Typo bertebaran
"Nee Isagi" Isagi yang mendengar namanya dipanggil pun perlahan membuka matanya. Semuanya putih, Isagi tak tau dirinya berada dimana.
Perlahan Isagi melihat seseorang dari kejauhan yang mendekatinya, Isagi pikir orang itu adalah orang yang membunuh Bachira. Tapi saat sosok itu hampir mendekatinya..
"Bach-ira?"
Isagi berlari menuju sosok yang ada didepannya, mata nya perlahan berair. "BACHIRA!!" Isagi menarik tangan nya lalu memeluknya dengan erat. Bachira mengelu-elus surai rambut Isagi
"Hiks... ba-bachira.." Isagi ingin seperti ini selamanya, berharap bahwa Bachira belum mati. Isagi melepaskan pelukannya lalu menatap sedih pada Bachira, tapi Bachira hanya tersenyum manis pada Isagi.
"siapa... yang membunuh mu?.." Isagi menggenggam erat tangan Bachira dan mulai mengusap-usap tangan Bachira pada pipi nya. belum sempat Bachira menjawab tiba² saja ada lubang hitam yang seolah-olah menarik badan Bachira agar masuk kedalamnya.
"BACHI!" Isagi sekuat tenaga menahan Bachira dengan menggenggam erat tangan Bachira, ia tak ingin Bachira masuk neraka. "Isagi.." mata Isagi membalak, penglihatannya menjadi kabur.. semuanya hitam, tidak ada warna lain.
"BACHIRA! OI BACHIRA!!" Isagi berteriak sekuat tenaga, berharap ada seseorang yang mendengarnya. Isagi merasa ia kehabisan oksigen dan akhirnya ia tenggelam di lautan yang berwarna hitam.
"ISAGI!, ISAGI AYO BANGUN!" Ibu bachira menampar² pipi Isagi, ia sangat khawatir melihat Isagi yang kejang². Isagi akhirnya terbangun dari tidurnya, napas yang terengah-engah, keringat dingin bercucuran, dan wajah Isagi yang terlihat sangat pucat.
"Isagi! kau tak apa?!" Isagi seperti ketakutan melihat ibu bachira.
"Bibi! a-aku.. tidak.. bachira.. ia masuk neraka! lubang hitam menarik dirinya untuk masuk kesana" ibu bachira hanya menghela nafas, Isagi sungguh² masih tak menerimanya.
"Bachira juga pasti mempunyai dosa, isagi." Isagi hanya menundukkan kepalanya, ia malu melihat wajah ibu bachira. "Ayo siap² aku sudah siapkan baju milik Bachira yang akan kau pakai." Isagi mengangguk kecil.
Isagi telah selesai mandi dan buru² mengenakan pakaian serba hitam milik Bachira, ukuran yang pas dan wangi Bachira yang masih menempel walau sudah dicuci bersih. Isagi mengepalkan tangannya lalu menuruni anak tangga untuk memakan sarapannya.
08:24
Isagi dan ibu bachira sampai di pemakaman Bachira, tangisan demi tangisan terdengar dari kedua telinga Isagi. Ya, ini sangat menyedihkan, Isagi menatap kosong kuburan Bachira yang perlahan ditutupi oleh tanah.
"Ah.. kenapa saat itu kau tidak pergi bersama ku saja? Bachira.." Isagi tenggelam dalam pikirannya sendiri
"Isagi! jangan banyak melamun, itu tidak baik" Chigiri menepuk pundak Isagi dan membuat Isagi menoleh pada Chigiri.Ia melihat mata Chigiri yang sudah sembab dan sangat merah. "Chigiri.. kenapa ya?" Isagi terduduk lemas dihadapan Chigiri, lalu Chigiri berjongkok dan memeluk Isagi.
"Isagi, percaya lah Bachira menginginkan mu agar cepat bertemu orang yang lebih mencintai mu" Isagi mendongakkan kepalanya dan menatap sayu Chigiri. bohong.
2 hari setelah pemakaman Bachira Isagi lebih suka berdiam diri didalam kamar nya. Chigiri, Hiori, Nanase, dan Kurona selalu membujuk Isagi untuk ikut dengan mereka pergi keluar. Tapi Isagi selalu menolaknya dengan alasan tidak mempunyai uang.
Isagi juga kesal dengan polisi karna tak bisa mendapatkan informasi mengenai orang yang membunuh Bachira. "Dasar polisi tidak berguna" Isagi menatap langit² atap kamarnya.