Gadis itu, Amu, dia terdiam sampai menyamar jadi patung. Apa yang Sho jelaskan padanya berhasil buat ia speechless hingga ke ubun-ubun.
Saat Amu masih menganga, Sho membuang wajah. "Gua bingung,.." katanya pelan, enggan melihat ke arah sang gadis.
Amu segera menggelengkan kepala saat suara Sho memecah keheningan. Ia berusaha sadar supaya temannya itu tidak merasa bersalah atau menyesal karna bercerita dengannya.
"Waitttt Sho!!" Teriak Amu sedikit.
Dia sejujurnya masih kurang percaya bahkan bingung se bingung-bingungnya. Namun ia mengesampingkan itu dan memaksa diri buka suara menahan Sho yang mungkin akan pergi lagi.
"Kamu nggak bohong, kan? Ugh" ia bersuara. Terlihat nada tidak pasti dari pandangannya.
"Gua bohong? Cuih." Respon Sho agak kasar.
Amu menghela nafas berat, ia pun duduk dan menenangkan diri. "Hem.. mungkin baiknya diomongin lagi dengan Toro, aku ga tau mau bilang apa kalo masalahnya kek gini" lalu mendesah berat.
Sho menatap tajam kebawah. Kepalanya yang sakit membuat ia terus-terusan berdesis.
"Ya. Kepala gua sakit, kita omongin nanti." Sehabis berujar, Sho langsung menarik diri dan pergi. Hingga Amu tak sempat mengatakan apapun lagi.
---
Amu mungkin nggak bakal bohong tentang ini. Soal kantung mata Sho yang benar-benar menghitam. Ugh, kapan terakhir kali orang itu tidur? Juga tadi Sho bilang kepalanya sakit, kan? Apa ia baik-baik saja?
Pada akhirnya, firasat Amu soal kekhawatirannya pada Sho, membuat ia mengambil suatu keputusan. Mungkin apa yang si surai hitam itu rasakan akibat ia memikirkan si Toro. Bisa saja, kan?
Ia berjalan memutar, mencari kepala lumut berpikir jika mereka harus bicara sekarang.
"Ha .. masalahnya, kita ga tau Toro ini kenapa. Tadi diomongin malah ngelak." Jelas Kiki dan disambut oleh gadis berkuncir, "Mana keliatan banget lagi, dasar." Gerutu Upi, ia melipat tangannya malas.
Amu memegang dagunya, berpikir. Tampak menyipitkan mata dan merapatkan alis. Wajah serius pun tercetak.
"Kayanya aku yang bakal ngomong. Soalnya ada yang bikin risau." Amu dengan wajah polosnya menatap yakin.
Kiki dan Upi saling pandang satu sama lain, mungkin bingung sekaligus ragu. Namun, mereka mengiakan usulan Amu lagi.
"Kamu kenapa, Mu? Kayanya semangat banget. Ga biasa-biasnya serius," Cetus Kiki setelah setuju.
Amu tercekat, dia pun menghadap lainkan kepala dengan gestur aneh. "I don't know, Sho keliatan sakit pas Toro kaya gitu ke dia, aku nggak tega."
Sekali lagi, Upi beserta surai biru dihadapannya tertegun.
Sakit? Pikir mereka.
"Ah, iya. Belum nanya."
"Apa?" Tegas Amu langsung ketika Upi bersuara.
"Sho bilang apa ke lu? Dia ada ngomong apa?"
Pertanyaan barusan membuat Amu lagi-lagi memutar isi kepala. Ia tidak ingin memberitahukan alasan Sho pada teman-temannya. Pada akhirnya, ia cuma beralasan aneh.
"Liat aja nanti, kayanya kalian bakal tau sendiri." Menunggu jawaban yang lumayan lama, atmosfer Amu berubah serius. Ia pun meninggalkan mereka berdua—Kiki dan Upi— dalam keheningan.
---
Kita kembali lagi. Ini sudah putaran yang keberapa Amu mencari si lumut itu? Ia merasa ingin berkata kasar. Tidak pernah-pernahnya Toro mengghosting seperti ini. Menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOW TO FLIRT WITH YOUR FRIEND (TORO X SHO) (WEE!!)
Historia CortaSELURUH KARAKTER MILIK AMOEBA (AUTHOR WEE!!) !!END!! Disclaimer: Ini gak ada kaitannya dengan mereka di cerita asli. Hanya funfict dari author nya aja. Waktu baca Wee!! malah salfok sama Toro dan Sho, hahaa gemessss. Jadinya mau coba buat. Btw kalau...