01. Renjana

14 0 0
                                    

TEMARAM

✦✦✦

"Biru tidak akan selamanya biru, begitupun dengan gelap tidak akan selamanya gelap. Semua akan bergantian pada waktunya."

✦✦✦

Langit akan selalu biru jika saja awan tidak akan kelabu. Angin akan selalu bersahutan jika cuacanya memang sangat mendukung. Hari ini anginnya sedikit menenangkan, membuat Mega terus menghirup udara berkali-kali. Matanya mulai memejam, merasakan setiap sepoi nya angin yang terus menghampiri.

Pada saat ini Mega berada di lautan biru yang terbilang cukup luas. Dia memakai jaket dengan ukuran sedang, serta kaos putih untuk menyempurnakan sisi outfit nya. Rambut lurus dengan warna merah kecoklatan dia biarkan terurai, lalu dia selipkan bando berwarna hitam agar rambutnya tidak selalu berantakan dan menari kesana-sini.

Dia tidak membuang waktunya hanya untuk sekedar menikmati dan menyaksikan senja, tetapi dia gunakan waktunya juga untuk mengambil beberapa gambar untuk dia edit dan bisa saja di posting di akun sosmed nya.

"Awannya kurang jelas," gumam Mega pada saat ingin mengambil gambar menggunakan ponsel.

Di Pantai memang jarang sekali ada awan yang nampak kurang jelas, seringnya pasti hanya terlihat langit biru saja, mungkin karena sudah sore hari. Jika pengin lihat awan yang nampak jelas bentuk lekuknya, kita bisa lihat di sesawahan. Disana seperti lautan awan, terdapat berbagai macam bentuk yang sering sekali berubah.

Cekrek.

Satu jepretan foto laut berhasil dia ambil, kemudian setelah dia mengambil foto dari belakang seperti ada yang menarik jaket yang Mega kenakan. Setelah Mega menengokkan kepalanya, terdapat anak kecil perempuan sekitar umur lima tahunan itu terus menarik ujung jaket Mega. Tentu saja Mega tidak tahu apa maksud anak lucu ini. Karena Mega penasaran kedatangannya, dia berjongkok menyetarakan tubuhnya di depan anak lucu itu.

"Hallo, nama Adek siapa?" sapa Mega untuk memulai obrolannya.

"Lenjana," jawab anak lucu itu kurang jelas.

"Hm, mungkin Renjana kali ya. Gimana kalo Kakak panggil Adek, Ana aja, biar gampang?" anak itu hanya mengangguk kepala dua kali sebagai jawaban.

"Okeh, Ana mau apa kok tadi tarik-tarik baju Kakak?" Mega lihat wajah Ana hanya menunduk dan terlihat ingin berbicara namun ditahan.

"Ana, bilang aja. Oh ya, panggil aja Kakak Mega ya. Ana mau apa?" Ana mengerucutkan bibirnya membuat Mega ingin sekali mencubit pipinya itu yang sangat chubby. Sungguh Mega dibuat bingung olehnya.

"Oto."

"Hah? Ana bilang apa, kurang jelas."

"TOO!!!" bukannya diperjelas Ana malah tambah tidak jelas. Mega semakin bingung dan khawatir kalau tiba-tiba Ana nangis, entahlah sebenarnya dimana ibunya, mengapa tidak ada yang menyusul kesini.

"Duh, ngomong apa sih!" gerutu Mega dengan nada kecil.

"Ana, tadi minta apa? Jangan teriak-teriak, nggak jelas." Mega coba bertanya kembali pada anak itu, dan semoga saja kali ini Mega tahu apa yang dikatakan Ana.

"Ihh Otoo!!!" mengapa anak ini jadi sewot? Mega bener-bener frustasi mendengar tuturan anak ini yang kurang jelas.

"Ana mau soto?"

Balas Ana dengan geleng-geleng kepala.

"Apa lato-lato?"

Geleng-geleng kepala lagi.

"Duh, soto bukan, lato-lato bukan, terus apa?" pertanyaa Mega bukannya dijawab oleh Ana malah dia menunjukkan jari telunjuknya tepat di ponsel yang Mega pegang. Ana terus menunjuk ponsel Mega memberitahu bahwa itulah yang Ana inginkan.

"Oh, Ana mau poto?" Lalu Ana menganggukkan kepalanya berkali-kali dengan wajah girang. Anak itu melebarkan senyumannya tanda dia dari tadi sangat ingin sekali di poto oleh Mega.

"Yaudah, Ana mau poto dimana?" setelah Mega bertanya, Ana langsung berlari ke tepi pantai, dia mulai melangkah kakinya ke dalam ombak, Mega lihat dia sangat senang sekali. Karena Mega tidak ingin menyiakan momen ini, akhirnya Mega mendekat.

Disitulah pada saat Ana bermain ombak di laut, Mega mulai mengambil beberapa gambar. Dalam poto ini Ana memiliki wajah yang sangat lucu, dia memakai gaun berwarna putih, rambutnya lurus dia biarkan terurai meskipun sedari tadi mengganggunya seperti menutupi mata, beterbangan tak tentu arah dan lainnya.

Karena Mega tidak ingin Ana bermain sendiri, akhirnya dia taroh ponsel dalam tas. Kemudian dia lempar tidak jauh dari tepi pantai dan Mega mulai bermain bersama dengan Ana. Mungkin saja tadi Ana malu-malu dengan Mega, namun kali ini sepertinya Ana melupakan hal itu, terbukti pada saat Mega melangkahkan kakinya dalam ombak, Ana langsung saja menyerang Mega dengan cipratan air, alhasil baju Mega basah semua. Sekali-kali tidak apa-apa jika harus merepotkan diri sendiri demi membahagiakan orang lain, asalkan itu baik buat kita mengapa tidak?

Terlihat di seberang sana ada ibu-ibu yang terus memanggil sang anaknya, panggilannya tidak terlalu jelas lantaran jaraknya cukup jauh. Karena Ana sedang sibuk bermain ombak, Mega mulai mendekat mencoba bertanya sesuatu.

"Ana, apa itu Ibunya Ana?" Ana yang penasaran akan wajahnya pun menoleh mencoba melihat apa yang Mega tunjukkan.

"BUNDAAA!!!" Ana yang sedari tadi anteng bermain ombak layaknya seperti bermain pasir itu pun berlari histeris meninggalkan Mega seorang diri. Karena Mega tidak ingin dituduh sebagai penculik anak, maka dia menghampiri Ana yang saat ini sedang memeluknya dengan erat seperti sudah beberapa tahun saja Ana pergi meninggalkan ibunya.

"Maaf Bu, tadi anak Ibu tiba-tiba saja menghampiri saya untuk memintanya poto." Mega menjelaskan kronologinya sebelum Ibu itu bertanya pada Mega.

"Renjana, kan bisa minta tolong sama Bunda untuk potoin kamu sayang." Entah itu sebuah nasihat atau omelan Mega sulit menjelaskan.

"Ya udah, makasih ya, udah jagain anak saya dan maaf kalo tadi ganggu kamu." Mega sama sekali tidak merasa direpotkan, justru dia sangat senang bisa bermain dengan anak selucu Ana. Ini membuat Mega seakan lupa dengan semua luka yang dia rasakan sebelum ke pantai.

"Saya sama sekali nggak merasa terganggu Bu, justru saya senang bisa bertemu dengan anak Ibu. Dia sangat lucu sekali, membuat saya ingin terus bermain dengan anak Ibu," jelas Mega pada ibunya Ana.

"Semoga nanti bisa ketemu lagi ya, kalau gitu saya pamit dulu. Renjana, bilang apa sama... siapa nama kamu?"

"Oh, nama saya Mega Bu."

"Nah, bilang apa sama Kak Mega?"

"Maacih Kak Mega," ucapnya membuat Mega ingin sekali mencubit pipinya keras-keras, namun Mega tahu sekarang Ana sedang bersama siapa.

"Sama-sama sayang, samapai ketemu lagi ya, dadah." Mega melambaikan tangannya pada Ana yang kini sudah mulai pergi. Ana tersenyum sembari memperlihatkan gigi putihnya ke Mega, ini membuat dia ingin sekali menangis. Bukan berarti lebay, Mega hanya saja ingin merasakan disayang dengan ibunya secara terang-terangan. Mega ingin merasakan itu seperti Ana, ya dia iri, dia sangat iri pada Ana.

✧✧✧

"Apa yang bakal Ibu lakuin, kalo gue pindah jurusan?" pertanyaan itu terus mengekori otak Mega. Sedari tadi bukannya tidur, Mega terus berpikir keras resiko apa yang akan dia terima jika Mega nekat pindah jurusan.

Jika saja Mega tidak menuruti kemauan ibunya, mungkin dia tidak akan seperti ini, dimana setiap mata kuliah dia benar-benar ingin keluar saja dari kelas, meskipun memang ada beberapa mata kuliah yang dia sukai juga.

Mengingat jadwal besok pagi untuk kuliah, membuat mood Mega serasa menjadi buruk. Hm, bagaimana tidak buruk kalau besok ada mata kuliah yang membuat Mega ingin sekali mencabik-cabiknya. Mega hanya menghela napas kasar melihat kangit-langit kamar yang sedikit kebiruan.

Ting.

Sebuah pesan masuk membuat Mega membuka matanya lebar-lebar, namun ternyata apa yang Mega lihat ingin sekali dia kembali menutup mata lagi dan cukup langit kamarnya saja yang dia pandang. Tapi, ini harus perlu dipertanyakan.

TEMARAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang