Entah tak tau ini dimulai dari mana, perasan kosong dan rasa bosan luar biasa yang mengelabuinya. Walau segala hal sudah ia coba tuk lakukan, tetap saja rasa ini tak terelak.
Kemudian manik-manik matanya melirik pelan ke arah surai hijau. Orang itu terlihat sudah siap untuk berjalan ke arahnya disaat turun dari mobil.
Tidak biasanya, Toro kesekolah menggunakan mobilnya, apalagi ia tau betul bahwa Toro tak suka pada sedan miliknya. Mereka juga tak berjalan kaki bersama hari ini, sebenarnya Sho agak bingung, namun ia tidak akan bertanya.
"Toro oi!" Sapanya.
Toro balas menyapa, ia mengangkat alisnya. "oi juga Sho" kemudian tangannya membentuk high five.
Itu adalah kesan normal yang biasa mereka rasakan. Atau bisa dibilang, 'yang biasa Toro rasakan.' Lalu bagaimana dengan Sho? Bagaimana dia merasakannya?
Hingga saat itu, mungkin Toro bisa terus memikirkan apa isi kepala Sho saat melakukan hal-hal kemarin padanya? Ia sejujurnya masih kurang percaya. Apakah kemarin itu benar-benar nyata?
"Oh iya, dramamu kemaren bagus, aku suka." Toro tersenyum kecil, cara penyampaian yang biasa. Namun Sho, dia tetap saja senang pada pujian itu.
"Suka dramanya atau suka aku?" Cengirnya dengan godaan yang ambigu.
Awalnya Toro merasa kurang yakin pada apa yang ia dengar, namun dia menghiraukannya lalu menjawab sesantai mungkin.
"Dua-duanya bagus." Ia berujar.
"Tapi acting ku yang paling bagus kan?" Sho memberikan senyuman menyamping—smirk— mencoba manyanjung diri.
"Iya, aku gak mungkiri." Jawab Toro santai.
---
Ini sudah hari keberapa semenjak mereka yang hanya selalu diam tak pernah saling menegur.
Sho awalnya tidak peduli, mungkin Toro masih butuh waktu untuk memikirkan jawaban dari pernyataannya waktu itu. Namun jika sudah seminggu ini tidak bertegur, itu lain cerita.
Tiap kali mereka hampir berpapasan, maka Toro pasti akan memutar diri atau mengambil jalan lain hanya untuk menghindari wajahnya.
Menyebalkan, jika terus seperti ini dia bisa-bisa habis kesabaran.
Dan bocah-bocah itu, teman-temannya Sho memperhatikan tingkah Toro juga bahkan Sho sendiri. Ini bukan pemandangan biasa untuk melihat mereka berjauhan.
Dan apa yang lebih mengejutkannya lagi adalah Sho sama sekali tak mencoba untuk menjauh namun Toro. Sempat beberapa kali terlihat jika Sho ingin menegur si lumut dan bicara, namun si Toro itu hanya mengangguk dan pergi.
Astaga, ada masalah apa sebenarnya diantara mereka? Tidak pernah-pernahnya seperti ini.
"Kalian paham gak?" Suara yang memberikan pertanyaan tanpa jawaban dari Amu, sang gadis yang suka memakai hoodie merahnya.
"Harus berapa kali sih gua bilang, mereka tuh sebenernya lagi berantem?" Kiki pun mencoba buka suara. Wajahnya yang ditampakkan serius membuat Upi menggedikkan bahu.
"Iya juga, ga salah." Amu kembali bergumam. "Tapi kan mereka ga pernah-pernahnya gini? Kalau sama kamu kayanya okelah."
"Ini ga biasa, kayanya kita harus nanya mereka langsung sih?" Ujar Upi menggunakan pikirannya.
"Tumben otak berfungsi, abis ngapain?" Amu mencibir Upi. Bukannya tersinggung, dia malah unjuk diri.
"Yaelah, gua kan emang ada fungsinya, duh."
KAMU SEDANG MEMBACA
HOW TO FLIRT WITH YOUR FRIEND (TORO X SHO) (WEE!!)
Cerita PendekSELURUH KARAKTER MILIK AMOEBA (AUTHOR WEE!!) !!END!! Disclaimer: Ini gak ada kaitannya dengan mereka di cerita asli. Hanya funfict dari author nya aja. Waktu baca Wee!! malah salfok sama Toro dan Sho, hahaa gemessss. Jadinya mau coba buat. Btw kalau...