Di istana, Calla tersadar akan ketidakhadiran Ether. Calla sudah menduga akan hal ini, ia tahu bahwa Ether, kemungkinan besar akan pergi sendiri mencari sumber masalah.
Di puncak istana, Calla terus menunggu Ether sepanjang malam, ia terus mengawasi setiap sudut kerjaan yang tampak dari istana.Satu, dua, tiga jam ia menunggu. Tak lama setelahnya, samar-samar mulai terlihat bayang-bayang dari arah Barat kerajaan yang terbang sempoyongan, tak terkendali.
Calla menyipitkan matanya, mencoba melihat lebih jelas bayang-bayang di antara kegelapan. Benar saja, itu adalah griffin milik Ether, namun, Calla menyadari adanya kejanggalan.
Griffin Ether mendarat menabrak bumbung istana. Tubuh Ether yang tak sadarkan diri jatuh darinya. Melihat hal itu, Calla menjadi panik dan langsung berlari menuju Ether.
“Hei! Ether! Apa-apaan ini?! Kau ini ngapain lagi sih?! Sudah pergi diam-diam, balik-balik malah tak sadarkan diri, jangan bercanda ah!”
Calla terus mengoceh sambil menggoyangkan tubuh Ether mencoba menyadarkannya.
Calla pergi sebentar untuk meminta bantuan dari beberapa pelayan istana untuk membawa Ether ke kamarnya, sementara, griffin Ether juga dibawa kembali ke kandangnya.
Pelayan istana membersihkan tubuh Ether, menyeka beberapa lecet dan luka, kemudian membaringkannya pada tempat tidur.
"Huft, kau ini ada-ada saja, aku akan sibuk kalau kau seperti ini tahu! Cepatlah siuman dan urus kekacauan ini." ujar Calla khawatir dihadapan tubuh yang terbaring itu.
~~~
Sementara itu, Ether, ia sadar dari lelapnya, di sebuah tempat asing, sebuah gua dingin nan gelap.
Tak butuh waktu lama bagi Ether untuk membiasakan diri dengan keadaan sekitar. Yah, setidaknya dia masih berpakaian lengkap dengan pakaian berlengan panjang, dilapisi dengan luaran seperti kimono, hingga sandal kulitnya.
Ether berjalan pelan, mencoba mengelilingi dan mencari tahu, tempat macam apa, di mana sebenarnya ia berada, dan bagaimana caranya ia bisa sampai di tempat ini.
Sambil berkeliling, ia mencoba mengingat-ingat kejadian sebelum ia terbangun tadi. Ingatannya samar-samar, tapi Ether ingat dengan jelas bahwa ia telah berinteraksi dengan suatu pasir beracun.
“Oh? Ada pengunjung baru rupanya~ hehe~” terdengar suara laki-laki yang tak jauh berbeda dengan suara Ether menggema, suaranya memantul di dinding-dinding gua entah dari mana asalnya.
“Hah? S-siapa kau?!” balas Ether
dengan siaga dan waspada melihat kiri kanan sekelilingnya.Sayangnya ia tak dapat melihat siapa pun selain dirinya sendiri.
"Tuk-tuk-tuk" gema kembali terdengar, suara ketukan diikuti dengan suara kepakan sayap yang sayup terdengar.
"Hai kau manusia! Tidak bisa lihat aku ya di atas sini?" sebuah burung gagak putih terbang dari antara batuan di atas gua menuju batu-batu besar di hadapan Ether, ia melakukan lompatan-lompatan kecil mencari posisi yang nyaman untuk bersinggah.
"Kau ini apa-apaan? Gagak? Putih? Dan bahkan kau dapat berbicara. Aku belum pernah melihatmu sebelumnya di Eternity." Ether terheran melihatnya, ia mendekatinya untuk mengamati lebih jelas.
Tampak seekor gagak, dengan bulu yang begitu putih bersih dengan kilau-kilau kebiruan dan matanya yang begitu hitam pekat.
“Eternity?” tanya gagak.
“Yang benar saja, kau tak kenal kerajaanku itu? Tidak pernahkah kau setidaknya dengar tentang Eternity di bawah pimpinanku, Ether? Oh ya, dari tadi kau belum memperkenalkan dirimu, siapa kau?” balas Ether merasa tersindir.
“Ooh, jadi kau ini seorang raja, yah jujur saja kerajaanmu itu asing bagiku. Dan, apa tadi? Siapa aku? Kau dapat memanggilku Val.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Odyssey - White Raven
Short StoryMengisahkan perjalanan seorang raja yang begitu penuh akan dirinya, merasa dapat melakukan semua hal sendiri dan tidak menyadari dirinya yang begitu kesepian. | Bagaimana jadinya apabila raja dipertemukan dengan seekor gagak putih yang begitu menawa...