Suara alunan musik menggema di salah satu studio musik Manor Henituse.
Studio itu berada di salah satu sudut Manor yang telah lama ditinggalkan karena sang pemilik telah lama pergi.
Dulunya, studio musik itu adalah milik dari istri pertama Count Henituse saat ini, yaitu Jour Henituse. Sebelum akhirnya studio itu ditinggalkan sejak kematian sang pemilik.
Tapi saat ini, seorang anak berambut merah tengah duduk diam diam didepan piano. Memainkan piano dengan hati hati.
Nada dari melodi itu terdengar sangat sedih. Seperti mengingat kenangan lama yang tidak akan bisa diulang lagi.
Jari jari nya yang ramping menari nari diatas not berwarna putih gading. Menekan dan membuat alunan musik yang menawan.
Setiap irama, setiap melodi dan setiap nada, terdengar seolah olah tengah menyampaikan betapa besar rasa rindunya pada seseorang yang tidak bisa dia temui lagi.
Hari ini awan mendung, seperti hatiku..
Angin datang dan pergi, membuat hatiku kedinginan...
Cahaya lilin yang berkedip kedip membuatku semakin takut..
Takut akan kenyataan bahwa aku telah ditinggalkan...
Bu, kamu bilang cahaya adalah kehidupan.
Bu, kamu bilang cahaya adalah kebahagiaan.
Bu, kamu bilang cahaya adalah berkah.
Tapi Bu, apakah aku pernah berkata padamu..
Bahwa kamulah cahayaku..
Bahwa kamulah kebahagiaan ku...
Bahwa kamulah hidupku...
Bahwa kamulah berkah terbesar dalam hidupku..
Tapi sekarang, aku telah kehilangan cahayaku...
Bu, kamu pernah bercerita..
Kisah orang orang yang menjadi bintang..
Bu, apakah kamu sama seperti mereka?..
Menjadi bintang bintang yang bersinar sangat indah..
Dan mengawasi ku dari atas sana..
Hari ini mendung, seperti hatiku..
Angin datang dan pergi, hampir memadamkan cahaya lilin di tanganku..
Aku berdiri di ruangan yang gelap gulita.
Dengan lilin yang menerangi pandangan ku, menggantikan cahayaku yang telah pergi.
Aku berdiri didepan sebuah potret.
Potret seorang wanita yang menjadi malaikatku.
Samar samar, aku mendengar suaramu.
Ketikan kamu berbicara..
Ketika kamu tertawa..
Dan Ketika kamu bernyanyi..
Sekarang aku berdiri didepan potretmu..
Ingin menagih janji yang pernah kau berikan..
Kau berjanji akan selalu bersamaku..
Kau berjanji bahwa kau akan selalu memelukku...
Tapi disini aku sendirian, kedinginan dan kesepian..
Bu, kau bilang kau mencintaiku..
Tapi kenapa kau pergi?..
Bu, aku merindukanmu..
Aku merindukan pelukanmu..
Aku merindukan sosokmu yang selalu menyinari hidupku..
Jadi tolong...
Bisakah kamu datang kedalam mimpiku..
Karena aku sangat merindukanmu..Suara nyanyian yang menyayat hati itu berhenti, dilanjutkan dengan alunan melodi yang tak kalah menyedihkan.
Seluruh ruangan itu diselimuti kesuraman dan kesedihan.Seolah surga mendengar nyanyian pilu seorang anak, angin hangat berhembus, menyibak tirai tirai yang telah lama menutupi jendela ruangan itu. Membiarkan sedikit cahaya hangat memasuki ruangan suram dan dingin itu.
Cahaya itu mengenai sosok anak berambut merah. Menyinari sosoknya ditengah ruangan yang suram dan gelap. Angin hangat berhembus kearahnya seakan sedang memeluknya.
Saat itu dia teringat akan kenangan saat dia bersama sang ibu.
Disuatu malam sebelum tidur, ibunya pernah berbisik di telinganya.
"Anakku sayang, bintang kecilku. Ibu mencintaimu, ibu sangat mencintaimu. Tidak peduli apa yang terjadi, ibu akan selalu bersamamu. Bahkan jika ibu tidak ada di sampingmu, percayalah, ibu selalu bersamamu."
Air mata turun tanpa terkendali. Membasahi mata merah kecoklatan yang kusam.
Ternyata, ibunya tidak pernah mengingkari janjinya, melainkan dia yang tidak menyadari keberadaan ibunya.
Ibunya selalu berada di sisinya, seharusnya dia tahu itu.
"Bu, aku juga mencintaimu"
Suara itu lembut, halus, penuh dengan cinta dan ketulusan dan senyum di bibirnya seindah musim semi.
Angin hangat berhembus sekali lagi, mengusir kabut di hati seorang anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Og Cale Dengan Berbagai Kisahnya
Fanficone short cale Hanya karangan fanfic yang saya buat. Berisi sekumpulan One Short Cale Henituse asli, tentunya dengan berbagai karakter OC maupun dari karya aslinya. Saya meminjam karakter dari cerita milik Yoo Ryeo Han sang pencipta TCF. Sekian teri...