Chapter 3:

27 11 51
                                    

Bagaimana jika hari itu Hana masih ada bersama kita semua? Bersama Arionist. Pasti kekacauan, teror serta rasa kehilangan ini tidak akan pernah ada lagi bukan?

Bahkan, mungkin sekarang kita---semua anggota Arionist---bisa kembali seperti di masa lalu, seperti lima tahun lalu yang hangat.

Tapi semua hanya sebuah keinginan, Hana tiada dan pelakunya belum ditemukan. Otopsi masih berlangsung dan alibi tersangka sedang dianalisis.

Arionist adalah organisasi kecil, tempat berkumpulnya orang-orang dengan kemampuan khusus---sebuah kekuatan supranatural---yang sempat bubar lima tahun lalu. Namun, dari hari ini mereka kembali berkumpul, niatnya kembali menjalin hubungan seperti dulu yang sayangnya tidak sesuai dengan keinginan.

Dimulai dari ditemukannya Hana yang sudah tak bernyawa di dalam ruangan inti Arionist.

Rin menghembuskan napas lelah. "Andai aku tidak meminta Hana untuk mengecek ruangan inti sendirian saja," ucap Rin.

"Bukan salahmu, semua ini tidak akan terjadi andai si penghianat itu tidak ada di antara kita," ucap Ita. Nada suaranya tenang namun tiap kata seolah ditekan, Ita benar-benar marah.

Rin melirik kecil Ita yang sedang menggulung rambut abu-abu nya, warna rambut yang sama persis seperti milik Leo, kembarannya Ita. Rin dan Ita sedang mempersiapkan diri untuk melakukan otopsi.

"Saat Hana ditemukan tubuhnya masih hangat, dengan waktu sesingkat itu pembunuhnya tidak mungkin bisa kabur jauh," lanjut Ita mengemukakan pendapatnya.

Rin mengangguk setuju.

____

Mark meletakkan lembaran kertas yang disebut sebagai tersangka ke meja

"Tersangka pertama, Alex Ferguriant. Saat kejadian dia sedang mengawasi bagian selatan markas tapi dia sendirian kita tidak tahu apa yang dia lakukan di sana terutama karena bagian selatan adalah tempat paling dekat dengan ruangan anggota inti." Leo menyugar surai abu-abu nya ke belakang, penjelasan panjang lebar itu kemudian diangguki anggota inti lainnya.

Mark membaca data diri yang terlampir di antara kertas-kertas yang ada. Ada nama Alex Ferguriant tertulis di sana, seorang pemilik kemampuan khusus "racun". Kemampuannya cukup berbahaya dan mematikan hingga Mark tak heran Alex bisa dicurigai telah membunuh Hana yang merupakan anggota inti.

"Kemudian ada Ravaren dan Takeda. Alibi mereka lumayan kuat, keduanya berjaga di bagian barat bersama. Tapi hubungan mereka dan Hana sedang buruk-buruknya beberapa Minggu ini," ucap Leo.

"Hubungan mereka buruk?" beo Noran heran. "Mereka terlihat baik-baik saja, loh," lanjut Noran.

"Sayangnya hanya terlihat baik-baik saja, tapi kenyataannya tidak," Ucap Rei yang juga mengetahui ini, pasalnya Rei adalah saudara Hana. Mengingatnya membuat Rei berfikir hari ini ia akan pulang sendirian, walau tak menampakkan kesedihan nya Rei tidak bisa membohongi diri sendiri jika ia luar biasa berduka.

"Kemampuan khusus Ravaren adalah "komunikasi" sedangkan Takeda "neon" kedua kemampuan mereka bukan untuk bertarung apalagi membunuh tapi jika mereka melakukannya berdua tidak ada yang tidak mungkin," ucap Emi berceletuk.

“Selain Ravaren dan Takeda, Hana juga terlibat masalah dengan Naomi, tapi Naomi tidak hadir hari ini.” Naomi, pemilik kemampuan khusus “air”. Lima tahun lalu ia sempat menjadi kandidat anggota inti, kemampuannya selain kemampuan khusus tidak bisa diragukan dia bisa bertarung dan mungkin juga bisa membunuh.

"Dan tersangka terakhir ...." Leo menatap Mark. Rei, Emi dan Noran pun juga ikut menatap Mark serius.

"Mark, pinjam ponselmu, kita harus menghubungi Rui," pinta Emi.

Mark berdehem mengambil ponselnya dan meletakkannya di atas meja setelah menekan-nekan sesuatu.

"Mark? Kenapa baru menghubungi sekarang?" Suara Rui langsung membuka ketika teleponnya tersambung.

"Rui, begini--" Belum sempat Mark bicara Emi dengan cepat menyambar ponsel Mark membuat pria itu agak kesal.

"Rui, aku ingin bicara penting padamu!" Emi bangun dari duduknya. Ponsel di load speaker agar semuanya bisa mendengar jawaban Rui.

"Apa?" Singkat, jelas dan padat sontak membuat Emi agak gugup.

"30 menit sebelum melihat keadaan Hana, kamu ada di mana?" tanya Emi kemudian.

Sejenak tak ada jawaban apapun, mereka yang ada dalam ruangan rapat saling pandang, melirik dalam tatapan mata.

"Kamu mencurigai ku?" tanya Rui. Terdengar desahan kesal di seberang telepon dengan nadanya yang sinis.

"Waktu itu aku di dapur, mengecek belanjaan dan akan membuat cemilan kalau kalian tidak percaya coba saja tanyakan pada Bella dan Aisha," ucap Rui kemudian menutup teleponnya tanpa pamit.

***

ARIONIST [18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang