Ohnya author punya akun tiktok kalo mau mampir aja @yuu53103
•••
Selayaknya hari biasanya anak anak bersekolah menimba ilmu, bermain bersama temannya, mengobrol, bercengkrama dan mengeratkan tali persaudaraan sesama mahluk ciptaan Tuhan.
Kecuali untuk mahluk beriris sapphire ini. Taufan Anderson, seorang pemuda berparas manis ini sedang menyendiri di taman belakang sekolah yang sepi.
"Males banget sekolah" monolognya dengan nada malas, terlihat tubuhnya di penuhi perban dan hansaplast, walau sudah banyak perban yang menutupi kulitnya tetap saja masih terlihat bekas luka ringan di kulitnya.
Tingtong
"Oh! Dah bel masuknya?" ujar Taufan kemudian bangun dari duduknya menuju kelas.
•••
Jam pulang sekolah telah berbunyi, semua murid mau senior atau junior menapakkan kakinya keluar dari gerbang sekolah tak terkecuali Taufan yang terlihat melangkahkan kakinya lesuh menuju gerbang sekolah putih yang biasa di laluinya ketika masuk dan keluar sekolah.
"Akhirnya pulang juga, matematika beneran simulasi neraka, gurunya juga ngajak ribut dasar guru bodoh!" umpat Taufan kesal.
Tanpa sadar karna terus mengoceh ia sudah berada di depan pintu rumahnya, "Upan pulang!" matanya melirik sang kakak yang sibuk melihat hpnya tak menghiraukan ucapan atau kehadiran sang adik, Taufan menghela nafas kecewa tapi ia tak bisa juga mengharapkan respon positif dari sang kakak setelah apa yang ia perbuat di masa lalu.
Suara kayu berdenyit seiring Taufan melangkah menaiki tangga menuju kamar miliknya. Langkahnya berhenti tepat di depan pintu kamar sang kakak yang bersebelahan dengan kamarnya, matanya menatap lamat pintu coklat dengan logo petir merah yang terpampang jelas di pintu itu.
Tangan Taufan bergerak sendiri untuk meraih gagang pintu kamar sang kakak, namun saat hampir menyentuhnya tiba tiba seolah deretan film, otak Taufan memberi rekaan "kesalahan" fatal yang pernah ia lakukan, kesalahan yang akan mengubah alur kehidupannya.
Taufan menarik tangannya yang hampir menyentuh gagang pintu kamar sang kakak, berjalan lesuh kearah kamarnya sendiri sembari membuka kenop pintu kamarnya miliknya.
Kaki Taufan berjalan menyusuri kamarnya sendiri, berhenti di depan kaca besar yang memperlihatkan sosok rapuh sang iris sapphire.
Mata Taufan menatap pantulan sosoknya yang terlihat kacau serta memprihatinkan. Banyak perban yang membalut luka di tubuh Taufan.
Taufan membuka beberapa perban untuk melihat bagaimana kondisi lukanya, "masih basah" monolog Taufan pelan, matanya tak memancarkan satupun cahaya, membuat mata itu seolah tak memiliki kehidupan.
Taufan sendiri juga tak peduli lagi soal tubuhnya yang sudah benar benar hancur, hanya satu kalimat yang terus berputar di fikirannya saat ini.
"Aku ingin mati.."
•••
Author note:
Hai semua, maaf kalo ceritanya pendek, gak bagus, gak seru dan sama sekali gak ada bawang. Maaf juga gegara author lama up, ditiktok lebih sering sih, ya semoga kalian suka dengan ceritanya nya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
senyuman terakhir darimu
Cerita PendekOrang-orang bilang ikatan tali persaudaraan itu erat. ya aku mengakui itu. Namun pada akhirnya sekuat-kuatnya sebuah tali, pasti seiring berjalannya waktu akan semakin rusak dan mudah untuk putus. Itulah yang terjadi pada tali persaudaraan 2 bers...