"Halina, pak guru manggil lu. " seorang anggota OSIS itu kemudian berlalu pergi.Halina beradu tatap dengan teman sebangkunya, aura menunjukkan raut bertanya,
"Lu habis ngapain? sampai di panggil?. "
Halina menggeleng pelan, kemudian berdiri dan keluar dari kelas. Disepanjang perjalanan halina berpikir keras, kenapa di panggil ke kantor?
Tap
Tap
Tap
Ceklek!
Pintu terbuka perlahan bersamaan dengan halina yang masuk selangkah, namun gadis itu terkejut saat baru saja masuk pintu sudah di tutup dengan kasar oleh seseorang dari sebalik pintu.
Brakk!!
Brak!
Halina merasa aneh dengan kepala sekolah yang duduk tertunduk di samping seorang pria yang tengah duduk diatas kursi kepala sekolah namun membelakangi halina.
dahi gadis itu berkerut kasar, ada sesuatu yang aneh disini.
"halina? . "
Suara berat pria itu memasuki gendang telinga halina dengan lancar.
berusaha tenang halina hanya berdehem sebagai jawaban.
"hm."
"tsk!. "
Jika boleh jujur, sebenarnya halina sudah keringat dingin.
Kalau kalian pikir pemuda itu terlihat seperti mafia atau bos besar lainnya maka kalian salah, pemuda yang sudah berbalik menghadap halina ini memakai kacamata hitam dengan pakaian yang bisa di bilang kekinian.
"halo, halina sayang. " pria itu kemudian menyeringai pada halina.
halina merinding, dia pernah melihat pria ini sebelumnya, pria yang beberapa tahun lalu pernah mampir ke rumahnya namun sempat cekcok dengan ayahnya.
jantung halina berdegup kencang, kepala sekolah disana sudah meneteskan air mata.
Mata halina melirik sekitar mencari celah namun sialnya di saat genting seperti ini pasti tidak ada jalan keluar.
"mau kabur ya? matanya udah kemana-mana, haha. " tawa sarkas pria itu memenuhi ruangan yang sunyi.
halina melirik kebelakang saat pemuda di sebalik pintu tadi mendekat padanya.
halina tau dia akan diculik, maka dari itu dia dengan berani berbalik dan dengan semua tenaga yang ia punya,
bugh!!
Srak!!
"ANJ! lepas babi! TOLONG!! akhh. " halina tak dapat bergerak saat tadi dirinya akan lari namun di peluk dari belakang oleh pemuda tadi.
"ck ck, anak sudirman ini keras kepala persis bapaknya. " pemuda di kursi tadi berdiri, membenarkan letak jaket kulitnya kemudian mendekati halina.
tap
tap
tap
berdiri tepat di depan halina, seringai pemuda itu seolah merendahkan halina.
"Welcome, sumber uang."
halina menggeleng keras dan memberontak saat dia rasa sesuatu akan menutup kepalanya dan benar.
Semuanya tiba-tiba gelap, pendengaran gadis itu juga agak terhambat.
"Masukin ke mobil, bikin turu dulu nanti gua nyusul. "
Setelah itu sesuatu pekat terasa terhirup oleh halina membuat lambat laun penglihatan nya buram dan gadis itu pingsan.
wah, halina akan di jual kah?
"bang, ada liat halina gak?. "
anggota OSIS yang memanggil halina tadi tampak bingung,
"Masih di ruang kepsek kali, coba aja cek. " anak itu pun berlalu.
aura sudah prustasi menunggu halina sedari tadi sembari menenteng tas gadis itu.
Melangkah menunju ruang kepsek, yang terlihat disana ya tentu saja kepala sekolah yang tengah sibuk dengan laptopnya.
tok tok
"Permisi pak. "
Kepala sekolah menaruh perhatian pada anak murid di depannya.
"ada apa nak?. "
"ehm, saya mencari halina pak, dari tadi tidak balik ke kelas. "
Kepala sekolah itu tampak gugup namun berusaha tenang, "coba kamu cari di kantin, sedari tadi sudah saya suruh keluar ruangan. "
mendapat respon seperti itu aura dengan lesu kembali keluar.
"aku anterin kerumah nya aja kali ya tas halina. " Gadis itu kemudia berlalu pergi dengan keputusan terakhirnya.
- E x E -
Hakim
Halina as you
KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf, kamu diculik
Fanfictionhalina korban dari hal yang bahkan tidak ia ketahui jelas apa itu