Tempat itu berantakan. Banyak kertas kertas dengan goresan tinta yang berserakan.
Seorang anak berdiri di tengah ruangan, memegang kuas dan palet warna. Di depannya, lukisan seorang wanita berambut merah yang tengah memegang sekuntum bunga mawar terlihat. Wajah wanita itu tersenyum, sangat cantik.
Tapi anak itu terlihat tidak puas, dia merobek lukisan itu dan membuangnya ke sembarang arah.
Sekali lagi, dia akan menggambarnya sekali lagi.
***
Satu, dua, tiga, empat..semakin banyak kertas kanvas yang berserakan dilantai.
Entah sudah berapa lama dan berapa banyak anak itu melukis orang yang sama dan membuang lukisannya.
Anak itu menatap lukisannya dengan putus asa. Tangannya menggambar sudut bibir wanita itu dengan gemetar.
Selesai, wajah wanita itu masih sama dengan wanita yang dia gambar diawal. Senyuman itu sangat cantik. Tapi anak itu masih tidak puas. Dia menghapusnya, melukis lagi, hapus lagi dan melukisnya lagi. Itu terjadi berulang ulang sebelum akhirnya dia merobek lukisan itu dan membuangnya lagi.
Lagi?
Sudah berapa banyak dia melukis?
Sudah berapa lama dia menghabiskan waktu di ruangan ini?
Seolah tersadar, anak itu melihat sekelilingnya.
Tempat itu kacau, banyak kertas kertas yang berserakan di sekelilingnya, noda cat yang jatuh dan mengotori lantai serta pakaiannya.
Melihat kearah jendela, langit mulai gelap. Anak itu mulai membereskan kekacauan yang dibuatnya, bersiap untuk meninggalkan ruangan itu.
**
Klik
Seorang anak masuk ke sebuah studio lukis dengan terburu buru namun hati hati, seolah-olah dia tidak ingin tertangkap oleh sesuatu.
Dia berjalan ke sudut ruangan tempat peralatan lukisnya disimpan kemarin.
Mengambil cat lukis, kanvas, kuas dan berjalan menuju tengah ruangan. Bersiap untuk melukis lagi.
**
Sudah tiga kali dia menggambar ulang sosok wanita yang paling berharga dalam hidupnya. Dia selalu merasa tidak puas dengan hasil lukisannya.
Senyuman wanita di lukisan itu tidak sama dengan senyuman wanita itu di ingatannya.
Dia tidak bisa menggambarkan senyuman dari wanita itu. Senyumnya terasa sulit untuk digambar, dan anak itu terlalu putus asa untuk melanjutkan lukisannya.Dia tidak bisa mengingat senyum wanita itu, ibunya.
Senyum yang penuh ketulusan, senyum yang penuh kebahagiaan, dan senyum yang menyiratkan cinta tak terbatas.
Kini senyuman itu mulai terdistorsi di ingatannya.
Wajah tersenyum wanita itu mulai kabur di ingatannya.
Senyuman favoritmya mulai memudar dari ingatannya.
Dia takut..
Dia putus asa..
**
Lagi, lagi, lagi dan lagi.
Seorang anak kecil berambut merah yang selalu berdiri ditengah ruangan yang dipenuhi dengan lukisan kini telah menjadi seorang remaja.
Anak itu berubah, tingginya, umurnya, wajahnya, semuanya. Tapi satu hal yang sama dan tidak pernah berubah yaitu, dia masih berdiri ditengah ruangan, melukis wajah ibunya dengan senyuman yang sangat cantik.
![](https://img.wattpad.com/cover/337036335-288-k999604.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Og Cale Dengan Berbagai Kisahnya
Fanficone short cale Hanya karangan fanfic yang saya buat. Berisi sekumpulan One Short Cale Henituse asli, tentunya dengan berbagai karakter OC maupun dari karya aslinya. Saya meminjam karakter dari cerita milik Yoo Ryeo Han sang pencipta TCF. Sekian teri...