"Singkat saja,setiap planet mempunyai porosnya masing-masing"
Tiga gadis berseragam rapi abu putih sibuk dengan ponselnya memotret piala yang mereka dapat.Sekarang kesekian kalinya mereka memenangkan olimpiade IPA.Langit biru cerah riang seakan ikut bahagia atas kemenangannya tiga gadis itu.Guru-guru bersorak riuh atas anak didiknya.Angin-angin berhembusan seakan memberi selamat kepada tiga gadis itu.
"Kita harus party buat ngerayain piala ini" seru alini semangat
"Yoi harus,biar gue atur tempatnya.jawab shabira
"Gue keknya gabisa deh,Taulah nyokap gue gimana" decak raya.
"Gabisa gitu Ray,Lo harus ikut,gue yang atur nyokap Lo" tegas alini
"Tapi gue takut" lirih raya.
Serahin sama kita,yang penting lo ada hadir."Selamat ya,bapak bangga sama kalian"
Tiga gadis itu menoleh ke sumber suara,ternyata itu kepala sekolahnya.
"Eh bapak"
"Kayaknya rumah kalian sempit ya? Tanya pak Ridwan
"Maksud bapak?" Tanya shabira keheranan.
"Kalian kan sudah dapat piala banyak, sertifikat penghargaan banyak,pasti rumahnya ada koleksi piala".kekeh pak Ridwan.
"Ah bapak biasa aja kali" jawab shabira malu malu.
Padahal shabira baru pertama kali ini menang perlombaan,tapi pujian pak Ridwan membuat shabira melayang.
"Orang tua kalian pasti bangga"ucap kepsek itu seraya menepuk bahu raya.
"Halahhhh orang tua gue mana ada bangga-bangga segala,piagam penghargaan juga dipake alas gorengan sama emak gue" batin raya.Tiga gadis itu hanya tersenyum menanggapi perkataan pak kepala sekolah itu.
"Mari kita pulang,biar bapak yang antar.Dimobil tiga gadis itu hanya memainkan ponselnya masing-masing.sebenarnya raya sangat minder kalo bareng-bareng memainkan ponsel,ya karena perbedaan ponsel mereka. Ponsel raya bahkan lebih cocok untuk melempari anjing galak ketimbang untuk komunikasi, keadaan ponsel raya sudah bejad,layarnya juga retak.Ada yang lebih parahnya keyboard nya tidak bisa menekan huruf "W". Raya suka kebingungan kalau mengirim pesan chat.Alhasil raya menggunakan garis garis yang miring "\ /\ /".
Sebenarnya alini sudah menawarkan ponsel bekas dirinya untuk dipakai raya setidaknya ponsel bekas alini lebih pantas digunakan ketimbang ponsel raya. Tetapi lagi dan lagi raya menolak,dia tidak mau di kasihani sahabatnya itu.
Raya hanya beralasan,ponsel dirinya sudah sangat cukup,raya hanya membutuhkan ponsel untuk menelpon orang saja. Setelah lama mobil yang mereka tumpangi menelusuri jalanan,akhirnya sampai di rumah berwarna putih megah milik keluarga alini.
"Kalian mampi dulu ya" ajak alini
"Lain kali aja ini udah sore" seru shabira
"Pak,mampir dulu yu? Tanya alini kepada pak Ridwan.
"Mungkin bapak juga lain kali aja kasihan anak-anak takutnya kesorean".seru pak Ridwan.
"Yausahlah pak saya pamit" alini menyalami pak Ridwan sebelum hendak meninggalkan mobil itu.
"Alini memang cewek beruntung selain cantik,tajir,baik,keluarga alini juga sangat harmonis". Batin raya"Setelah lulus,kamu mau kuliah dimana raya?"
"Hah,apa pak? Bapak manggil saya?" Sontak raya kaget
"Haduh kamu raya kenapa melamun,tadi bapak tanya setelah kamu lulus,apa kamu mau melanjutkan kuliah?"
"Ohh hhee pak. Anu pak,saya gak tahu"raya gugup
"Kok gak tahu?"tanya pak kepala sekolah keheranan
"Bukan raya gak mau,ekonomi raya pas-pasan pak,bukannya raya gak punya cita-cita saya juga kepingin jadi dokter.Taoi mau gimana lagi,raya masuk sekolah SMA negeri juga karena beasiswa" keluh raya.
"Oh ternyata kamu mau menjadi dokter,biar bapak cari jaringan tentang beasiswa masuk FK" seru pak Ridwan semangat.
"Sebelum nya terimakasih pak"
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Niskala_
Teen Fictionjangan pernah buat cerita tentang hujan, atau kamu akan tenggelam dalam derasnya kenangan. Langit Niskala_