Sudah 1 jam berlalu punggung ini tersandar pada kursi rotan berwarna putih ini. Sangat nyaman berbincang dengannya meskipun ini pertemuan kedua kami.
Sinar oranye kini menembus jendela kaca panjang didepanku. Aku melihat jam pada tangan kiriku.
"Yaudah yuk gue anter" ucap laki-laki yang kini duduk didepanku.
Dia memasukkan laptop ke dalam tasnya. Memakai jaketnya dan kemudian merogoh saku celananya mengambil kunci motor.
"Gapapa nih, ga ngerepotin?" tanyaku dengan rasa tidak enak.
"Sans aja kali" balasnya tersenyum padaku.
Aku menganggukkan kepalaku, "Eh tapi ngga searah loh yakin gapapa?" tanyaku lagi karena teringat percakapan tadi yang ternyata rumahnya beda daerah denganku, apalagi aku orangnya tipe orang yang tidak enakan selalu mempriotaskan perasaan orang lain.
"Udah ayok...sekalian gue mau ke rumah Nizar ada urusan" jelasnya yang membuatku sedikit lega.
Gael pun mengantarku pulang dengan motornya.
Pipi ini terasa semakin dingin membuatku mengerutkan alisku.
Ternyata kini kepalaku tersandar pada punggung pemuda berjaket kulit hitam ini. Sedikit terkejut segera ku jauhkan kepalaku dan mengusap mataku.
"Syukur deh lo uda bangun" ucap pemuda yang sekarang semotor denganku, "Ini rumah lo yang mana?" tanya dia sedikit menoleh kebelakang.
"Eh...e itu masih di depan lagi, sebelah rumah pagar putih" terangku memberitahunya, "Kok lo ga bangunin gue sih El kalo uda sampe?" tanyaku karena aku terbangun bukan karena suaranya, melainkan terbangun sendiri dan ternyata sudah berada di komplek rumahku.
"Ya ngga tega aja, lo tidurnya pules banget sampe berasa berat banget nih punggung" keluhnya mengusap punggungnya.
"Ha serius" kataku yang khawatir.
Tawanya kini terdengar yang kemudian dia menggeser kaca sepion motornya untuk melihatku dari sana.
"Gue harap abis ini lo bisa tidur nyenyak diranjang lo ya Ne' meskipun ga senyaman tidur di punggung gue" ledeknya dengan muka datar.
"Ihhh apaan sih, yang ada ranjang gue lebih lega" kataku sembari turun dari motornya.
Dia kembali tertawa dan ikut turun dari motornya.
"Lo ngga mau gue anter sampe depan?"
"Gausah deh lagian tinggal jalan lima langkah doang" tolakku karena kejadian barusan membuatku sedikit canggung.
"Sekali lagi thanks ya El" pamitku dan berjalan menuju rumah.
"Sama-sama" jawabnya yang masih memantauku sampai aku tepat didepan rumah, "Selamat menyambung tidur" pekiknya kemudian memakai helmnya dan meninggalkan komplek.
Sementara aku hanya mengerutkan alisku dan tersenyum dengan ledekannya.
~~~
Kling
Baru tiga menit Aku merobohkan tubuhku setelah mencuci mukaku notif wa pun berbunyi dari benda kecil berwarna gold itu.
(cht gael)
Setelas membalas pesannya tiba-tiba teringat akan Nizar.
Niatku ingin tahu balasannya tapi...yang tadinya hanya satu centang sekarang dua, tapi abu-abu. Iya Dia belum membalas pesanku.
Sibuk banget nih anak
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way I Love You
Fanfictioncinta bertepuk sebelah tangah awalnya memang menyakitkan, tapi nanti kita akan terbiasa mencintai sampai tidak terasa sakit lagi walaupun sakit. karena puncak cinta tertinggi adalah selalu mencintai walaupun tidak dicintai, selalu membersamai walaup...