0.2

6 1 0
                                    


knok knok!!

Aura setia berdiri didepan pintu besar rumah halina, sembari menenteng tas hitam gadis itu.

Knok knok!!

Ini sudah kesekian kalinya dirinya mengetuk pintu, namun tak ada jawaban, prustasi akhirnya aura memilih berteriak.

"PERMISI!!. "

"PERMISI!!. "

"PER-


klek!

Kemudian seorang wanita yang kisaran umur 30 tahun membuka pintu.

" nak aura, maaf ya tadi bude lagi di dapur jadi gak kedengeran. " senyum ramah ibu tersebut.

Aura manggut mengerti, kemudian dirinya menyodorkan tas aura pada si bibi,

"loh? halina nya kemana?. "

aura menggeleng lesu, "aura juga ga tau bude, tadi siang dia di panggil kepala sekolah, terus tiba tiba ga balik ke kelas sampe sekarang aura ga ngeliat dia."

"LOH?!!. "

"aura kira dia pulang, aura kira dia sakit bude tapi ga ada ya bude?. "

wanita tersebut menggeleng keras, wajah kaget nya sangat ketara,

"Allahuakbar!! makasi ya nak aura, bude mau nelpon ayah halina, makasi ya nak kamu baik nya pulang aja udah sore ini. " Kemudian pintu di tutup oleh si bibi.

aura kemudian berjalan lesu keluar dari pekarangan rumah halina.

"halina dimana sih?. "































"If you be the cash
I'll be the rubber band
You be the match
I will be a fuse, boom
Painter, baby-

" Shh.. "

hakim menoleh, melihat gadis di sampingnya mulai tersadar dari pingsan.

"lama bener turu nya anak emas. "

Halina dengan cepat menoleh, seketika wajahnya pusat pasi saat melihat hakim yang tengah duduk santai sembari merokok di samping dirinya.

Mata gadis itu dengan cepat menelisik sekitar dan menyadari bahwa mereka sekarang berada di dalam mobil yang tengah melaju entah kemana.

jantung yang berdegup kencang berusaha ia tenangkan, kakinya mengigil sekarang.

"Laper ga?. "

halina tak berani menoleh pada pemuda di sampingnya, dirinya hanya menatap sepatunya.

"sepatu bicara itu kayanya. " Sindir hakim.

"gua bicara, liat gua sini anak emas. " Kemudian halina merasa bahu sebelah kanannya di tekan oleh sesuatu, menoleh sedikit dia dapat melihat ujung pistol menyentuh bahunya.

Halina menutup matanya dengan erat, kedua tangannya mencengkram erat rok sekolah itu.

"pftt hahaha. " gelak tawa hakim mengisi mobil yang sunyi, menimbulkan suasana yang agak ngeri.

"kim, jangan ngadi-ngadi kamu, pingsan lagi nanti dia. " satu orang lagi yang tengah berada di kursi kemudi berbicara.

"oi."

Hakim sedikit menunduk, mendorong jidat halina dengan jarinya hingga wajah mereka berhadapan sekarang, dan gadis itu masih menutup matanya erat.

"bodoh banget, buka mata lu apa mau mati beneran?. "

Maaf, kamu diculikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang