Reno
+628951*******Ren, kamu dimana? Katanya mau jemput tapi kenapa belum datang. |20.40
Disini hujan Reno, aku kedinginan. |20.41
Kiara, maaf aku ga bisa jemput ada urusan mendadak. |20.55
Udah satu jam aku nunggu, kalo kamu ga bisa jemput aku bilang dari tadi. |20.56
Maaf kia. |21.03
Read
Hufftt...Setelah membaca pesan terakhir dari Reno tiba-tiba Handphonenya mati.
Sudah Kiara duga bahwa Reno memang selalu begitu. Sudah hampir 3 bulan Kiara dan Reno berpacaran, namun akhir-akhir ini sikap Reno berubah drastis padanya. Reno jadi lebih sering mengingkari janjinya.
Apakah Reno sudah mulai bosan dengannya?
Hari sudah malam, Kiara bingung harus pulang naik apa. Angkutan umum udah jarang ada yang lewat di daerah sini.
Kedua tangannya yang mungil memeluk tubuhnya sendiri yang kedinginan sesekali menggosok-gosokkan kedua telapak tangan sambil meniupnya agar tidak terlalu kedinginan. Namun ternyata itu semua belum cukup untuk menghangatkannya.
Kiara baru ingat kalo di daerah sini ada kafe yang buka 24jam tapi lumayan jauh. Tidak apa-apa, Kiara bisa berjalan ke sana untuk membeli kopi hangat ataupun teh hangat juga gapapa lagi pula hujannya sudah mulai reda.
Kiara berjalan cepat sambil menunduk, rambut panjangnya mulai basah karena terkena air hujan. Sesekali kepalanya menengok ke jalan raya barangkali ada angkutan umum atau taxi yang lewat.
Tapi ternyata nihil.
Sesampainya di kafe yang ramai oleh banyak pengunjung, Kiara langsung masuk dengan keadaan bajunya yang lumayan basah. Dia mencari tempat duduk yang kosong sambil mengatur nafasnya karena kelelahan berjalan.
"Selamat malam kak, mau pesan apa?" Ucap pelayan di sana sambil tersenyum ramah.
"Emm... Hot capuccino satu." Jawab Kiara sambil tersenyum.
"Baik kak. Ditunggu pesanannya ya." Kiara pun mengangguk.
Kiara melihat keluar jendela dan ternyata hujannya semakin deras.
"Ini kak pesanannya, selamat menikmati."suara pelayan itu membuyarkan lamunan Kiara. Kemudian Kiara menatapnya sambil mengucapkan terimakasih.
Dengan pelan-pelan ia meniup kopinya yang masih panas dan sesekali menyeruput kopinya.
Namun seketika ia tidak sengaja melihat orang yang sangat ia kenal.
Reno.
Kiara membulatkan matanya.
Reno tidak sendiri. Dia bersama perempuan.
Tasya.
Saudara tirinya.
Kiara tersenyum sinis, jadi ini yang dimaksud ada urusan mendadak dan gak bisa jemput pacarnya sendiri.
Kiara bangkit dari duduknya dan berjalan santai menuju meja mereka berdua.
Ehm!
Kiara berdehem keras sambil bersedekap dada. Hal itu membuat kedua orang yang tadinya sedang mengobrol asyik langsung menoleh menatap Kiara. Tatapan Kiara tertuju pada Reno sambil tersenyum sinis sedangkan yang di tatap hanya memasang wajah kaget karena tiba-tiba ada pacarnya di hadapan dia.
"Ada urusan mendadak ya, sampai-sampai gak bisa jemput pacarnya sendiri." Sindir Kiara.
"Kiara, kok kamu bisa disini?"
Pertanyaan konyol, Kiara rasanya ingin tertawa.
"Kenapa? Ini kan tempat umum, gak boleh gitu aku disini."
"Bukan git--"
"Terus apa?!" Kiara memotong pembicaraan Reno.
"Kiara ini nggak seperti yang kamu pikirkan." Ucap Tasya.
"Diem Lo! Gue nggak ngomong sama Lo. Lo itu bisanya cuma ngerusak hubungan orang tau nggak! Sama aja kayak nyokap Lo yang bisanya cuma ngerusak rumah tangga orang!" Ucap Kiara dengan nada yang membentak sambil mengepalkan tangannya menahan emosi yang sudah sampai ke ubun-ubun.
"Siapa aja cowok yang udah Lo rebut selain cowok gue hah?!"
"KIARA! TASYA NGGAK SALAH APA-APA. AKU YANG SALAH DISINI." Reno juga ikut membentak Kiara.
Ini baru pertama kalinya Reno membentaknya. Nafas Kiara memburu, ia menatap Reno dengan tatapan kecewa.
Reno tersadar karena sudah membentak pacarnya.
"Ki-kiara maaf..."
Reno memegang tangan Kiara, namun ditepis langsung oleh Kiara.
"Lo belain dia Ren, Lo ngebentak gue, selama pacaran baru kali ini Lo ngebentak gue, Lo udah berubah Reno. Lo bukan Reno yang gue kenal." Kiara udah merubah katanya menjadi Lo gue.
Setelah mengatakan itu Kiara langsung pergi bersamaan dengan air mata yang membasahi pipinya.
Kiara keluar dari cafe itu dengan rasa kekecewaan dan ternyata hujannya belum reda malah bertambah deras.
"Kiara hujannya masih deras jangan dulu pulang okay." Bujuk Reno.
"Kenapa peduliin gue?!"
"Kiara jangan kayak gini aku mohon, aku bisa jelasin semuanya."
"Nggak ada yang perlu dijelasin. Kita udahan aja, gue cape."
"Aku nggak mau kita putus."
"Yaudah gampang, Lo tinggal milih, dia atau gue."
Reno menatap Kiara dan Tasya secara bergantian. Sedangkan Kiara masih berharap kalo Reno akan memilihnya.
"Aku nggak bisa milih Kiara."
Kiara tertawa sinis. "Tau kok, Karena udah suka ya sama dia."
Reno diam.
"Bener ternyata. Kita putus Ren."
Kiara langsung berlari menerobos hujan yang begitu deras, ia abaikan suara Reno yang terus berteriak memanggil namanya. Dan ia juga tidak peduli dengan pakaiannya yang sudah basah kuyup.
*****
Kiara berjalan tanpa tau arahnya kemana. Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam, tidak tau berapa lama ia berjalan sampai kakinya udah merasa kelelahan.
Hujan juga udah mulai reda, tatapannya kosong menatap ke depan. Kalau pun ia pulang pasti akan di marahi habis-habisan oleh orang tuanya.
TIINNN
Kiara tiba-tiba ditarik oleh seseorang sampai ia berada dalam dekapannya.
"HEH ANAK MUDA! JANGAN BERDIRI DI TENGAH JALAN BAHAYA!" Ucap pak supir yang mengklaksonnya.
"Maaf ya pak." Jawab orang yang menyelamatkan Kiara lalu supir itu kembali menjalankan mobilnya.
Kiara mendongak menatap orang yang menyelamatkannya.
Wajahnya tampan dengan alis yang tebal, hidung mancung dan tak lupa juga matanya yang tajam.
"Kenapa Lo gak ngebiarin gue ketabrak aja." Ucap Kiara dengan suara yang melemah.
Hidungnya mengeluarkan darah segar.
Kiara mimisan!
Perlahan pandangan Kiara mengabur dan semuanya menjadi gelap.
Setelah itu, Kiara pingsan dalam dekapannya.
See U Next Chapter
YOU ARE READING
NARENDRA
RomanceTentang Narendra dan lukanya Ini tentang Narendra Satya Bagaskara, cowok penyayang sekaligus penolong untuk Kiara yang sedang berada dititik terendah dalam hidupnya. Narendra Satya Bagaskara, kebahagiaannya hilang setelah Adik satu-satunya meninggal...