Taehyung

1K 124 5
                                    



Aku terdiam menatap sepatu sneaker kuningku beradu dengan rumput di lapangan sekolah. Sepertinya Taehyung memang tidak seperti yang aku pikirkan selama ini. Dia memang masih bertingkah sombong, biang onar, playboy, rakus, dan penyiksa yang kejam. Tapi kadang dia punya sisi manis. Tunggu. Apa aku baru saja bilang dia manis? Tidak. Aku pasti sudah gila. Aku membencinya.
"Oi! Jungkook!!"
Aku menoleh, kebelakangku saat mendengar suara Luhan memanggilku. Aku benar benar gila semenit yang lalu aku sedang memikirkan kekasih dari sahabatku sendiri.
"Kenapa si? aku panggil dari tadi, memikirkan sesuatu ya?" ucapnya terengah engah di hadapanku.
Aku memilih diam dan tersenyum daripada aku mengatakan aku memikirkan pacarnya dan mengabaikannya.
"Ah ... tidak, kau tidak bersama Taehyung?"
Sial. Sekarang aku malah tampak mencarinya. Aku menepuk pelan mulutku.
"Jangan sebut manusia brengsek itu lagi. Aku sudah memutuskannya!" kata Luhan dengan nada penuh amarah.
Ha? apa yg terjadi sebenarnya? tanya ku dalam hati.
"Ternyata dia cuma main-main denganku, jadi aku juga main-main dengannya," ucap Luhan melipat tangannya. Wajahnya masih tersimpan rasa kesal dan dendam.
"Apa maksudmu??" tanya ku balik.
"Yeah, aku melukai tangan kanannya agar dia tahu rasa!"
Kali ini Luhan berkata dengan nada penuh kepuasan.
Astaga. Itu pasti sakit sekali. Aku meringis dan merasa kasihan pada Taehyung. Tapi tak apalah biar dia tahu rasa.
"Aku jadi merasa bersalah padamu Jungkook, aku sudah tak mendengarkanmu padahal kau temanku."
Luhan memelukku. Aku terdiam tidak tahu mesti merespon apa. Aku merasa senang tapi bingung rasa senang ini karena Luhan terlepas dari Taehyung atau hal lain ....
Saat Luhan memelukku aku melihat Taehyung yang berada di lantai atas sedang melihat kami. Dia melambaikan tangan dan mengedipkan matanya. Aku melepas pelukan Luhan.
"Luhan, aku lupa menyerahkan tugasku pada Miss Kim, aku duluan kembali kekelas!"
Luhan hanya mengangguk sebelum akhirnya aku meninggalkannya menaiki tangga kelas.
Aku menghampiri Taehyung dan memandangi tangan kanannya yang diperban. Taehyung masih diam menungguku bicara. "Apa cupu?"
"Aku, aku hanya mau bilang, terima kasih sudah memutuskan Luhan," ucapku walau aku ragu mengapa rasanya dia mensyukuri hal lain.
Taehyung mengecap lidahnya bersandar pada pembatas dan melihat ke arah lain. "Luhan saja yg terlalu kege-eran,"
ujarnya santai.
Aku tahu Taehyung sedang membicarakan Luhan tapi aku malah merasa lucu.Dasar. Aku tertawa kecil.
"Jangan ketawa cupu!" Taehyung menatapku lekat.
"He? masih berani bilang aku cupu, kau sendiri apa? masa sama pria yang jauh lebih pendek darimu saja bisa kalah!" ledekku kembali.
"Pria sejati tak akan pukul wanita dan orang lemah," elaknya membela diri.
"Aahahah ... alasan!!" tawaku lepas mendengar Taehyung mencoba mempertahankan harga dirinya.
"Ck! Sebaiknya kau pikirkan dirimu jangan pikirkan orang lain!"
"Kenapa?"
"Ck. Kau sendiri peringkat ke 456, kau yakin bisa naik kelas?" Taehyung tertawa mengejek membuatku terpaku.
Benar. Seminggu lagi ujian kenaikan kelas. Wajahku jadi semakin pucat.
"Bodoh!"
Aku merengut. Aku kesal tiap kali Taehyung memanggilku bodoh. Walaupun itu benar dia tidak perlu bilang seperti itu. Aku memutuskan pergi meninggalkannya. Padahal suasana kami cukup baik tadi, aku merasa kalau Taehyung tidak menyebalkan seperti dulu tapi rasanya aku terlalu cepat menyimpulkan hal itu.
"Hoi cupu!!!"
Kris yang sudah berdiri di depanku mengejutkanku. Rasanya aku ingin melewatinya tapi tangannya berhasil menarikku kembali ke tempat Taehyung.
"Kau mau kemana ketika aku memanggilmu, hu?" Kris menatapku tajam tanpa melepas cengkramannya pada lenganku.
"Dia ingin membelikanku roti di kantin," ucap Taehyung menepuk pundakku. Aku menatap ke arahnya. Wajah kami cukup dekat hampir membuat jantung ku melompat dari tempatnya.
Kris terdiam lalu menyadari sesuatu.
"Tanganmu kenapa?" tanya Kris melihat tangan kanan Taehyung tersampir di pundakku.
"Bukan apa-apa," jawab Taehyung ketus.
Aku sedikit bingung dengan hubungan pertemanan mereka. Mengapa mereka seperti bukan seorang teman yang akrab?
Waktu lalu saat Taehyung dihajar oleh pelajar dari sekolah lain pun Kris tampak tidak perduli dan mengabaikan Taehyung.
"Apa yang kau butuhkan darinya?" tanya Taehyung pada Kris.
"Ah, begini bagaimana kalau si cupu mulai sekarang menjadi si jawaban?" jelas Kris pada Taehyung.
Aku tahu maksud Kris. Si jawaban itu sebutan untuk anak yang selalu memberikan jawaban pada geng mereka baik itu saat ada tugas atau saat ujian.
Taehyung hanya menghela nafas."Percuma, dia bodoh!!"
Jujur aku marah dia mengataiku.
"Tapi dia pakai kacamata." Kris menunjuk wajahku.
"Hahh ...." Taehyung menghela napas kembali. Aku berdoa semoga itu menjadi napas terakhirnya. Dia sudah meremehkanku cuma karena dia baru sekali memberikan contekan pada tugas Miss Kim.
"Tidak. Aku bisa," jawabku kesal. Taehyung menoleh ke arahku sama terkejutnya denganku. Lagi-lagi aku mengatakan sesuatu tanpa kupikir dahulu akibatnya.
"Nahh kann, good!! minggu depan kau, kuberi tugas memberi kami jawaban soal. Awas kalau kau berniat kabur!" katanya menepuk pundakku dan pergi.
"Apa yang kau lakukan? Kris tak main- main jika kau berikan jawaban yang salah!!"
Aku juga tak tahu. Aku kesal. Aku kesal terus-terusan kau bilang bodoh. Aku kesal kau memang itu kenyataanya. Aku memang bodoh. Dan aku terjebak.
Aku pasti mati, teriakan frustasi itu terus berputar dalam kepalaku.
"Datanglah kerumahku!" ucap Taehyung mengejutkanku yang masih mencoba menahan rasa malu dan sesal.
"Aku akan membantumu belajar ...."
"Tidak, tidak usah, aku tidak ingin merepotkanmu!" balasku menolaknya. Aku tidak bisa membayangkan kalau seruangan dengan Taehyung. Itu sama saja sia- sia aku tidak akan fokus mendengar apa yang ia ajari.
"Apa kau membawa handphonemu?"
Pertanyaan cepat Taehyung membuatku dengan polos segera mengeluarkan benda segi empat itu dari sakuku. Taehyung segera mengambilnya dari tanganku menekan beberapa kata dan nomer di sana dan membuat hand phone miliknya juga bergetar.
"Aku sudah menyimpan nomer mu, aku akan kirimi alamatku padamu. jangan mencoba kabur lagi atau  bersembunyi karena aku akan menemukanmu dan menjemputmu. mengerti?" ucapnya meletakkan kembali benda bersegi itu di tanganku.
"Kenapa?" tanyaku tiba-tiba.
Ya Taehyung mengapa kamu melakukan ini.
Taehyung tampak terdiam sejenak tapi dengan gerakkan cepat ia memukul kepalaku dengan tangan kirinya. "Karena kau bodoh, dan aku merasa kasihan padamu!"
Sialan.
"Kau pikir ini gratis? kau harus melayaniku selama seminggu sampai ujian tiba!!"
"Apa?? kapan aku menyetujuinya?" sungutku.
"Kau berani melawanku??!!" bentak nya membuatku menutupi kepalaku.
"Ti-tidak! hamba bersedia melayani ...."
Taehyung tertawa puas mendengar ucapanku.
"Sekarang belikan aku 5 roti abon, 2 mangkuk mie, dan satu minuman soda!" ucap Taehyung dengan nada halus dan senyuman seperti rubah.
Kau monster, pikirku.
"Kau dengarkan!!! jadi cepat belikan!!" teriak Taehyung lagi membuatku cepat berbalik dan berlari menuju kantin.
Taehyung tersenyum puas saat Aku sudah pergi.
"Dia sangat manis."






Bad Boy (Complete) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang