Bab 1. PEDANG NAGA JAWA
Asoka Wasesa di kehidupan pertamanya dia adalah seorang pria tua biasa yang tinggal di suatu pedesaan Jawa sampai umurnya genap ke enam puluh tiga tahun, sebelum akhirnya Wasesa meninggal dengan cara penyakit lansia.
Setelah mengalami kematian sebagai seorang kakek-kakek, Asoka Wasesa menjalani kehidupan keduanya sebagai salah satu murid di Padepokan Tapak Suci Kerajaan Panjalu yang sudah membunuh jutaan monster jelmaan setan dan butho raksasa sebagai dedikasinya paling luar biasa dalam penyelamatan di bumitala.
Dengan kekerasan seperti pengeroyokan di kehidupan sebelumnya, Wasesa tua akan berdiri, mengambil kayu untuk memukuli tiga orang besar yang mencegatnya. Wasesa tua mengepalkan gigi gerahamnya, meninju pria kurus yang lebih dulu memukulnya. Membanting pria berotot dan menjungkirbalikkan mereka bertiga sekaligus meskipun dengan cara kesusahan, Wasesa tua akhirnya berhasil memenangkannya meskipun dia kembali berjalan dengan cara pincang, pakaiannya robek, kusut, tapi Wasesa dalam kehidupan pertama tetap berjalan ke gang yang sempit sendirian dengan menyedihkan sambil menahan batuk-batuk berdarah. Itu adalah cerita singkat saat Asoka Wasesa menjalani kehidupan pertamanya sebagai seorang kakek-kakek di Jawa dulu.
Di kehidupan keduanya sekarang, Wasesa di bangkitkan secara kembali yang jauh dari logika. Namun setelah dia cukup terbiasa hidup di tempat kedua ini di Jawa, Wasesa yang hidup kembali akhirnya bisa menjadi pesilat di Padepokan Tapak Suci meskipun dengan susah payah.
Berbeda dengan di kehidupan pertamanya yang makmur dengan kecanggihan dan perkembangan zaman, sekarang Jawa terlihat semakin kuno dan menjadi sangat aneh, karena selusin butho raksasa merayap dari langit adalah hal yang biasa. Monster-butho raksasa itu memiliki gigi yang tajam, berliur, mata menyala, bersisik, ada juga yang bersayap, berekor, bahkan berbulu. Semua butho raksasa itu membunuh, menghancurkan dan memakan para manusia dengan begitu kejamnya di pulau Jawa kuno ini.
Jika menurut kehidupan keduanya, 10 Magha 1XXX, awal perubahan Jawa menjadi neraka dengan kemunculan ilmu laduni yang misterius, juga sukses membuat semua jagat Jawa porak poranda dan membuat kehancuran di mana-mana, menyisakan pulau itu juga tiba-tiba berpenghuni raksasa aneh yang tidak lain adalah butho dan para jelmaan.
Jelmaan setan dan butho raksasa itu menghancurkan kota-kota besar di Jawa dan beberapa bangunan di Kerajaan hancur, banyak milenium juta penduduk dan rakyat yang mati ketika para butho raksasa itu mulai bermunculan di sudut Jawa dan di samping kemunculan ilmu laduni misterius itu, memuntahkan segudang monster dengan jenis lain datang tidak lama kemudian, maka memunculkan sang Batara Dewa yang menata keseimbangan Jawa kuno sekali lagi.
Para Batara Dewa itu kemudian memberikan 'kemampuan khusus' pada beberapa orang tertentu dan merekalah orang-orang yang mendapatkan wewenang untuk menyelamatkan Jawa dari neraka yang muncul dan mereka yang berkemampuan di sebut-sebut sebagai 'pesilat' untuk melawan butho raksasa dan jelmaan yang mengganggu para manusia biasa.
Tapi sayangnya, Wasesa tidak mendapatkan 'kemampuan khusus' itu dan dia hanya seekor pecundang biasa, juga lagi-lagi dia menjadi manusia yang tidak lebih dari binatang seperti kehidupan pertamanya di Jawa sebagai udik tua, karena dia, Asoka Wasesa cuma sekedar pria tua yang bau tanah!
Sedangkan di kehidupan keduanya sekarang dalam Jawa kuno, banyak munculnya skala pesilat yang mendapatkan wewejangan dan ilmu sakti mandraguna khusus, mereka malah menggunakan kesaktian itu untuk memenuhi ambisi mereka sendiri dengan menipu serangga-serangga lemah agar dipuja sebagai dewa penyelamat!
Menurut Wasesa, meskipun dunia di kehidupan pertamanya yang sedikit modern dan di Jawa kuno kehidupan keduanya sama, masihlah banyak perbedaan, terutama tempat kuno ini masihlah wadah neraka bagi Asoka Wasesa. Karena di Jawa kuno ini, Wasesa harus berperang melawan para butho raksasa dan para setan!