraman tangan Kenzo.
"Bisa pelan sedikit gak sih sama cewe!" omelnya.
Tatapan Kenzo beralih pada sebatang rokok yang menyala di sela jari kanan Adelyn.
"Buang!" titahnya.
Adelyn berdecak. "Emang Lo siapa berani ngatur-ngatur Gue?"
"Ketua Osis." Jawaban dari Kenzo membuat Adelyn bungkam, sepertinya lupa kalo Kenzo adalah Ketua Osis di sekolah ini.
Tak mendapat tanggapan dari Adelyn, Kenzo langsung merebut rokok di tangan Adelyn, menginjaknya dan memastikkan rokok itu mati, kemudian Kenzo membuang puntung rokok Adelyn ke tempat sampah.
"Ikut Gue ke ruang BK!" Kenzo akan menarik tangan Adelyn, namun kali ini gadis itu lebih gesit menghindar.
"Lo sendiri aja yang kesono, ngapain juga pake ngajak-ngajak."
"Mau lu apa si?" Kenzo menatap wajah lawan bicaranya dengan tajam. Lelah menanggapi Adelyn yang tak pernah mau menurut.
"For your information, nama Adelyn punya arti kebebasan. Sesuai nama Gue, Gue Ngga suka di paksa, di perintah atau pun sebagainya. Gue cuma suka kebebasan." Gadis itu menjelaskan.
"Ck." Kenzo berdecak kesal. "Kalo mau kebebasan, jangan di sini. Sekolah tempatnya orang-orang yang mau diatur."
"Lagian, siapa si yang mau diatur dengan aturan ribet kayak gini? Kalo gua bisa milih juga gua males banget buat sekolah tau ga?" Adelyn menjelaskan sambil berkacak pinggang.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENZO ADINATA
Novela Juvenil"Semua orang punya luka tapi Ngga semua orang bisa ngungkapin lukanya." -Kenzo Adinata.