Tiga minggu setelah mengalami insiden itu, Ayura akhirnya kembali ke rumahnya bersama kakak laki-lakinya yang bernama Serkan karena selama tiga minggu itu Ayura menjalani pemeriksaan kesehatan di rumah sakit. Kondisi Ayura belum sepenuhnya membaik, ia di bawa masuk ke kamarnya oleh Serkan. Ayura tidak jalan, melainkan dia duduk di kursi roda.
"Hati-hati!" Serkan memindahkan tubuh Ayura ke tempat tidur secara berhati-hati. Serkan ingat sekali dengan kata dokter, bahwa adiknya itu mengalami cedera pada bagian kepala dan juga sumsum tulang belakangnya mengalami kerusakan yang lumayan parah, dan itu mengakibatkan Ayura tidak bisa bergerak dengan sempurna. "Sebentar, kakak ambilkan air putih buat kamu."
"Biar saya ambilkan, den Serkan." Ucap bibi Sarmila, Pembantu di rumah itu.
"Nggak usah, bi. Biar saya yang ambilkan sendiri. Bi Sarmila rapikan pakaian-pakaian Ayura aja." Ucap Serkan lalu berjalan keluar dari kamar Ayura.
Jawab bibi Sarmila dengan anggukan kepala dan melaksanakan apa yang di perintahkan oleh Serkan.
"Gimana keadaan, no Ayura? Udah membaik belum?" Tanya bibi Sarmila sambil membereskan semua pakaian milik Ayura.
"Tinggal nunggu pemulihan aja, bi. Nggak lama lagi Ayura udah sembuh kok." Jawab Ayura.
"Alhamdulillah! kalau begitu. Selama non Ayura masih dirawat rumah sakit, bibi Sarmila selalu mendoakan non Ayura dari rumah."
"Makasih banyak, bi"
"Maaf ya non, kalau bibi nggak sempet jengukin non. Non Ayura tahu sendiri kalau pekerjaan bibi Sarmila banyak dirumah, banyak tikus yang berkeliaran dirumah sampai-sampai bibi repot membunuh mereka." Ujar Bibi Sarmila dengan tertawa lepas. Ayura hanya mendengarkan ocehan dari pembantu itu sambil mengikut tertawa secara paksa.
"Nggak papa, bi. Lagian kak Serkan jagain Ayura di rumah sakit."
"Iya non. Bibi mah bisa apa coba, bibi cuma bisa buatin non Ayura bubur sama telor ceplok doang."
"Terimakasih banyak loh, bibi Sarmila." ia pun langsung keluar membawa pakaian kotor milik Ayura dan segera mencucinya.
Serkan kembali datang membawa segelas air putih lalu memberikannya untuk Ayura, ia kemudian duduk di atas tempat tidur berdekatan dengan Ayura. Serkan memijit kedua kakinya Ayura untuk membuat adiknya merasa nyaman.
"Awas loh kak, pijit itu yang lemah lembut!" Cibir Ayura tajam.
"Siap, bu boss!" Serkan meletakkan tangan kanannya di pelipisnya berlagak seperti menghormati Ayura.
Ayura menyeruput air putihnya lalu meletakkan gelasnya itu di atas nakas. Gadis itu menyentuh kepalanya Serkan lalu mengusapnya dengan lembut.
Serkan merasakan kelembutan yang benar-benar hangat dari telapak tangan adiknya yang sangat halus sekali. Dia memejamkan matanya lalu senyumnya terlukis indah di wajahnya.
Ayura pun ikut tersenyum, "Senyuman kak Serkan mirip sekali dengan mama. Seandainya mama masih hidup, kak—"
Ayura hampir saja menjatuhkan air matanya yang sudah membendung di kedua bola matanya. Serkan pin segera menghentikan perkataan Ayura. Serkan tidak mau adiknya terlihat sedih, menurutnya itu tidak cocok untuk adiknya yang manis.
"Suuusssttt! Kakak sudah bilang kan sama kamu. Don't cry!" Kini tangan Serkan menggenggam kedua bahu Ayura lalu menatap mata adiknya untuk menguatkan air matanya yang hampir saja menetes.
Ayura mengangguk cepat lalu mengukir senyum yang lebar di wajahnya. Sungguh bahagia sekali.
Mereka pun saling berpelukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOROSA
Teen FictionIni tentang rotasi kehidupan dua manusia yang tidak searah. Deskala Ramiro, mahasiswa tampan dan paling populer di universitas Zerna, juga tentang Ayura Agaisha si gadis cantik dan sederhana yang berhasil mendapatkan beasiswa kuliah. Berawal dari ti...