Five

42 3 0
                                    



Pagi yang cerah secerah senyum Soraya kali ini. Setelah melewati masa-masa terpuruknya putus dengan mantan pacarnya itu seminggu yang lalu, akhirnya ia bisa tersenyum dengan cerah kembali.

Tapi sepertinya hari ini sedang tidak bekerja sama dengan baik untuk menaikan mood Soraya, terbukti dari awal ia keluar rumah sudah bertemu dengan orang yang paling menjengkelkan menurutnya. Siapa lagi kalau bukan Shaka, laki-laki yang menjadi tetangga sekaligus sahabatnya dari ia masih bayi sampai sekarang.

Rasanya malas saja bertemu dengan Shaka, harusnya ia mendengarkan kata-kata sahabatnya itu sebelum berpacaran dengan mantannya Andro. Andro, mantan Soraya sejak seminggu yang lalu, ternyata masih terbayang akan masa lalu dari mantan kekasihnya yaitu Kak Hilma. Shaka sudah memberitahunya mengenai hal itu, tapi Soraya tidak percaya, karena pasti jika Soraya dekat dengan lelaki lain Shaka akan membicarakan mereka yang tidak-tidak. Dan Soraya sudah terlalu hapal dengan tabiat sahabatnya itu, tapi yang soal kemarin ternyata ia benar.

"Met pagi yaya, gimana udah selese galau-galauannya?" Yaya, nama masa kecil Soraya yang hanya diketahui oleh orang-orang terdekatnya termasuk Shaka. Soraya yang mendengar pertanyaan Shaka hanya memutar bola matanya malas. Ia pun lebih memilih untuk lanjut jalan menuju bubur ayam langganannya yang berada didepan komplek.

"Kok dicuekin sih? Masih marah sama gue gara-gara ngehajar kak Andro? Atau marah karena gue ceng-cengin? Hahahhaha." Ingin sekali Soraya teriak dua-duanya tapi ntar hancur sudah niat dia untuk tidak berbicara dengan Shaka selama, emm minimal 3 hari lah. Kemarin setelah tau jika Soraya putus dengan Andro karena Hilma kembali, Shaka dengan muka marahnya menghampirin Andro dan langsung menonjoknya, ia tidak terima anak terakhir dari 3 saudara itu ditangisi oleh lelaki lain. Papa serta kakak-kakak laki-lakinya dan ia menjaga Soraya seperti tuan putri, tapi malah ditangisi oleh lelaki brengsek itu.

Soraya tetap berjalan walaupun mendengar suara motor Shaka yang mengikutinya dari belakang. Hal itu disaksikan oleh kakak laki-lakinya Soraya dari balkon atas rumah. "Bang, taruhan yok. Mereka bakal balikan setelah berapa hari?" Tanya anak kedua. "Emmm, menurut gue setelah 3 hari. Yaya mana mau ngomong sama Shaka setelah 3 hari. Lu tau sendiri tabiat dia Dra."

"Tapi kok menurut gue abis ini mereka bakal pulang bareng sambil bawa kabar ya bang? Kayak tau-tau jadian gitu." Langsung saja digeplak sang adik oleh abangnya.

"Kalo ngomong jangan asal nyablak apa, baru juga adek lu seminggu pulih dari galau-galuan. Masa udah ada ngandengan baru."

"Yaa kan sapa tau, lagian ya bang. Setau gue penyembuh rasa sakit itu, yaa nyari yang baru lah. Biar cepet sembuh, kan ada lagi yang ngisi." Sang abang hanya menggelengkan kepalanya capek, pantas saja mantan adiknya yang satu ini banyak. Ternyata begitu tabiat dia, untung saja sekarang ia sudah tobat dan hanya memiliki 1 pasangan.

"JENDRA, DRIA. MANDI, KALIAN NGAK KULIAH APA?!?!" Teriakan dari ibu negara membuat mereka langsung berlari menuju kamar masing-masing, bisa gawat jika ibu negara menghapiri mereka.





Kembali lagi bersama pasangan ini, yang masih begitu-begitu aja. Dimana Soraya yang berjalan didepan dan Shaka yang mengikutinya sambil mengendarai motor dari belakang. Akhirnya setelah jalan sekitar 15 menitan sampai juga Soraya ditempat bubur ayam favoritnya.

"Mang 1 kayak biasa yaa."

"Siap neng!."

"Mang 1 juga kayak biasa yaa."

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang