Chapter 4:

13 5 3
                                    

Chapter 4:
[Perhatian; mengandung adegan 18+]

Meletakkan handuk yang baru selesai digunakan usai mandi ke gantungannya, Mark langsung disambut Rui yang memasuki kamar mereka dengan senyum manis khasnya.

"Ayo makan malam," ucap Rui.

Mark mengiyakan, berikutnya kegiatan rutin ---makan malam mereka berjalan dengan khusyu seperti biasanya. Usainya waktu berlalu, malam semakin larut, hanya ada suara televisi memecah keheningan dengan dua insan dalam rumah itu yang sibuk dengan urusan masing-masing di ruangan berbeda.

"Sudah selesai menulisnya?" tanya Rui, ia yang tadinya fokus menatap layar televisi beralih atensi ke Mark yang menghampiri. Mark adalah seorang penulis dengan nama pena Night, pekerjaan sampingannya selain sebagai owner dari kafe Moonlight yang tersebar di kota-kota sekitar.

Rui pun memberi ruang agar Mark duduk di sampingnya.

"Saat ditelepon, kenapa nada bicaramu seperti itu?" tanya Mark teringat kejadian di telepon siang lalu ketika di markas Arionist. Karena cara bicara Rui waktu itu suasana di Arionist langsung menyesakkan, Mark tahu jika Rui sedang dicurigai

"Kamu juga mencurigai ku?" tanya Rui. Raut wajah Rui nampak kesal dan marah yang tertahan disaat bersamaan.

"Aku tidak akan curiga andai kamu tidak bicara dengan nada ketus itu, Rui." Mark berkata jujur dan Mark jujur khawatir pada Rui setelah ini.

"A-aku kesal," ucap Rui terbata. Mark bisa melihat jika bibir Rui melengkung negatif, cemberut dengan masam.

"Aku sangat kesal karena Emi. Dia menjawab telepon dari ponselmu, aku tidak suka, aku kesal, aku cemburu!"

Mark menaikkan alisnya keheranan, jawabannya tak sempat Mark duga. "Hanya itu?" tanya Mark.

Rui menatap tajam Mark dengan bibir yang masih cemberut. "Itu bukan hal sepele! Aku tidak suka kesayanganku di dekati orang lain walaupun, itu, hanya ponselmu ...." Rui menegakkan kepalanya menatap langit-langit, merasakan matanya memanas akibat emosi, Mark hanya mendengarkan dan memperhatikan dengan tenang bahkan ketika Rui merengsek memeluknya dengan begitu erat.

Ah, kalau yang ini Mark sudah hafal betul sifat Rui yang begini. Marahnya, tangisnya dan banyak lagi, wanitanya sangat mudah ditebak menurut Mark.

"Jangan membuatku takut. Aku tidak suka jika harus kehilangan lagi," lirih Rui dalam pelukan Mark.

Mark berdehem dan mengangguk mengiyakan tak lupa pula Mark balas memeluk Rui. Rui masih saja seperti dulu, hanya akan bersikap lemah ketika berada dalam pelukannya. Sebegitu besarnya cinta Rui ke Mark hingga gadis yang memiliki sifat batu itu luluh.

Selang beberapa menit, Mark melepaskan pelukannya. "Tatap mataku," ucap Mark yang pula menuntun Rui untuk menatapnya, pria pemilik iris biru laut ini mengapit sisi wajah Rui dengan kedua tangannya.

"Aku selalu bilang padamu bukan jika aku tidak akan pernah meninggalkan mu selama kamu tetap menganggap aku rumahmu." Mark menatap dalam iris cokelat kemerahan Rui yang nampak berkilau fokus balik menatapnya.

"Jadi jangan berfikir seperti itu lagi," pinta Mark. Rui mengangguk dan tersenyum, semua itu tak luput dari pandangan Mark yang sontak mendamba untuk mencium yang tersayang.

Lantas sebuah ciuman yang penuh cinta dan kasih sayang, tak menuntut dan terasa begitu lembut mendarat di bibir Rui. Rui menikmatinya pun juga menyukainya.
Selanjutnya lumatan pria itu berikan, dengan tangan yang kini satu berada di tengkuk Rui dan satunya di pinggang istrinya itu menipiskan jarak tak lupa pula Rui yang membalasnya dengan suka cita dan mengalungkan tangan ke leher Mark ikut menipiskan jarak.

"Aku mencintaimu," ucap Rui sadar tak sadar usai ciuman mereka terlepas. Mark mengusap bibir Rui yang basah kemudian kembali mencium Rui lagi dengan lebih dalam.

"Mmmh, Mark ...." Rui memanggil nama Mark, merasakan gelenyar aneh yang menyenangkan ketika Mark menciumi leher dan tulang selangkanya pula pada tangan Mark yang menari-nari di area sensitif wanita itu, membawa rasa geli, menyenangkan dan bergairah.

"Hmm, ayo ke kamar," ucap Rui yang mencengkram bahu Mark ketika pria itu memberi kecupan yang meninggalkan jejak di lehernya.

Hanya perlu beberapa waktu singkat untuk Mark membawa Rui ke kamar mereka sesingkat tubuh mereka yang tak lagi tertutupi sehelai kain pun.

Mark mengusap bahu telanjang Rui dengan sensual. Sembari menikmati tangan lentik Rui yang menari-nari di dada dan perutnya, jangan lupa pada leher Mark, sedikit membuat Mark mulai hilang akal dan Rui yang tak bisa berhenti untuk mengagumi perut Mark yang membentuk otot dengan sempurna.

"Rui, kau lebih suka menyentuhku daripada kusentuh?" tanya Mark. Tangannya turun menuju area intim Rui, membuat wanita itu menjawab dibarengi dengan sebuah desahan.

"Suka tapi … umh, tidak juga."

"Kalau begitu, hari ini aku akan menyentuhmu lebih dari sebelumnya."


***

Hai Readerich! Terima kasih sudah membaca dan mendukung cerita saya “Arionist”.

Arionist sendiri adalah cerita yang berada dalam jurusan HMTK The WWG, Project HMTK 2023 #hmtk18+

Chapter 4 lengkap ekslusif ada di KaryaKarsa, buat yang mau baca lebih cepat juga bisa ke KaryaKarsa, udah ada 20 Chapter lebih di sana. Dikunci secara acak.

ARIONIST [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang