Langit sore yang sedang hujan tak mematahkan seorang Soraya untuk pulang kerumahnya. Dengan bermodalkan nekat, ia mengendarai sepeda motor dengan kecepatan sedang. Sedikit merutuki tingkah nekatnya itu, tapi sudahlah yang penting ia sampai rumah dengan cepat.
Seseorang yang melihat tingkah nekat Soraya hanya menggelengkan kepalanya miris, tidak takut sakit kah Soraya itu? Besok masih ada kuis yang menghantuinya padahal. Orang itu pun segera keparkiran dengan menggunakan payung, tentu saja ntah siapa yang menaruh payung dilokernya.
Segera ia menaiki mobilnya dan melajukannya, mengendarai mobil sambil menyetel lagu adalah favoritnya bersama dia. Dan kenapa tiba-tiba terputar lagu galau begini? Mana sedang hujan pula, mau marah tapi waktunya sedang pas banget.
Soraya melajukan motornya semakin pelan selain karena jalanannya licin, pandangannya juga memburam oleh air hujan yang semakin deras. Dikala orang-orang berhamburan berteduh ia malah menerobos hujan seakan kebal akan sakit. Sedikit memori tentang orang yang ia rindukan teringat, tapi ia segera menggelengkan kepalanya agar memori itu menghilang.
Hujan tampak semakin deras saat sedang melajukan motornya, ada lubang yang lumayan besar. Niat hati ingin menghindari tapi apalah daya jalanan yang licin tak membiarkan perjalanannya itu menjadi lancar, jatuhlah Soraya. Orang-orang yang sedang berteduh tampak ingin membantu tapi karena hujan dan tidak ada payung mereka lebih memilih untuk melihat saja, sedikit merutuki tapi rasa malu lebih besar yang dilakukan Soraya hanya meringis dan pelan-pelan bangun. Tapi tampaknya hari itu menjadi hari tersialnya, kakinya terseleo dan luka.
Saat sedang menikmati lagu dimobil, ia melihat ada orang yang tampak familiar yang terjatuh diderasnya hujan. Segera ia menepikan mobilnya dan segera keluar menggunakan payung dan membantu orang yang terjatuh itu.
Mencoba untuk bangun tiba-tiba ada orang yang membatunya dan juga menepikan motornya itu. Saat ia mengadahkan kepala guna melihat orangnya, Soraya tampak kaget dan membulatkan matanya. Kenapa ia bisa ada disini?
"Ayo bangun ya, kamu mau sampai kapan disini aja?" Segera Soraya bangun dengan dibantu dan dipapah oleh orang itu ketrotoar.
"Pengang payungnya bentar." Ucapnya sambil memberi payung, segera ia membersihkan kaki Soraya dengan air yang ia ambil dari mobil dan mengobati lukanya dengan kotak p3k yang selalu ia ambil juga. Tampak Soraya meringis menahan rasa perih saat lukanya dibersihkan dan diberi alcohol oleh orang itu.
"Kenapa kamu bisa jatuh hmm?" Ternyata masih sama, pengertian dan suaranya masih sama lembutnya seperti dulu.
"Jatuh karena ngindarin lubang terus jalanannya juga licin."
"Kebiasaan nerobos hujan kayak tubuhnya baja aja," Katanya sambil menyentil jidat Soraya pelan. Rasanya masih sama, bikin jantung Soraya berdegub kencang.
"Ya maaf? Pengen cepet-cepet pulang."
"Yaudah ayo!" Soraya hanya mengangkat alis bertanya.
"Ayo pulang bareng aku, motor kamu titipin ruko sini aja. Ntar biar aku minta tolong Juan anterin."
Akhirnya mereka pun pulang bersama setelah menitipkan motor Soraya disalah satu ruko disana. Hening, hanya ditemani oleh lagu dari radio mobil ia.
"Shak, kok kamu bisa ada disana?" Setelah berdebat dengan pikirannya, Soraya pun akhirnya memberanikan membuka suara duluan.
"Tadi pengen kecafe yang biasa kita kunjungin itu. Mau kerkom sama temen."
"Oo-ohh." Hening lagi. Lagu pun berganti dengan lagu 'Seamin tapi tak seiman'. Langsung saja lagu itu membuat dua orang yang ada dimobil menengang dan mengingat-ingat lagi memori tentang mereka dan juga tentang perbedaan mereka.
LDR yang sesungguhnya, dipisahkan karena tuhan masing-masing. Shaka yang mengadahkan tangan dan Soraya yang menggenggam tangan. Shaka yang kemasjid setiap hari dan Soraya yang kegereja setiap minggu.
"Sudah lama ya ternyata."
"Lama apa?"
"Kita ngak bareng-bareng kayak gini. Kangen juga diingetin sholat sama kamu."
"Heumm, iya." Soraya sedikit bernostalgia akan kebersamaan mereka. Ia yang mengingatkan Shaka sholat, ia yang membangunkan Shaka untuk sahur, Shaka yang mengingatkannya ibadah di hari minggu, Shaka yang mengantarkannya kegereja. Banyak kenangan yang mereka lalui, tapi itu hanya masa lalu.
Entah siapa yang memulai perdebatan dulu sehingga mereka berakhir putus. Mungkin dari mereka berdua sudah sama-sama capek dengan perbedaan itu dan mengakhirinya begitu saja. Mereka sayang dengan tuhannya masing-masing, sehingga memilih jalan ini.
Perjalanan pun berlanjut, akhirnya sampai juga mereka didepan rumah Soraya. Hujan pun tampak sudah berhenti dan dingantikan oleh langit sore. Soraya segera turun dari mobil Shaka dengan perlahan.
"Makasih ya Shak." Ucap Soraya sambil tersenyum. Ahh Shaka rasanya sangat rindu dengan senyuman manis hingga matanya menghilang itu dari Soraya.
Setelah mengucapkan itu Soraya segera menuju kerumahnya tapi sebelum membuka pager suara Shaka terdengar dan membuat ia semakin susah untuk melupakannya.
"Sama-sama Yaya, sehat-sehat selalu yaa. Jangan lupa habis ini mandi dan minum obat." Hanya dibalas anggukan kepala oleh Soraya, karena air mata yang sudah ia tahan sejak lagu tadi sudah tidak bisa tertahan lagi. Masih banyak ternyata rasa ia untuk lelaki itu.
Shaka pun juga segera melajukan mobilnya setelah ia melihat Soraya masuk kedalam rumahnya. Sesak, itu yang dirasakan Shaka. Soraya masih menjadi nomer satu dihatinya setelah mamanya. Sebelum memulai hubungan ia sudah tau jika salah satu permasalahannya pasti agama mereka, tapi ia tetap nekat dan sudah terjun terlalu dalam.
Jika ini akhir dari hubungan mereka, Soraya maupun Shaka memilih untuk tidak saling kenal dan nekat dalam berhubungan ini.
~~~~~The End~~~~~~
Park Soeun as Soraya Cahaya Easter
Park Sunghoon as Shaka Lesmana Abimanyu
19/Maret/2023