Usai dari perdebatan yang cukup menghebohkan, Deskala pun memutuskan untuk menuju perpusatakaan karena ada beberapa hal penting yang baru saja di infokan oleh Tamara, maka Deskala harus bergegas ke sana untuk menyelesaikannya.
Setibanya di depan pintu utama perpustakaan, keberadaan Deskala menjadi hal yang paling di nantikan oleh para gadis untuk menempatkan rayuan maut mereka kepada lelaki tersebut.
Kepopuleran bukanlah sesuatu yang di banggakan oleh seorang Deskala Ramiro sebab, cowok itu menganggap hal tersebut hanyalah kekonyolan orang-orang yang berulah seperti orang tak waras. Jadi, Deskala mau tak mau harus tetap berada dalam zona itu meskipun ia harus berhadapan dengan para gadis gila pada.
Deskala sudah terbiasa dengan itu untuk bertahan dalam gombalan-gombalan mengerikan itu. Mau bagaimana? Ia harus mengikuti putaran roda kehidupan itu.
"Deskala?" Seru Tamara memanggil Deskala, laki-laki itu pun mendatangi Tamara yang sedang duduk bersama Razka. "Kita punya masalah, Ska."
Deskala pun duduk samping Razka yang sedang asik memainkan game baku tembak di ponselnya, mereka bertiga duduk di depan meja yang berbentuk bundar.
"Masalahnya apa?" tanya Deskala yang tampak kebingungan, kedua matanya tersorot pada sebuah buku tebal yang di sampuli dengan kertas kliping bening berwarna merah.
Cowok itu dengan teliti menyelidik isi proposal mereka yang bertema tentang 'evaluasi efektivitas hukum terhadap kasus kekerasan seksual terhadap anak dalam sistem hukum dan sosial'.
"Tulisan proposal kasus kekerasan seksual terhadap anak yang udah kita kerjakan di minggu lalu perlu di perbaiki lagi, Ska. Profesor Farid meminta gue untuk memberitahu problem ini ke kalian kalo kita harus merevisi kembali proposalnya secepat mungkin dan di kumpulkan kurang lebih tiga hari." Tamara menjelaskan sedetail mungkin.
Deskala menutup buku itu sesudah ia memeriksa beberapa tulisan yang di tandai oleh tinta pulpen berwarna biru. "Kita harus merubah topik proposalnya dan studi kasus yang sudah tersusun disini, kita tiadakan!"
"Tapi Ska, waktu kita udah mau buntut lho, mana mungkin kita nyusun proposalnya dalam tiga hari?"
"Betul tuh kata Tamara, gue setuju sama ucapannya, Ska. Daripada kita capek-capek ngurasin otak buat nyusun proposal yang baru, mending pake yang ini aja biar simpel dan nggak susahin kita juga, " usul Razka yang tiba-tiba angkat bicara. Kali ini laki-laki itu mengalihkan diri dari aktivitas game di ponselnya.
"Emang lo udah punya judul yang pas buat proposal baru kita?"
"Mengidentifikasi laporan penanganan kasus tabrak lari, mungkin itu judul yang pas buat proposal kalian," ucap seseorang yang mendadak hadir diantara percakapan kecil itu.
Ucapan orang asing itu seolah-olah mengumpan Deskala, Tamara, dan Razka yang sedang berbicara, mereka bertiga pun kompak melihat ke arah Serkan yang saat ini telah berdiri diantara mereka dengan mengenakan seragam biru yang sangat rapi di lengkapi dengan topi serta beberapa peralatan kebersihan di tangannya.
"Kalian bisa pakai judul itu sebagai referensi skripsi tiga tahun lagi. Dengan begitu, kalian dipermudahkan untuk menuntaskan sebuah kasus yang lebih rumit."
Deskala, Tamara, dan Razka saling berkontribusi melalui kontak mata mereka masing-masing sebelum menyetujuinya. Terutama Deskala yang masih ragu untuk sepakat dengan masukan ide dari orang asing seperti Serkan, alasannya Deskala punya teori tersendiri yang mampu ia jabarkan dalam proposal tersebut.
Deskala menyandarkan belakang tubuhnya di kursi seraya menarik napasnya dalam-dalam.
"Ok!"
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOROSA
Teen FictionIni tentang rotasi kehidupan dua manusia yang tidak searah. Deskala Ramiro, mahasiswa tampan dan paling populer di universitas Zerna, juga tentang Ayura Agaisha si gadis cantik dan sederhana yang berhasil mendapatkan beasiswa kuliah. Berawal dari ti...