29. Ketemu Mantan di Lampu Merah

17 11 5
                                    

Kami memilih duduk di food court, makan dan minum untuk menenangkan diri. Bukan kami, tapi lebih tepatnya aku. Kami bertiga dengan tambahan Glen, jadi berempat makan sambil membicarakan hal memalukan tadi di toko pakaian. Kata Glen, tidak perlu khawatir tentang makanan-makanan ini, karena dia yang mentraktir kami.

Ah, senangnya mendapat traktiran. Tapi mood ku masih buruk karena kejadian tadi. Dan bukan kah itu ide Glen yang menyuruh ku untuk menyiram minuman ke arah Stella. Dan salah ku karena mengikuti nya. Lupakan saja, karena itu sudah terjadi. Kita tak bisa merubah apa yang sudah terjadi, kan? Misalnya saja, merubah waktu, kalau saja aku tak datang ke pesta ulang tahun Reza di SMA.

"Aku sengaja nggak melerai karena aku pikir, kamu mau bales dia sih Dy. Jadi aku biarin aja kalian berantem," jelas Asyila dengan menikmati makanannya.

Aku meliriknya tajam. "Teman macam apa, masa dia narik-narik rambut aku, kamu malah diem aja Syil," ucap ku dengan kesal.

"Teman macam Lisa Black Pink. Muka ku kan mirip Lisa Black Pink. Kata mama ku sih," ucapnya yang mendapat lirikan dari aku, Fay, dan Glen.

Dan yang bikin terkejut lagi adalah, Celia tiba-tiba muncul dan duduk di samping Glen sambil menyapa kami. Wajahnya tampak bersemangat dengan seulas senyum yang membuat para cowok pastinya terpikat. Sayangnya senyum itu hanya ditunjukkan pada kami.

Celia menyapa Glen, itu membuat Fay dan Asyila bingung karena Celia tiba-tiba sudah mengenal Glen. Lalu Celia menceritakan sedikit, bagaimana dulu Glen dan aku bertemu dengan Chelsea, adik Celia yang ingin putus dari pacarnya. Dan Glen menyelamatkan Chelsea yang hampir jatuh dari jembatan.

"Sayang banget ya, aku nggak lihat pertunjukan seru tadi," ucapnya dengan wajah murung.

"Pertunjukan seru?" tanyaku menatapnya. Dia mengangguk dengan bibir sedikit dimajukan.

Mereka semua menyebalkan. Nggak ada yang kasihan pada posisi ku sekarang. Stella pasti akan membalas ku dengan sesuatu yang lebih kejam lagi. Itu menurut pikiran sih.

Glen melihat ke arah jam tangan nya, lalu menatap kami berempat. "Kalian lanjutkan makan dan minum nya, aku mau temanin Dino jemput temennya di bandara. Duluan ya," kata Glen seraya meletakkan uang di atas meja, katanya itu untuk membayar makanan kami.


== 🍭🍭🍭 ==

Butik vintage terletak di tengah-tengah kota dengan hiasan dinding berwarna cokelat muda polos dan mempunyai dua lantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Butik vintage terletak di tengah-tengah kota dengan hiasan dinding berwarna cokelat muda polos dan mempunyai dua lantai. Bentuknya dari depan seperti rumah-rumahan Barbie, unyu sekali. Ini butik langganan Celia, dan sekarang kami sedang menaiki tangga menuju ke lantai dua dengan dipandu wanita yang usia nya mungkin sekitar tiga puluh an.

Celia menjelaskan kalau Asyila menghubungi nya tadi pagi dan memberitahu kalau kami ingin membeli sesuatu untuk di pakai di pesta dansa yang diiklankan dimana-mana itu. Itu mengapa Celia tahu posisi kami di mall dan menyusul di food court tadi. Celia memberitahu bahwa ia juga akan datang ke pesta itu dan mengajak kami melihat-lihat gaun pesta untuk dikenakan nanti.

Ya, maksudku, tak ada gunanya melihat-lihat disini karena aku tak akan punya uang untuk membelinya atau mungkin menyewanya. Tapi Celia mengatakan karena ini butik langganan nya, jadi dia pasti mendapat potongan harga. Setidaknya harga gaun disini tidak lebih mahal dari di mall.

"Dy, itu gaun biru nya kayak kostum Cinderella yang pernah kamu pakai di pesta ulang tahunnya Reza ya?" sahut Asyila dengan menunjuk gaun yang menggantung di sebelah kiri jendela.

Badanku masih berdiri menatap gaun itu, tapi kepalaku rasanya berputar-putar, mengingat pesta ulang tahun dimana cowok yang pernah ku sukai saat itu merobek-robek surat ku. Ku kira dia menyukai ku, dengan sikap nya yang manis dan penuh perhatian, tapi ternyata semua itu hanya kepalsuan. Dia hanya ingin membalas ku karena mengira aku ini Celia, teman sekolah menengah pertama nya, yang pernah menolak cintanya di pesta ulang tahun.

Celia. Walau ku tahu, kita ternyata kembar. Tapi menurutku kita berbeda. Dari segi fashion, tatanan wajah, dan sikap. Aku masih tidak percaya kalau dia saudara kembar ku. Cewek se cantik dia. Aku selalu saja insecure. Aku jadi penasaran, siapa orang tua kandung kami, dan mengapa mereka meletakan kami ke panti asuhan.

"Oh ya, kalian juga nggak perlu khawatir, aku punya langganan salon yang pastinya murah dan berkualitas," ucap Celia menyadarkan ku dari lamunan.

Fay bertepuk tangan. "Kalau begitu kita nggak usah pusing-pusing nyari salonnya. Tapi acaranya seru nggak ya, kalau nggak seru, kita nggak usah buang-buang waktu untuk pergi ke pesta itu deh," ucap Fay selanjutnya.

"Oh ya, aku juga ada informasi tambahan. Kalian tahu nggak, Wirawan Group, yang ngadain pesta dansa itu, ternyata opa nya Glen sama Reza, kayaknya mereka punya cucu lain lagi yang namanya kalau nggak salah Dino, kakaknya Reza, sama Beni, sepupu mereka. Ya... yang ku dengar sih, Dino sama Beni cakep juga. Bisa tuh, dapetin cucunya Wirawan Group. Kali aja, ya, kan?" Celia mengerlingkan sebelah matanya.

Kedua mata Asyila melotot. "Dino? Kita kenal sama dia, tuh cowok cakep banget. Diary juga kayaknya naksir, kan?" Asyila menyenggol lengan ku. Sepertinya dia tidak melupakan percakapan kami beberapa hari kemarin. Celia menatap ku, lalu teralihkan saat Asyila kembali membuka mulutnya. "Fay juga naksir Beni, kan?"

Kini Fay yang melotot ke arah Asyila, ya bisa-bisanya Asyila membocorkan rahasia nya dan rahasia ku kepada Celia.

"Kalau begitu, kita harus tampil cantik di pesta dansa nanti," ucapnya antusias.


== 🍭🍭🍭 ==


Seorang cewek dengan mengenakan kemeja kuning berbalut kardigan cokelat muda dengan setelan celana panjang warna putih membawa koper nya, kepalanya menatap ke sekeliling dan menemukan cowok yang ia cari. Dia tak sabar menunggu cowok itu untuk menghampirinya dan memeluknya. Cowok itu adalah Dino, dengan mengenakan kaos polos warna hitam dan celana pendek yang juga warna hitam.

Dino berjalan dengan membawakan koper cewek itu untuk menuju ke mobil dimana Glen sudah duduk menunggu di dalam mobil. Dino dan cewek itu masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi belakang. Glen melihat ke belakang, dan mendengus, dia kira tadi teman yang Dino maksud itu cowok.

Tapi ternyata bukan cowok, melainkan seorang cewek cantik yang baru tiba setelah menempuh perjalanan jauh. Dan ya, tidak bisa kah mereka tidak bersikap romantis selagi ada dirinya di dalam mobil.

Glen tiba-tiba mengerem secara mendadak ketika melihat warna lampu yang berganti dari hijau ke merah. Itu membuat Dino dan Audy terlempar ke depan, Dino menggerutu tapi Glen tidak mendengarkan nya.

Hingga mata Glen tanpa sengaja menemukan sesuatu yang menarik. Dia melihat mobil Stella berhenti dan menunggu lampu merah di sebelah mobilnya. Senyumnya terukir, lalu menoleh ke belakang sejenak.

"Kenapa ngelihatin kayak gitu?" tanya Dino yang merasa curiga.

"Kayaknya di sebelah ada mobilnya Stella," ucap Glen memberitahu. "Coba Dy, kamu turunin kaca sebentar, Dino mau nyapa teman lama nya," lanjut Glen dan Audy menuruti perintah Glen. Dino melotot menatap Glen.

Ketika Audy menurunkan kaca samping, Glen buru-buru menyapa Stella dengan suara lantang nya. Stella menurunkan kaca sampingnya dan melihat Dino duduk di kursi belakang bersama seorang cewek dan cewek itu bukan Diary. Kedua matanya melotot.

"Dino!" sahut Stella setengah berteriak. Dino buru-buru menutup kaca samping Audy. Dan Glen melajukan mobilnya dengan cepat saat melihat lampu merah sudah berubah menjadi warna hijau.






== 🍭🍭🍭 ==

see you in next chap

Nerd Girl Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang