Delapan

1.5K 163 25
                                    



**
____________________

Halilintar bisa merasakan tangannya mendingin, gugup melanda tubuhnya. Sori terkikik melihatnya yang terus menarik napas — mencoba menghilangkan rasa gugupnya.

"Jangan gugup, Pangeran! Percaya saja padaku!"

Halilintar menutup wajahnya dengan tangannya, "Rasanya aku ingin menarik omonganku yang tadi," gumamnya.

"Nanti kita tidak bisa bertemu."

Halilintar — dengan refleknya yang bagus — segera menoleh ke belakang, tangannya ingin memukul orang yang tiba - tiba ada di belakangnya. Matanya menatap nyalang dengan manik rubynya yang menyala.

Tangannya ditahan oleh orang itu. Halilintar berhenti, melihat orang itu. Wajahnya datar, rambutnya peraknya sangat panjang — seperti perempuan saja, netranya sama seperti warna rambutnya, dengan anting aneh yang berada di telinga kirinya.

Halilintar menatap tajam orang asing itu, "Siapa kau? Bagaimana kau bisa masuk kesini?" desis Halilintar. Orang itu melepas pegangannya terhadap lengan Halilintar.

"Bukannya kau yang ingin bertemu denganku, Pangeran?" sanggah orang itu.

Halilintar menerjapkan matanya, melirik Sori yang bersiul siul di sebelahnya — tidak ingin bertatap mata dengan Halilintar yang sudah menatap tajam Sori.

Halilintar menghela napas, "Jadi, kau adalah orang yang Sori panggil 'Beliau'?"

Orang itu mengangguk, mata sayunya menatap Halilintar dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

Orang itu merendahkan dirinya, berlutut dengan satu kaki, meraih tangan Halilintar dengan sangat lembut — seakan akan sedang memegang barang yang sangat rapuh — menciumnya dengan kecupan lembut di punggung tangannya.

"Maaf atas keterlambatan saya dalam mengenalkan diri saya, Pangeran. Saya Ice, penyihir agung. ...

... Senang bertemu kembali dengan anda, Rajaku." ujar Ice dengan suara yang sangat pelan, sehingga Halilintar tidak bisa mendengarnya.

Halilintar memerah, sontak menarik tangannya. Menundukkan wajahnya, mencoba menyembunyikan rona merah yang ada di wajahnya. Ice yang melihatnya hanya bisa tersenyum, lalu bangkit dari tempatnya.

"Jadi, apa yang akan anda lakukan ketika bertemu denganku?" tanya Ice, Halilintar kembali teringat tujuannya memangggil penyihir agung.

Halilintar mendongak, menatap wajah Ice, "Bisakah kamu menjelaskan kepadaku, apa yang Sori maksud dengan wangi manaku sama seperti milikmu?" tanya Halilintar.

Ice menutup mulut dengan sebelah tangannya, berpikir sejenak.

"Singkatnya, setengah manaku ada di dalam dirimu," jelas Ice secara singkat, Halilintar mengangkat sebelah alisnya.

Merasa kalau pangeran yang ada di depannya ini masih bingung, Ice melanjutkan penjelasannya, "aku memasukkan manaku ke dalam dirimu sehingga manaku dan mana milikmu tercampur. Itulah mengapa Sori mengatakan wangi manamu mirip seperti milikku."

Halilintar mulai paham dengan apa yang Ice bicarakan, namun tetap saja penjelasan dari Penyihir Agung ini seperti ada yang kurang, seperti tidak dijelaskan semuanya.

"Kenapa kamu memasukkan manamu ke dalam diriku?" tanya Halilintar.

"Pertanyaan berikutnya."

Halilintar mendengus, orang ini secara terang - terangan tidak ingin ditanyai lebih lanjut tentang hal itu.

"Berapa umurmu?" tanya Halilintar

"Aku sudah lupa. Kalau tidak salah, tahun ini aku akan berumur 956 tahun." jawab si penyihir agung.

The villain's escape plan || Boboiboy HalilintarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang