SMP Cahaya (1)

7 1 0
                                    

Kisah ini berawal saat pertama kalinya aku memasuki bangku SMP, masa di mana menurutku masa-masa emas untuk anak seusiaku. Aku bersekolah di sekolah Negeri tepatnya di SMP Cahaya. Aku sangat ingat dimana waktu itu Ibu dan Ayahku kesulitan memasukkan aku ke sekolah negeri manapun dikarenakan nilaiku pas-pasan. Pilihan ku dulu SMP Harapan, aku memilihnya karena memang jaraknya yang sangat dekat dari rumahku, bahkan akupun bisa berjalan kaki untuk sampai ke sana. Tapi balik lagi ke masalah 'nilai', akhirnya aku tidak bisa masuk ke sekolah itu. Berkali-kali ayah mencoba mendaftarkan aku ke sekolah lain namun aku selalu tidak lolos. Sampai pada akhirnya ayah mencoba kembali memasukkan aku ke sekolah SMP Cahaya. Kata ayah itu kesempatan terakhir. Jika aku tidak bisa masuk ke SMP Cahaya, maka dengan berat hati aku akan dimasukkan ke SMP Swasta yang tentunya akan memakan banyak biaya. Syukurlah takdir berkata lain. Sepertinya Tuhan tengah menolongku saat ini, akhirnya aku diterima di SMP Cahaya.

'Akhirnya aku tidak masuk ke swasta,' batinku

SMP Cahaya, sekolah negeri yang dibangun di tengah-tengah perumahan orang kaya. Setiap hari aku harus melewati palang gerbang komplek itu agar bisa masuk. Sekolahnya menurutku cukup unik, karna sekolahku itu bergabung dengan sekolah SD. Jadi, di sebelah kiri itu SMP Cahaya dan di sebelah kanan SD Pelangi. Kadang anak-anak sekolah lain memanggil sekolahku itu sekolah campur atau SD Cahaya.

Kalau buatku itu tidak jadi masalah karna memang itu benar. Jujur saja, aku dulunya tidak terlalu menyukai sekolahku. Bayangkan saja, sekolahku itu dibagi menjadi dua bagian, yaitu Cahaya 1 dan Cahaya 2. Gedung Cahaya 1 itu sekolah yang di komplek A (sekolah yang sebelahnya SD) sementara gedung Cahaya 2 itu di komplek B. Aku juga susah menjelaskannya karena kalau bukan anak sekolah itu pasti susah untuk dimengerti, pokoknya gedung Cahaya 1 itu untuk kelas 8 dan 9. Kelas 7 juga ada yang belajar di gedung itu tapi masuknya siang, jadi untuk ruangan kelasnya bergantian dengan seniornya. Lalu gedung Cahaya 2 itu hanya ada kelas 7 saja dan ruang guru, itupun kelas 7 nya hanya ada 5 kelas karena gedung Cahaya 1 tidak bisa menampung murid-muridnya lagi.

Balik lagi ke cerita, hari itu aku di antar oleh ayahku dengan motor matic-nya ke gedung Cahaya 1. Perjalanan dari rumahku ke sekolah hanya memakan waktu 10 menit. Aku berjalan dari gerbang sekolah menyurusi lapangan sekolah. Aku menghampiri sebuah papan pengumuman. Dari sana terpampang kertas-kertas yang bertuliskan nama nama anak murid dan kelasnya. Aku menaruh telunjukku didepan kaca sambil menyipitkan mata, mencari namaku di antara ratusan murid lainnya.

Tania Felicia - Kelas 7 F

Setelah aku menemukan namaku dan kelasku aku langsung menuju ke lantai 2. Aku berusaha mencari kelasku tapi di setiap pintu hanya tertulis kelas 8 dan 9. Waktu itu aku kesusahan mencari kelasku dan entah aku itu bodoh atau apa dengan percaya dirinya aku masuk ke kelas yang paling ujung, yang aku kira itu kelas F. Aku berlari ke arah kelas itu dikarenakan bel masuk sudah berbunyi. Begitu aku masuk suasana kelas agak ramai, banyak anak-anak yang seusiaku sudah bisa berbaur satu sama lain. Sambil menunduk malu aku melangkah ke dalam kelas berharap tidak menjadi pusat perhatian karena aku masuk paling akhir. Aku pun duduk di bangku paling pojok.

Beberapa saat kemudian seorang guru perempuan masuk ke kelasku. Ibu guru itu menggunakan hijab berwarna biru dan baju dinas yang senada dengan hijabnya. "Selamat pagi semua, perkenalkan nama saya Ibu Euis. Saya adalah wali kelas ini. Dan selamat datang di SMP Cahaya. Saya harap kalian semua mengenyam ilmu sebanyak-banyaknya di sini," ujar bu guru memberikan kata sambutan untuk seluruh murid dan memperkenalkan diri sebagai Bu Euis. Kami semua pun berdiri dari bangku kami sambil memberikan salam.

"SELAMAT PAGI BU EUIS," ucap semua murid serempak.

Bu Euis mengambil sebuah buku tipis yang ada di atas meja. "Saya absen ya. Yang saya sebutkan namanya dimohon untuk berdiri dan memperkenalkan namanya, umur, dan sekolah sebelumnya," ucap bu guru.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku dan Para (Mantan) GebetanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang