❃.✮:▹Selamat Membaca◃:✮.❃
Author POV
Suasana gelap dan mencekam dalam hutan tampaknya tidak berpengaruh bagi orang-orang itu. Di tengah gelapnya malam terdapat cahaya api unggun yang mengurangi sedikit kegelapan dalam hutan. Beberapa orang menggunakan pakaian ksatria ada juga yang hanya memakai pakaian tipis biasa seakan udara dingin ini hanya angin sepoi biasa baginya. Ada yang bertugas menjaga keamanan dan ada juga yang bertugas menyiapkan makanan. Semua dilakukan secara terorganisir karena mereka sudah terbiasa hidup di alam liar. Mereka adalah para Ksatria dari keluarga Duke Edelmier.
Di antara orang-orang itu terdapat seorang pria tampan bersurai putih yang sedang duduk termenung memikirkan sesuatu. Meskipun usianya sudah tidak muda lagi tapi ketampanannya seakan abadi. Wajahnya selalu menampakkan raut datar. Ekspresi nya terkadang terlihat sedih dan lelah, tapi hanya sebagian orang yang bisa mengetahuinya. Dia adalah Duke Damian Ares Edelmier, salah satu Duke dari Kekaisaran Caldea. Selain memiliki kekayaan yang besar pasukan militernya juga sangat kuat yang sebanding dengan militer Kekaisaran.
"Apa anda baik-baik saja Tuan Duke? " tanya seorang pria bersurai biru gelap dengan mengenakan setelan ksatrianya. Pertanyaan itu membuyarkan lamunannya. Duke yang ditanya hanya mengangguk dan mengusap wajahnya.
"Anda bisa beristirahat Tuan. Kami yang akan menjaga keamanan. Anda tidak perlu memaksakan diri." ujar pria bersurai biru gelap itu yang khawatir melihat kondisi Tuannya. Sebagai ketua pasukan Ksatria sekaligus asisten pribadi sang Duke tentu Felix sangat mengetahui seberat apa pekerjaan majikannya. Ditambah masalah dalam keluarganya membuat Duke semakin kacau dan sering memaksakan diri sehingga melalaikan kesehatannya.
"Aku baik-baik saja Felix, terima kasih. Kalau begitu aku akan istirahat dengan istriku" ucap Damian seraya menuju tenda yang sudah disiapkan untuk istirahat.
Damian masuk ke tenda dan mendapati istrinya yang sedang duduk di kursi sambil membaca buku.
"Selamat datang" ucap sang istri lembut menyambut suaminya yang baru datang. Melihat istrinya yang tersenyum lembut dan menyambutnya rasanya Damian ingin menangis. Itu adalah dua kata yang sangat dirindukan Damian.Duchess Fiona Rose Edelmier memiliki wajah yang cantik dan selalu berperilaku lemah lembut. Warna mata berwarna biru jernih dengan rambut pirang nya mampu membuat Damian yang terkenal dingin dan datar jatuh cinta pada pandangan pertama. Kehidupan mereka awalnya sangat bahagia seperti keluarga pada umumnya, tapi kejadian mengerikan 9 tahun lalu mengubah segalanya.
Fiona yang melihat suaminya hanya berdiri mematung menatapnya menjadi khawatir. Fiona menghampiri Damian. "Kenapa Damian apa kau sakit?" ucapnya sambil mengecek setiap jengkal tubuh Damian apakah ada luka atau tidak.
Damian tidak menjawab lalu memeluk Fiona erat. Rindu, itulah yang selalu ia rasakan. Rindu dengan wajah lembutnya yang selalu tersenyum tulus padanya. Fiona yang awalnya kaget membalas pelukan Damian. Ia paham betul apa yang dirasakan suaminya. Jadi ia membiarkannya.
Setelah puas berpelukan Damian melepaskan pelukannya. Sebenarnya belum puas tapi Damian tidak ingin membuat istrinya sesak napas. Fiona sedikit terkekeh melihat wajah Damian yang sehabis menangis. Siapa yang menyangka Damian yang selalu bersikap tegas, dingin, datar dan selalu menjaga ekspresinya memiliki sisi lembut dan lemah. Damian hanya bisa menujukkan sisi lemahnya kepada istrinya. Karena sebagai Duke dituntut harus sempurna dan tidak menunjukkan sisi lemah pada siapapun.
"Maafkan aku" Fiona sedikit menunduk entah kenapa berat baginya untuk menatap mata Damian.
"Ini semua salahku, maaf karena kamu harus menderita selama ini" ucap Fiona dengan penuh penyesalan. Setetes air mata lolos dari mata Fiona.
Damian mengusap air mata istrinya. "Ini bukan salahmu Fiona, takdir hanya berlaku terlalu kejam bagi kita. Jika ada yang harus di salahkan itu adalah salahku sehingga semua ini terjadi. Karena itu berhenti menyalahkan dirimu sendiri." Damian berusaha menghibur Fiona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesayangan Keluarga Duke
FantasySatu satunya yang ku pikirkan hanya lari. Larilah secepat mungkin jika kau ingin hidup! Tapi tubuhku terlalu kaku bahkan hanya untuk berdiri. Makhluk itu seperti marah karena gagal menyerangku. Selama ini aku sudah bersusah payah bertahan hidup. ...