hari semakin malam, ruangan sangat tenang hingga detik jarum dapat terdengar. Namun halina masih setia membuka matanya.siapa yang bisa tidur dalam posisi seperti ini?
kau memang berasa di kasur yang empuk, namun di depanmu, di sofa itu duduk seseorang yang menculik mu tanpa melepas pandangan darimu.
Halina mengeratkan selimutnya, tatapan pemuda di depannya itu sangat mengintimidasi.
"lu bukan selera gua. " Celutuk hakim.
Hakim kemudian membuang pandangan keluar jendela. "otak minus lu pasti isi nya kabur, kabur, kabur. " Celutuk pemuda itu.
Kemudian suasana kembali sunyi,
Beberapa detik kemudian hakim berdiri dari duduknya, berjalan mendekat ke kasur halina.
Melihat itu halina semakin mengeratkan selimutnya dan memejam mata erat.
langkah kaki itu berhenti tepat di samping kasur,
"oy."
halina membuka mata dan perlahan membalas pandangan hakim.
"Jam 4 berangkat, tidur. "
setelah mengatakan itu hakim berjalan keluar kamar dan menutup pintunya.
Gadis yang mengenakan baju kaos panjang itu menghela nafas lega, seperti habis keluar dari kandang serigala.
Halina menatap lama pintu kamar apartemen itu, kemudian kaki telanjang itu perlahan turun menyentuh lantai.
dengan pelan dirinya menuju jendela, kemudian menyingkap tirai jendela itu dan melihat keluar.
Mereka berada di lantai 3, jika di lihat lihat lagi halina tidak tau mereka berada dimana. ini seperti sudah keluar dari kawasan kotanya.
"Loncat coba. "
Halina sontak berbalik karna kaget, dirinya semakin berdebar saat melihat hakim berjalan mendekat ke arahnya.
Seolah dirinya akan di tebas saat itu juga, halina menutup kepalanya dengan kedua lengan begitu melihat hakim sudah dekat dan dia pikir hakim akan memukulnya atau,
"ngapain?. " ucap pemuda itu datar.
Halina mengintip dari sela sela lengannya yang masih melindungi kepala anak itu.
halina kembali memejamkan matanya erat saat melihat satu tangan hakim terangkat seperti akan,
plak.
Suhu dingin terasa disekitar pergelangan tangan halina, anak itu melihat, hakim memegang lengannya.
Untuk pertama kali dia kontak fisik dengan si penculik.
srak!
"eh!. "
halina tanpa alas kaki di paksa berjalan oleh hakim, pemuda itu menarik tangannya cukup keras menuju keluar kamar.
Jantung halina berdegup kencang, dirinya memukul-mukul tangan hakim yang mencengkram pergelangan kecilnya itu.
Tak memperdulikan pukulan di tangannya hakim setia membawa gadis itu ke kamar satu lagi yang ada di dalam apartemen.
Saat melewati ruang tengah halina dapat melihat pak Tomo tengah sibuk menelepon.
Kemudia atensinya kembali di ambil saat hakim menyentak tangannya dengan kuat.
Klek,
Pintu terbuka dan halina langsung di suguhi lemari besar di depannya.
Tanpa melepas cengkraman yang dapat di pastikan membuat lengan gadis itu merah, hakim membuka pintu lemari besar itu, menarik kembali halina namun sedikit susah karna gadis itu menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf, kamu diculik
Fanfictionhalina korban dari hal yang bahkan tidak ia ketahui jelas apa itu