Bab 1 : Bungsu

845 75 16
                                    

Seperti biasa, pagi ini Rui lagi-lagi mengganggu adiknya yang masih terlelap ditempat tidur dan berakhir Hongyi mengamuk sambil melemparkan bantal kearahnya.

"Enyahlah kau dari sini! Dasar makhluk menyebalkan!!"

"Benarkah? Aiyaa.. kenapa kau sangat lucu saat marah huh?"

"Orang gila!! Pergi kau!!" Aorui semakin tertawa keras mendengar teriakan Hongyi yang menurutnya menggemaskan. Hongyi yang kelewat kesal kemudian menjambak rambut kakaknya itu dengan keras lalu berlari ke kamar mandi.

"Heii! Bisakah kau berhenti melakukan kekerasan padaku. Itu sakit tau." ringis Rui yang hanya dibalas ejekan oleh Hongyi dari dalam kamar mandi.

Xueyi yang mendengar teriakan kedua adiknya dari bawah hanya tersenyum senang. Hatinya menghangat setiap kali melihat dan mendengar kedua adiknya bertengkar ataupun berdebat. Baginya suara Hongyi dan Aorui seperti obat lelahnya yang telah bekerja dengan keras. Senyumnya makin mengembang tatkala ia melihat Aorui turun dengan gerutuan tak jelas dan mengelus bagian kepalanya.

Setelah duduk dimeja makan Rui menatap kakaknya,

"Kali ini kenapa?" tanya Xueyi dengan senyum lembutnya.

"Adik kecilmu melakukan kekerasan lagi padaku kak. Kau harus menghukumnya kali ini. Rambutku hampir botak karna ulahnya." Xueyi terkekeh mendengar penuturan Rui.

"Kau yakin ingin aku menghukumnya? Lagipula kau yang membuatnya kesal bukan."

"Hehehe.. aku hanya bercanda kak. Hongyi terlalu lucu untuk menerima hukuman." lagi-lagi Xueyi hanya bisa tersenyum menanggapi Rui. Adik sulungnya itu entah kenapa sangat kekanakan sekali, bahkan yang lebih sering merengek meminta sesuatu adalah Rui.

"Kau ada latihan hari ini?" tanya Xueyi yang melihat adiknya mengenakan Jersey kebanggaannya. Rui mengangguk menanggapi, "Hm, seminggu lagi turnamen sekolah dimulai. Bisakah kau datang kak? Ajak Hongyi juga"

"Yi'er? Kau yakin? Tidak biasanya kau meminta kami datang."

"Aku hanya ingin membuat kenangan sebelum naik ke kelas sebelas. Jadi kalian harus datang. Ya?"

Xueyi tersenyum sembari menyambut adik bungsunya yang baru duduk dimeja makan, "Baiklah." jawabnya. Hongyi menoleh bingung,
"Apa? Kenapa wajahnya berubah aneh kak?" tanyanya melihat Rui tersenyum manis.

"Tidak ada. Kakakmu itu hanya ingin kau menyemangati nya berlatih basket"

"Dia bukan kakakku!"

"Yi'er.."

"Tidak ada kakak yang menyebalkan sepertinya!" ketus Hongyi. Rui hanya tersenyum masam mendengar itu. Sudah biasa baginya mendengar kalimat menusuk dan dingin dari adiknya. Berbeda dengan Xueyi yang menegur Hongyi kali ini, dia tidak ingin merusak mood Rui yang akan berlatih. Ia sangat tau jika Hongyi sangat berpengaruh terhadap suasana hati Rui.

______°°°°°°°°°°~°°°°°°°°°°________

Xueyi mengantarkan Rui kesekolahnya seperti biasa. Selama diperjalanan hanya diisi dengan keheningan, karena si bungsu tiba-tiba mengeluh pusing dan menidurkan dirinya dikursi belakang. Rui juga memilih diam dan sesekali melirik adiknya yang memang terlihat sedikit pucat. Dia jadi merasa bersalah karena mengganggu tidur sang adik tadi pagi.

Baginya ini pemandangan yang biasa, walaupun sedikit khawatir Xueyi tau bahwa Hongyi tidak benar-benar sakit. Mungkin dia sedang malas berdebat dengan Rui karenanya Hongyi memilih untuk tidur. Xueyi telah hidup dengan kedua adiknya sejak lama jadi dia memahami karakter dari masing-masing sang adik.

Gege?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang