Tsukishima Kei x Reader
[Haikyuu!]Characters belong to Haruichi Furudate
Story belong to me^^.
Menyukai seseorang secara diam tentu saja sudah menjadi hal yang biasa bagi setiap orang. Begitu pula yang dialami [Name] selama ini. Menyukai seorang middle blocker dari club voli SMA Karasuno, Tsukishima Kei.
Hampir satu tahun lamanya semenjak [Name] menjadi murid SMA Karasuno, selama itu pula ia memiliki perasaan terhadap pemuda berkacamata itu. Namun, perasaan yang selama ini ia pendam akan berakhir hari ini. Karena hari ini, [Name] berniat menyatakan perasaannya sepulang sekolah nanti.
Saat ini [Name] masih dalam jam pelajaran, namun dirinya terlihat sangat gelisah. Meski guru tengah menerangkan, namun ia sama sekali tidak mendengarkan. Pikirannya terus melayang akan kejadian yang ia takutkan nanti setelah menyatakan perasaannya. Namun ia sudah memantapkan hati, ia tidak boleh mengurungkannya, apalagi dirinya sudah menyiapkan kue stroberi favoritnya untuk ia berikan padanya nanti.
Ting-tong!!
Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Kegugupan [Name] pun semakin bertambah. [Name] bangkit dari duduknya dan pergi keluar kelas bersamaan dengan murid-murid lain. Ia hendak pergi ke toilet untuk mengurangi kegugupannya sementara.
Setelah dirasa cukup tenang, ia akhirnya kembali menuju kelas dengan membawa kue stroberi yang sudah ia siapkan di tangannya. Setelah tiba di depan pintu, ia pun menghela nafasnya pelan sebelum akhirnya ia membuka pintu kelas itu dengan cukup kencang.
Brak!!
"Tsukishima-kun!" panggil [Name], yang dipanggil namanya pun menoleh. Terlihat Tsukishima tengah berdiri di bangkunya bersama dengan teman dekatnya, Yamaguchi. Beruntung murid-murid lain sudah pada pulang, kini hanya tertinggal dua pemuda itu. Namun melihat Yamaguchi yang juga masih ada di sini, [Name] seakan baru ingat bahwa kedua pemuda itu memang selalu dekat.
"Apa?" sahut Tsukishima.
[Name] berjalan dari ambang pintu ke arahnya dengan gugup. Ia pun memejamkan matanya kemudian mulai menyerahkan kotak berisi kue stroberi itu pada Tsukishima. Persetan dengan Yamaguchi yang melihatnya.
"Aku menyukaimu! Tolong terimalah ini..." ucap [Name] dengan mata masih terpejam.
"Ha?" Mendengar suaranya, [Name] mendongak, menatap Tsukishima yang kebingungan.
"Aku? Pacaran denganmu? Mustahil-mustahil," balas Tsukishima dengan tersenyum miring sambil mengibaskan sebelah tangannya di akhir kalimatnya.
"Ayo, Yamaguchi."Kedua pemuda itu pun melangkah melewati [Name] yang masih setia memegangi kuenya itu. Yamaguchi sempat melihat ke belakang sebelum akhirnya kembali menoleh ke arah Tsukishima yang berjalan di depannya.
"Kau serius menolaknya, Tsukki? Dia sampai membawakan kue favoritmu, lho," ucap Yamaguchi.
"Justru jika aku menerima kuenya, dia akan salah paham," balas Tsukishima.
Selepas kedua pemuda itu pergi, [Name] masih terdiam mematung. Namun kakinya terlihat bergetar. Inilah yang ia cemasnya dan ia takutkan sedari pagi, yaitu penolakan. [Name] membodoh-bodohkan dirinya, mengapa ia begitu percaya diri dengan menyatakan perasaannya meski dari awal ia tahu bahwa dirinya akan ditolak.
[Name] terjatuh, kakinya terlalu lemas untuk menahan tubuhnya. Tetesan air mata pun mulai jatuh di pipinya. Ia pun mengusap air matanya dengan kedua tangannya beberapa kali. Kue stroberi yang sedari tadi ia pegang pun kini dibiarkan tergeletak di lantai.
Sementara gadis itu menangis, terlihat seseorang tengah berdiri di ambang pintu memperhatikannya.
.
Setelah menghabiskan waktu hampir setengah jam dengan menangis di dalam kelas, [Name] akhirnya bangkit dan memutuskan untuk menenangkan dirinya di taman sebelum pulang. Kini ia terlihat tengah duduk termenung menatap apa yang ada di depannya. Pikirannya melayang menuju apa yang akan terjadi di hari esok. Sudah dipastikan suasana akan canggung antara dirinya dengan Tsukishima kedepannya.
Namun, satu hal yang [Name] rasakan setelah menyatakan perasaannya pada Tsukishima, hatinya kini terasa lega.
"Sudah merasa lebih baik?" [Name] menoleh ke sumber suara tersebut, terlihat seorang pemuda tengah berdiri di sampingnya.
"Sugawara-senpai?" sahut [Name], pemuda yang dipanggil namanya pun tersenyum.
"Boleh duduk di sebelahmu?"
"Umm, tentu saja," balas [Name]. Pemuda bernama Sugawara itu pun mulai duduk di sebelah [Name].
[Name] memalingkan wajahnya, tidak berani menunjukkan wajahnya yang habis menangis. Belum lagi perasaan sakit hatinya yang masih membekas, membuat dirinya ingin kembali menangis. Namun, sebisa mungkin ia mencoba untuk menahannya.
"Tidak perlu ditahan, menangislah. Tidak ada yang namanya patah hati sembuh secepat itu." Mendengar ucapan itu, [Name] malah semakin tidak bisa menahan tangisnya. Ia pun kembali menangis hingga mengeluarkan isakan. Sementara Sugawara yang melihatnya, ia pun mengusap punggung gadis itu untuk mencoba untuk menenangkannya.
"Arigatou, Senpai. Maaf karena telah menunjukkan sesuatu yang memalukan padamu," ucap [Name] setelah dirinya merasa cukup tenang. "Tapi, bagaimana Senpai tahu kalau aku habis ditolak?"
"Aku melihatmu menangis setelah Tsukishima dan Yamaguchi keluar dari kelas," balas Sugawara. "Yang lebih penting, cepatlah sembuh dari sakit hatimu. Jangan terlalu lama larut dalam kesedihan."
Mendengar kalimat penenang itu, [Name] terpaku sesaat sebelum akhirnya tersenyum. Entah mengapa sifat kakak kelasnya yang menyejukkan hati itu membuatnya merasa jauh lebih baik.
"Hai, Senpai."
Thanks for reading, see you!!