"Kadang orang bertahan bukan karena pertahanan,melainkan karena bantuan."
"Haduh,gue bisa telat" ucap raya sambil berlari.
Raya dengan terpaksa harus lari-larian berangkat ke sekolah. Rosa kebiasaan bangun jam 7.alhasil buka pintunya juga telat. Dengan gesit raya bersiap-siap lalu berangkat tanpa sepengetahuan ibunya."Mampus gue kalo telat"
Setelah lamanya berlari, akhirnya raya sampai di gerbang sekolah.Dengan napas tersengal-sengal raya menggedor gerbang sekolah yang menjulang tinggi itu. Harapan nya sampai di sekolah tepat waktu ternyata nihil.
"Pak?,pak Dodi?,pak Dodi?" Teriak raya histeris
Dengan sigap pak Dodi, satpam sekolah itu menghampiri gerbang.
"Pak tolong bukain gerbangnya,saya mohon" pinta raya
"Maaf nak raya,kamu teh terlambat pisan"
"Saya mohon pak,sekali ini aja" rengek raya memaksa
"Aduh hampura nak raya,saya takut di pecat" tolak pak Dodi"Ada apa ini?"
Suara dari seberang gerbang menjadi pusat daya tarik untuk dilihat. Disana di dapati seorang yang sudah paruh baya berseragam rapi menghampiri kegaduhan di gerbang sekolah.
"Anu pak,nak raya terlambat" ucap pak Dodi gugup
"Buka saja,dan kamu raya segera ke ruangan saya" ucap pak Ridwan tegas.
Pak Dodi hanya mengangguk dan langsung membukakan pintu gerbang untuk raya."Mampus gue" batin raya
"Keknya hari ini bakalan ada drama lari-larian deh di lapangan" tebak hatinya.
Tok-tok-tok
"Masuk!" Jawab pak Ridwan dari dalam ruangan
"Saya mau minta maaf pak" lirih raya pelan
"Kenapa kamu terlambat?" Bukannya menjawab pak Ridwan langsung to the point.
Raya tidak menjawab,dia hanya menundukkan kepalanya.
"Saya sudah dengar dengan kondisi mu.sekarang kamu berceritalah kenapa kamu terlambat?Raya tercengang,dia kaget kenapa sahabat nya itu sekarang jadi Cepu. Terlebih ini rahasia besarnya.
" Anu pak,saya semalam jualan,terus saya bangun kesiangan" ujar raya bohong
"Bagaimana kalo dagangan kamu di titipin aja di kantin sekolah,biar saya yang bilang sama Bu sisi. Jadi kamu gak perlu jualan sepulang sekolah" pak Ridwan menawarkan
"Anu pak,tapi pak" lirih raya takut
"Tenang,biar bapak bilang sama Bu sisi jangan bilang ke siapa-siapa,bapak harap kamu mau,bapak gamau kamu kesiangan lagi"
"Hm iya pak,saya bicarakan dulu sama mama saya"
"Oke baik, silahkan pergi ke kelas kamu"Dengan resah raya terburu-buru pergi ke kelas,ia harus melewati dulu lapangan basket. Disana murid kelas 12 IPS 1 sedang bermain basket." Woy! Raya awass!!" Teriak seseorang ditengah lapang. Sontak raya kepada sumber suara,ia heran kepada Dimas temannya itu.
Byaarrrr
Pandangan raya mengabur,cairan merah segar keluar dari hidungnya tanpa permisi. Baru saja bola yang di layangkan Rey melesat salah arah,bola itu mengenai kepala raya. Hampir saja raya ambruk,untung saja Rey sigap menyanggah badan raya dengan dadanya. Rey langsung membopong badan raya yang mungil ke ruang UKS.
Di UKS Rey langsung membersihkan darah raya yang sudah mengenai seragam putihnya. Dengan telaten tangan Rey mengusap bawah hidung raya dengan kapas. "Ray bangun,Lo harus bangun" lirih Rey pelan. Rey menyodorkan minyak telon ke hidung raya "semoga membantu" batinnya.
Tanpa di sadari Rey,raya membuka matanya perlahan. "Awwww" ringis raya sambil memegangi kepalanya."Lo gak papa kan?" Tanya Rey khawatir.
"Gue harus ke kelas!" Tanpa menjawab pertanyaan Rey,raya langsung beranjak dari brankar dan menggubris tangan kanan Rey yg menahan nya. Dengan tertatih raya memaksakan dirinya berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Niskala_
Teen Fictionjangan pernah buat cerita tentang hujan, atau kamu akan tenggelam dalam derasnya kenangan. Langit Niskala_